Kesorean aku sampai dirumah, dan langsung kuparkirkan mobilku kemudian segera masuk kedalam.
Di dalam rumah terlihat sepi, pembantuku sepertinya telah selesai beres-beres dan sekarang pasti sedang santai dibelakang, biasanya menjelang maghrib mereka akan mengecek lagi rumah bagian depan ini.
Segera aku naik ke atas menuju kamar dan mencari sang gadis yang selalu mengisi pikiranku.
Di kamar Vera sedang berbaring diranjang dan baru akan tidur sepertinya, namun begitu melihatku dia langsung bangun.
Dia berdiri dan menyamperiku, aku pun membalas pelukannya lalu mencium keningnya.
Segera kutaruh kunci mobil ke meja dan tas yang berisi berkas-berkas formulir serta ijazah yang tadi seharian habis kuurus melegalisirnya.
Sementara Vera sudah membuka kancing kemejaku dan buru-buru menarikku keranjang.
Aku lumayan bernafsu juga maka kuladeni dia, kudorong tubuh putih yang sedang memakai Lingerie hitam itu keranjang dan segera kugumuli dia.
Vera bernafsu sekali, dia mencium bibirku ganas dan mengaitkan kakinya ke tubuhku yang sedang menindihnya dari atas.
Dan kami pun bercinta seperti biasa di sore yang lumayan panas hari ini.
Vera minta disetubuhi sambil tangannya diikat dengan mata tertutup, kulayani saja dan langsung mengambil perlengkapannya di rak meja yang berada tak jauh dari ranjang kami.
Dia mendesah-desah dengan lepas saat kutiduri sesuai cara yang dia mau, akupun terangsang sekali melihatnya begini dan pandanganku tak lepas dari ketiak putihnya yang selalu dia rawat setiap harinya dengan pelembab khusus.
Saat desahan Vera makin kuat kuambil vibrator getar di meja tadi dan kuset di getaran maksimal guna makin memuaskan pasanganku ini.
Sejurus kemudian kuarahkan ke memeknya yang sedang berisi kemaluanku dan langsung membuatnya terlontar-lontar mengejang dengan keras.
Makin kupercepat genjotanku sementara dia terus kuservis dengan alat bantu seks tersebut di titik biang gatal di tubuhnya itu.
Setelahnya barulah kami klimaks bersamaan dan sama-sama terkapar dikasur.
Kucium keningnya, tak lama Vera langsung ketiduran tak kurang 10 menit setelah seks singkat kami barusan.
Kubiarkan dia tidur sementara aku menuju kamar mandi untuk membasuh tubuh membuang gerah yang kudapat seharian ini.
..............................
Sebulan sudah sejak kepulanganku dari jalan-jalan bersama teman-teman menengok keindahan alam di bagian timur pulau Jawa beberapa waktu lalu.
Aku tak mencoba membahasnya, maksudku kejadian disaat aku pergi saat itu, sama sekali tak kubahas baik dengan Vera maupun mas Krisno.
Kusimpan sendiri dan berpura-pura saja tak ada sesuatu yang terjadi meski kini kurasakan Vera jadi tambah bebas saja beraksi dengan dua pembantuku.
Dia yang biasanya akan langsung merayap naik ke tubuhku jika terbangun tengah malam atau subuh-subuh, kini jadi lebih sering ‘menghilang’.
Awalnya kukira dia ke toilet atau sedang menonton di bawah, namun setelah kutelisik dari kamera pengawas, rupanya dia diam-diam pergi ke rumah belakang menyamperi sendiri mas Krisno dan mas Yanto.
Aku menghela nafas saja melihat perangainya yang semakin hari makin liar itu.
Dan seminggu ini saja sudah beberapa kali pula secara langsung aku tak sengaja memergoki mereka sedang 'enak-enak' di berbagai sudut dirumahku!
Aku sangat kaget ketika memergoki mereka, begitupun Vera, juga mas Krisno atau mas Yanto siapapun yang tengah melayaninya saat itu, semua kaget.
Namun aku diam saja dan berpura-pura tak tahu kemudian berlalu.
Setelah melihat responku, tadinya mereka yang awalnya masih sembunyi-sembunyi kini jadi makin terang-terangan melakukannya.
Mungkin karena mereka berpikir jika aku biasa saja dan malah cuek setelah mengetahuinya, itulah kenapa mereka jadi makin berani.
Bahkan lebih parahnya Vera sering mengajak mas Krisno dan mas Yanto naik ke kamarku kemudian dia minta disetubuhi mereka tepat di depan fotoku dimana Vera terus meracau seolah-olah sedang berbicara denganku di depan foto tersebut.
Aku tak tahu apakah keputusanku yang memilih diam dan pura-pura tidak tahu ini adalah keputusan yang benar.
Hanya saja begitulah sifatku.
Aku bukan tipe orang yang ekspresif, aku orang yang sulit mengungkapkan sesuatu ke orang lain dan cenderung pendiam, aku lebih memilih menyimpan sesuatu itu di dalam hati saja ketimbang diungkap-ungkapkan ke orang.
Hampir semua teman-teman yang dekat denganku mengatakan jika aku orang yang tak pernah marah dan terlihat dewasa sekali dibanding mereka yang seusia denganku.
Tidak juga.
Aku justru orang yang gampang kecewa dan hatiku mungkin lembut sekali hingga begitu gampangnya untuk tergores.
Melihat Vera seperti itu selalu membuatku perasaanku berkecamuk dengan rasa marah, kecewa dan kesal.
Lantas haruskah aku marah-marah kemudian menunjuk-nunjuk muka mas Krisno dan mas Yanto sambil mengucapkan sumpah serapah pada Vera atas sikap murahannya tersebut?
Sayangnya itu bukan bagian dari kepribadianku, aku lebih ingin Vera sadar dan berhenti memancing-mancing mas Krisno atau mas Yanto atas kesadarannya sendiri.
Sebenarnya aku tak benar-benar mendiamkannya, sering kutegur Vera dan dia hanya diam saja setiap kali kubilangi.
Mereka berdua pun sebenarnya sudah berusaha menolak rayuan Vera sekuat tenaga mereka karena aku tahu mereka amat menghargaiku dan sangat segan denganku.
Tapi mau bagaimana lagi, masalahnya memang ada di Vera, dia yang terus menggoda-goda mereka hingga akhirnya sebagai laki-laki normal ya mereka mau juga.
Mudah bagiku jika mau menyalahkan mereka berdua namun itu takkan merubah apa-apa jika Veranya tetap seperti ini.
Sekarang, sudah lima harian tak kucek ruang kendaliku dan jika kucek pasti ada saja kelakuan-kelakuan nakalnya yang menggoda-goda pembantuku itu.
Makanya aku jadi malas mengeceknya apalagi terakhir kulihat Vera beraksi lagi dengan mas Krisno seperti waktu pertama kutonton dulu.
Dia merebahkan mas Krisno ke kasur, lalu ditindihnya dan mulai menggerayangi tubuh atas lelaki itu pelan-pelan.
Di awalinya dari menjilati puting mas Kris secara perlahan dan penuh penghayatan sekali seperti biasa.
Sengaja dibasahinya lebih dulu lalu lidahnya mulai bergerak menggelitik dan mengitari sekitaran puting yang sama sensitifnya seperti kepala penis.
Entah kenapa saat itu ingin kutonton ini tanpa men-Skip nya seperti biasa, karena jika mereka sudah mulai melakukannya aku pasti akan langsung meninggalkan tempat dudukku.
..............................
Krisno membuka mulutnya dengan mata terpejam dan dahi tertekuk seketika setelah Vera mengubah jilatan lembutnya tadi menjadi sebuah emut dan gigitan kuat sambil jarinya memelintir puting Krisno yang sebelah lagi.
Jujur awalnya aku juga kaget dengan Vera yang kulihat sudah lihai sekali memainkan perannya sebagai pendominasi saat bersama Krisno saat itu.
Padahal hanya sekitar 2-3 minggu saja sejak pertama kali mas Kris memperkenalkan hal ini ke Vera, dan tahu-tahu sekarang dia amat mahir mendalami karakternya.
Bekas merah dan bekas gigi jelas langsung membekas di puting mas Kris.
Vera menatap ‘tanda’ yang baru dia berikan itu serta wajah mas Krisno yang mengerang merasakan sakitnya dengan tatapan puas, dia tersenyum tipis menyeringai sebelum kemudian beralih ke puting sebelahnya lagi.
Mas Krisno kembali meringis-ringis saat Vera ‘mengunyah-nguyah’ lagi putingnya sementara dengan kuku panjangnya dia menyusuri seluruh lekuk tubuh kekarnya seperti mencakarnya pelan.
Mata Vera tak lepas memandangi ekspresi sakit yang dirasakan mas Krisno, dia juga tampak menikmatinya.
Dan hal ini sempat membuatku takut jika menyebabkan perubahan psikologi dari Vera nantinya, namun ketika bersamaku dia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda dominasi seperti yang dia lakukan saat ini ke mas Krisno, malah dia tetap memintaku mendominasinya seperti biasa.
Mungkin dia murni melakukannya hanya untuk melayani mas Krisno saja karena ini memang Fetish aneh pembantuku itu sendiri.
Oh iya satu lagi, persis seperti dugaanku, rupanya memang mas Yanto sudah tahu tentang perangai Krisno ini karena di beberapa rekaman kulihat bahkan dia menontoni langsung mereka melakukannya dan dia tak mengganggu sama sekali malah terlihat biasa saja.
Mereka memang sudah berteman lama sejak masih bujang waktu susah dulu dan pengertian diantara mereka pun kuakui luar biasa, bahkan hingga ke urusan seks seperti ini.
Di saat mas Yanto sedang ingin berduaan bersama Vera Krisno tak akan mengganggu, begitu pun sebaliknya.
Mereka bahkan bisa melakukannya secara koperatif dan bersinergi dengan baik saat Vera minta dilayani mereka berdua sekaligus.
Puas ‘menyiksa’ puting mas Krisno, Vera memakaikan lelaki berambut keriting itu penutup mata agar dia tak bisa menerka improvisasi apalagi yang akan dia lakukan padanya.
Kalau tidak salah, Vera memasang sesuatu yang dia tempelkan di puting mas Krisno yang sudah bebercak merah.
Persisnya aku tak tahu nama alatnya namun begitu alat itu tertempel di putingnya seketika tubuh pembantuku langsung kelojotan seperti orang epilepsi.
Vera kembali terkikik melihat badan kekar itu kelojotan dan mengerang, dia pegangi wajahnya lalu dia ucapkan sesuatu yang tak bisa kudengar.
Sayangnya aku masih belum menseting ulang kameranya agar turut merekam suara di rumah belakang itu.
Lebih ke malas saja sih, malas mendengar ocehan kotor Vera yang pasti akan dengan mudahnya dia lontarkan ke kedua pembantuku.
Vera menyuruh mas Krisno membuka mulutnya, mas Krisno manut dan membuka mulutnya.
Si cewek bule yang seingatku saat itu mengenakan dalaman serba pink langsung menjatuhkan ludahnya memindahkannya ke mulut mas Krisno.
Aku agak terangsang juga ketika menontonnya apalagi jika melihat tubuh seksi Vera yang sudah setengah telanjang dan ekspresi Innocent di wajahnya yang selalu menarik untuk dipandangi.
Dia kembali menggerataki alat-alat seks koleksi Krisno yang sudah mereka siapkan sebelumnya, membongkarnya dan memilih alat apa lagi yang ingin dia mainkan ke Krisno.
Di ambilnya sebuah rel besi yang awalnya tak kutahu untuk apa, namun saat Vera memasang dan mengikatnya di kaki mas Krisno aku langsung tahu jika fungsinya sama seperti alat pasung yang mengunci pergerakan kaki agar tidak bisa dirapatkan atau dilebarkan kalau sudah terpasangi alat tersebut.
Vera menggelitik telapak kaki pejantannya yang kini sudah terbujur tergeletak tak berdaya atas ulahnya dan tengah kegelian merasakan gelitikannya.
Lagi dia tertawa melihat pembantuku yang kelabakan kegelian namun tidak bisa melakukan apapun karena gerakannya sudah dibatasi oleh Vera.
Disusurinya lagi badan mas Krisno yang tinggal memakai cawat itu dengan kuku-kuku panjangnya baik di dada, tubuh bagian samping, sekitaran rusuk dan iga ataupun paha berbulunya.
Setelah puas, Vera menatap kontol Krisno yang masih berbalut kolor dan menetapkan bagian itu untuk menjadi tempat yang akan dia ‘isengi’ berikutnya.
Dia ambil sekotak tusuk gigi, dibukanya penutupnya dan dia tusuk-tusukkan ke kelamin Krisno yang terlihat sekali amat tegang berbalut sempak hitam.
Krisno mengerang saat Vera melakukannya, aku saja ketika menyaksikannya mensipitkan mataku dan mendesis ngilu melihatnya, apalagi ketika Vera arahkan juga puluhan tusuk gigi itu ke zakar pembantuku.
Mas Krisno menjerit kuat, aku tak tahu seberapa kuat suara yang dia teriakkan, hanya terlihat dari gesturnya yang menghentakkan kepalanya ke kasur dan otot-otot tubuhnya sekejap mengeras pertanda dia benar-benar sedang mengejang.
Vera mengucapkan sesuatu sambil terus melakukannya, paha, betis dan ujung kaki Krisno juga dia ‘terapikan’ dengan ujung-ujung tusuk gigi itu.
Sekujur tubuh mas Krisno basah kuyub oleh keringatnya sendiri, Vera terlihat luwes sekali melakukannya, itulah kenapa kubilang dia sudah amat mahir memainkan perannya.
Dengan senyum ramahnya akhirnya dia buka celana dalam yang sejak tadi memenjarakan kemaluan hitam Krisno dan langsung mencuat keluar tegak bak besi.
Dia buka penutup mata mas Krisno, membiarkannya menyaksikan molek indah putih tubuhnya guna menjaga kontolnya tetap di ereksi maksimal.
Vera melirik mas Krisno kemudian menatapnya dari jarak dekat, dia hembus leher lelaki yang tak tahu akan diapakan lagi olehnya itu dan mulai mengocoki kontol tegangnya lembut.
Tubuh pembantuku kembali tersentak, merasakan jari halus dan lembut Vera mulai memainkan penisnya yang jelas saja membuatnya meleguh nikmat.
Namun dia tak tahu sebenarnya apa yang tengah direncanakan gadis berhidung dan berdada mancung itu, yang dengan sengaja seolah memanjakannya lebih dulu.
Vera memperjelas aksinya, dia merapat ke selangkangan Krisno, dia ludahi lebih dulu kemudian diulanginya lagi kocokannya seperti tadi, matanya tak lepas memperhatikan ekspresi Krisno sebagai indikator dan pedoman aksi lanjutannya.
Vera memang hebat, aku sangat mengakui kecakapannya dalam teknik oral, baik Hand atau Blow semua dia kuasai secara menyeluruh.
Dia sangat lihai memilih tempo dan membaca ekspresi tubuh, yang aku tak mengerti bagaimana dia mempelajarinya, dimana ketika melakukannya matanya tak pernah lepas dari mataku.
Dulu awalnya kupikir dia melakukan Eye Contact itu untuk menggoda saja, namun yang sebenarnya dia lakukan adalah sedang membaca ekspresi baik melalui mata atau mungkin merasakan denyut penis yang tengah dihisapnya.
Yang pasti tiap dia mau mengoralku aku pasti memintanya melakukannya sekedarnya saja, sungguh aku ampun sekali dan angkat tangan dengannya.
Vera sudah tahu dengan itu dan hanya ketawa-ketawa saja.
Dia mulai memainkan teknik tangannya di kemaluan Krisno, dia genggam kepala penisnya dan tak tanggung-tanggung langsung dia buat gerakan memutar di kepala penis tersebut.
" UHHH!!!.. " ringisku ketika menyaksikannya mewakili ringisan Krisno yang tak bisa kudengar.
Sebagai laki-laki aku tahu sekali rasa ngilunya, melihat tangan Vera yang seperti sedang membuka tutup botol saja dalam keadaan itu.
Krisno mencengkram sprei yang tengah dia tiduri dengan kuat, merasakan pelintiran tangan Vera di ‘palkonnya’.
Vera menikmati erangan dan ekspresi Krisno, terlihat dia memainkan lidahnya sendiri bersama mata sayunya yang membuat greget jika dipandangi berlama-lama.
Namun yang Vera rencanakan bukan itu, saat dia mulai mencucup jari telunjuknya dan dia cucuk-cucuk ke lubang kencing mas Krisno aku jadi tahu apa rencananya.
Aku tak tahu apakah mas Krisno sudah tahu ‘skripnya’ atau saat itu memang kejadiannya murni improvisasi Vera sepenuhnya.
Yang pasti dia patut cemas karena Vera tak terlihat sedang bercanda meski wajahnya memang selalu tampak pasrah nan sayu.
Diambilnya Cotton Bud atau korek kuping kapas yang ada di meja dan dia geseki di sekitaran selangkangan mas Kris.
Krisno membuka matanya yang sejak tadi dia pejamkan untuk mengetahui benda apa yang tengah Vera gesekkan di tubuhnya.
Vera menyingkap daging yang belum disunat itu agar tak menutupi kepala kontol mas Krisno saat dia melakukan aksinya, kemudian dia jatuhkan ludahnya dan dia usap-usap ratakan tepat di lobang pipisnya.
Segera dia mengerjakan aksinya dan memasukkan korek kuping tadi masuk kedalam saluran kencing Krisno!
Kupejamkan mataku dan tak sadar menggigit bibirku sendiri saat menontonnya, aku ingin Skip namun entah kenapa ketika itu aku penasaran sekali ingin melihatnya.
Setidaknya satu kali saja kucoba menonton apa sih yang cewek buleku lakukan jika melayani fantasi aneh mas Krisno tersebut.
Cotton Bud itu masuk begitu mudahnya, dan sekejap sudah mentok hanya disisakan ujungnya saja oleh Vera.
Dia tersenyum lagi, diludahinya kontol tegang Krisno lalu mulai mengocokinya.
Mas Krisno menggelinjang dimana Vera lakukan Handjob tepat di saat kontolnya berisi sebatang korek kuping di dalam kejantanannya!
Kupikir saat itu sudah mendekati akhir dan akan ditutup dengan muncratnya ejakulasi Krisno karena Handjob Vera.
Namun Vera malah menghentikan kocokannya dan dia merangkak berjalan kembali menyusuri tubuh ‘korbannya’ membiarkan sejenak kontol Krisno tetap tegang dengan korek kuping tadi.
Vera menatap mata mas Krisno, sebuah tatapan tajam dia layangkan sambil tangannya mengelus wajah dan seketika ditariknya pelan dagu mas Kris agar dia membuka mulutnya,
Vera kembali menuangkan ludahnya masuk ke 'lubang' yang menganga dibawahnya itu.
Ludah gadis cantikku langsung jatuh tepat di mulut mangap Krisno tanpa halangan.
Tak hanya sekali, Vera terus menuangkan ludahnya kemudian menyuruh Krisno menelan semua ludahnya.
Di titik itu kulihat Vera mulai memainkan intimidasinya, tatapan mata angkuh dan ucapan merendahkan tampak dia lontarkan untuk mengembangkan suasana.
Memegang kendali sepenuhnya membuat si gadis seksi ini bebas menaikkan atau menurunkan tempo permainan kapan saja sesukanya.
Tak ragu ditaboknya wajah mas Kris, ketika lelaki itu meringis akan dia layangkan lagi ke pipi sebelahnya hingga berulang-ulang.
Aku terdiam menyaksikan keganasan Vera dari sisi yang berbeda ini.
Bahkan ada dimana Vera meludahi wajah Krisno dan dia ratakan ludahnya merata di wajah lelaki tak berdaya tersebut.
Aku sudah panas-dingin ketika menontonnya, aku terbawa oleh peran antagonis yang Vera mainkan dan kalau tak salah kontolku sudah tegang saat itu.
Tak lama Vera beralih lagi ke kontol Krisno yang sedari tadi berkedut-kedut tanpa dipegang.
Dia cabut pelan-pelan korek kupingnya yang mana tampak amat dia nikmati sekali ketika melakukannya.
Meski Vera melakukannya dengan amat perlahan dan penuh perasaan tapi aku yakin ngilu selama proses tersebut berlangsung pasti tetap dirasakan Krisno.
Vera suruh mas Kris jilati Cotton Bud nya dan segera dikerjakan oleh si lelaki bodoh itu.
Dengan lahapnya dia jilat dan kulum-kulum sebatang korek kuping yang Vera sodorkan dimana benda tersebut baru saja keluar dari saluran kemih dia sendiri.
Puas dengan korek kuping, Vera menggantinya, dan kali ini dia ingin menggunakan jarinya sendiri!
Jari kelingking adalah pilihannya, dia kulum sebentar jari kelingkingnya sebelum diarahkan langsung ke Pisshole mas Krisno.
Aku berdebar-debar, meski itu bukan aku tapi tetap saja terasa sekali atmosfer ketegangannya apalagi kalau kalian liat sendiri ekspresi Vera.
Tanpa kesulitan berarti jari kelingking Vera masuk dengan mudahnya, Vera mainkan jari kelingkingnya dan mas Krisno justru terlihat keenakan sama seperti dulu waktu pertama kali kutonton adegan yang sama seperti ini.
Kontol Krisno terlihat keras dan begitu tegang saat jari kelingking Vera masuk di dalamnya.
Vera terus menatap wajah mas Kris yang sudah merah sekali, tampaknya dia akan ejakulasi.
Melihat itu Vera pun bertambah semangat, diambil pelumas dan dituangkannya ke kontol Krisno guna memperlancar aksinya ‘menyiksa’ kejantanan pembantuku.
Mas Krisno pasrah sepasrah-pasrahnya, dia sama sekali tak melakukan perlawanan seolah telah menyerahkan diri sepenuhnya ke Vera.
Vera memulai dengan Handjob nya lagi dan tampak begitu seriusnya kali ini untuk membuat mas Krisno ejakulasi.
Telaten sekali cewek buleku memainkan kocokannya di penis pria, wajahnya terlihat menikmati sekali ekspresi meringis dan ngilu ketika dia melakukannya, bahkan denganku sekalipun dia akan menunjukkan ekspresi sayu yang sama.
Pelintirannya lagi-lagi dia keluarkan dan makin membuat mas Krisno meringis, seperti dugaanku Vera sama sekali tak main-main, dia keluarkan semua jurus Handjob andalannya guna mempercepat sperma naik agar segera di muntahkan keluar.
Krisno melotot, tubuhnya mengejang otot perutnya langsung mengencang dan seketika bersamaan dengan teriakan kerasnya dia pun klimaks.
Saat itu aku sungguh kaget, ada benarnya aku menonton karena aku menyaksikan hal yang baru lagi, atau mungkin pertama kalinya kulihat.
Itu bukan ejakulasi sperma! Tapi dia seperti sedang orgasme sama seperti orgasme wanita, berkali-kali kucuran bening keluar dari kontolnya.
Aku bingung sebingung-bingungnya, aku tak tahu apa iya laki-laki bisa Squirt seperti wanita, bahkan sampai detik ini aku masih tak bisa menjelaskan dengan apa yang terjadi ketika itu.
Krisno meleguh dan tampak menikmati prosesnya, entah berapa banyak cairan yang menyemprot-nyemprot dari penisnya bak selang air tanpa putus hingga akhirnya reda.
Vera terlihat puas sekali setelah berhasil membuat Krisno seperti itu, dari ekspresinya terlihat ini bukan yang pertama kali Vera melihatnya.
Ini artinya dia sudah sering melihat Krisno ‘ngompol’ begitu dan aku jadi penasaran seperti apa reaksi Vera dulu saat melihatnya pertama kali.
Ini artinya dia sudah sering melihat Krisno ‘ngompol’ begitu dan aku jadi penasaran seperti apa reaksi Vera dulu saat melihatnya pertama kali.
Vera memeperkan cairan bening yang ada ditangannya ke mulut Krisno, pembantuku segera melahapnya dengan mencucup dan mengulum jari-jari lentik Vera yang banjir cairannya sendiri amat lahap.
Dan saat kusangka itulah akhir Show nya, rupanya aku keliru.
Vera mendudukkan Krisno, di tatapnya wajah pejantan yang saat ini sangat patuh dengannya lalu dia elus-elus rambutnya seolah tengah memujinya.
Krisno diam saja dan tetap pasrah saja meski diperlakukan bak anjing begitu oleh ‘Tuannya’.
Vera tersenyum kemudian menggelitiki dan mencubit puting Krisno yang mungkin sekali lagi akan dia siksa.
Vera tersenyum kemudian menggelitiki dan mencubit puting Krisno yang mungkin sekali lagi akan dia siksa.
Tampaknya Vera dendam karena puting susunya yang panjang itu sering digigit-gigit, dihisap dan dipelintir dengan kasar oleh cowok-cowok, karenanya dia jadi balas dendam dengan Krisno sebagai korbannya.
Vera mengambil sebuah alat, dipasangnya di puting Krisno, aku tak tahu alat apa karena sudah kubilang alat-alat seks koleksi Krisno aneh-aneh dan tak pernah kulihat.
Vera memelintir alat mirip tabung itu agar merekat dan tergantung di putingnya, terlihat setiap pelintiran membuat mas Kris meringis yang menandakan jika alat tersebut makin kencang mematri putingnya.
Sambil melakukannya Vera menatap dan tampak berbicara dengan Krisno yang selalu dia jawab dengan anggukan apa yang Vera katakan itu.
Melihat Vera yang mengencangkan benda tersebut seperti sedang memutar sekrup membuatku jadi ikut merasakan sakitnya juga.
Vera menatap Krisno dan mengelus wajahnya ketika dia sudah memasangnya di masing-masing puting Krisno.
Dalam tabung yang transparan itu kulihat puting pembantuku seperti tersedot dan jadi ketarik memanjang, mungkin cara kerjanya sama seperti Vacum Cleaner.
Dalam tabung yang transparan itu kulihat puting pembantuku seperti tersedot dan jadi ketarik memanjang, mungkin cara kerjanya sama seperti Vacum Cleaner.
Vera puas sekali kelihatannya, apalagi melihat wajah Krisno yang meringis ketika dia jentik-jentik tabung tersebut dengan sengaja.
Dan dia kembali menidurkan mas Krisno rebah di kasur.
Vera membuka kutang merah mudanya.
Darahku berdesir melihat toket putih Vera yang langsung bebas tanpa penutup.
Karena sejak awal belahan dada dan bulatan toketnya benar-benar mengganggu fokusku menonton adegan mereka saat itu.
Darahku berdesir melihat toket putih Vera yang langsung bebas tanpa penutup.
Karena sejak awal belahan dada dan bulatan toketnya benar-benar mengganggu fokusku menonton adegan mereka saat itu.
Dia merayap ke arah wajah Krisno, mas Kris mendesis saat menyaksikan diatasnya Vera tengah mengantarkan sendiri toket yang menjadi bahan coli sejuta orang tersebut ke mulutnya.
Krisno membuka mulutnya lebar-lebar tak sabar mengulum puting susu pink panjang Vera yang sangat membuatku gemas.
Namun Vera tak menyerahkan aset paling berharganya itu begitu saja, dia mainkan lebih dulu guna membuat Krisno gregetan.
Tepat sekali, Krisno yang sudah tak sabar untuk menyusu pun berusaha meraih dada besar yang terus ditarik-ulur ke mulutnya hingga dia terlihat dongkol sendiri.
Tepat sekali, Krisno yang sudah tak sabar untuk menyusu pun berusaha meraih dada besar yang terus ditarik-ulur ke mulutnya hingga dia terlihat dongkol sendiri.
Aku masih ingat betul bagaimana kumulai kocokanku ketika Vera memainkan toketnya di atas wajah Krisno saat itu.
Mataku fokus dan mempercepat kocokan melihat dua puting susu yang memang sudah membuatku ngiler sekali sejak pertama kali melihatnya.
Dan sepertinya itu juga yang tengah dirasakan Krisno, ia terlihat sudah amat bernafsu untuk segera mencucupnya sementara sang pemilik masih memain-mainkannya.
Kasihan melihat pembantuku tersebut, Vera akhirnya menyerahkan dada putihnya lalu membiarkan lelaki dewasa ini menikmati dan menjilati puting pinknya.
Vera mendesah memejamkan matanya, dia terlihat menikmati jilatan Krisno yang mulai membuat putingnya jadi tambah tegang dan mengkilat basah akibat ludah si lelaki penuh nafsu dibawahnya.
Vera pernah bilang jika titik sensitifnya ada di tengkuk, ketiak, pusar, sekitaran lubang anus serta tentu saja puting susu dan klitorisnya.
Karenanya setiap sentuhan, hembusan nafas apalagi jilatan di area itu pasti akan langsung menaikkan libidonya.
Vera makin membenamkan sama rata kedua toket bulatnya ke wajah Krisno yang sontak membuat lelaki itu kelabakan melahapnya masuk dalam mulutnya.
Meski sudah rakus pun tapi dia tetap takkan benar-benar bisa meraup seutuhnya karena perbedaan ukuran antara mulut dan daging putih tersebut.
Meski sudah rakus pun tapi dia tetap takkan benar-benar bisa meraup seutuhnya karena perbedaan ukuran antara mulut dan daging putih tersebut.
Vera mengarahkan putingnya lagi ke mulut Krisno, dia ingin lelaki ini fokus mengulum puting susunya ketimbang terus-terusan mencoba memasukkan seutuhnya toket itu kedalam mulutnya yang jelas saja sia-sia.
Setelah Krisno fokus di putingnya Vera kemudian turut melakukan hal yang sama, dia lepas tabung yang tadi menyedot puting Krisno dan sekejap dia hisap sendiri puting di dada Krisno yang bengkak akibat sedotan benda tadi.
" Ahh sayang.. " desahku mengulangi kejadiannya saat kuingat Vera dan Krisno sedang ber-69 saling kulum diputing masing-masing.
Aku iri sekali melihat pembantuku sedang mendapatkan servis seperti itu dari Vera, yang harusnya hanya dia berikan untukku.
Jelas jika aku harus kecewa karena mesti berbagi kenikmatan tersebut dengan orang lain.
Jelas jika aku harus kecewa karena mesti berbagi kenikmatan tersebut dengan orang lain.
Apalagi saat Vera memindah-mindahkan toketnya dari kiri ke kanan ke mulut mas Kris dan meminta pejantannya untuk menyapih puting panjang yang sudah tegang itu dengan emutan kuat guna makin merangsang dirinya sendiri.
Kupejamkan mataku dan makin kupercepat kocokan kontolku sambil mengkhayalkan jika akulah yang sedang menghisap putingnya saat itu.
Pasti akan kugigit-gigit sampai membuat Vera meringis-ringis agar dia tahu betapa gemasnya aku dengan toket dan puting susunya.
Pasti akan kugigit-gigit sampai membuat Vera meringis-ringis agar dia tahu betapa gemasnya aku dengan toket dan puting susunya.
Dan tak lama memikirkannya, ketika itu aku pun ejakulasi, andai bisa kudengar suara desahan Vera pasti ejakulasiku akan lebih terasa nikmat!
Aku terduduk sejenak bersandar di kursi, ketika kulihat ke monitor rupanya mereka sudah berpindah dan tak ber-69 lagi.
Krisno sudah menungging saja, dan si cewek berkulit putih sedang menjejalkan sesuatu ke anusnya.
Aku tak tahu apa itu, aku tak begitu memperhatikannya karena fokus dengan klimaksku.
Aku tak tahu apa itu, aku tak begitu memperhatikannya karena fokus dengan klimaksku.
Vera terus mendorong benda yang sedang dia pegang itu agar masuk makin dalam ke anus Krisno sambil juga terus berbicara dengannya.
Karena tak pernah menonton mereka melakukan ini sebelumnya aku jadi sama sekali tak tahu proses-proses atau tahapan-tahapan yang mereka mainkan.
Setelah alat seperti dildo tersebut mulai lancar keluar-masuk di dubur mas Kris, Vera pun tersenyum.
Dia letakkan benda itu dan dia hampiri pembantu yang masih dalam posisi menungging sambil menunjukkan sebuah penis palsu padanya.
Dia letakkan benda itu dan dia hampiri pembantu yang masih dalam posisi menungging sambil menunjukkan sebuah penis palsu padanya.
Dadaku berdebar melihat Vera sudah senyam-senyum membacoti mas Kris dengan kontol palsu ditangannya yang kadang dia tempel dan usap-usapkan ke wajah Krisno.
Bahkan terkadang dia pukul-pukulkan ke pipi Krisno sambil tertawa-tawa menikmati ringisan sakit pejantannya.
Aku bergidik melihat Vera, dengan ekspresi polos di wajah cantik imutnya namun ternyata bisa juga semengerikan itu.
Aku bergidik melihat Vera, dengan ekspresi polos di wajah cantik imutnya namun ternyata bisa juga semengerikan itu.
Aku sudah tahu arahnya setelah ini, karena di beberapa kesempatan aku pernah menyaksikannya terekam dari kamera pengawasku dimana Vera menunggangi mas Krisno dengan penis palsu.
Hanya saja langsung kumatikan dan kulewati karena aku tak tertarik, namun untuk benar-benar menyaksikannya secara utuh baru kali ini kulakukan karena itu aku penasaran sekaligus berdebar-debar sekali saat menontonnya.
Vera berdiri, dia menyuruh mas Kris duduk sementara dia berbalik badan memunggungi pembantuku sebentar memasang Strapon tadi di pinggangnya.
Mas Kris menuruti Vera dan dia menatap saja bokong super montok berbalut celana dalam pink yang kini tersaji di hadapannya.
Setelah memasangnya, Vera pun berbalik badan lagi dan menghadapkan kontol palsunya yang sudah melekat di pinggangnya ke mulut Krisno.
" HOLY SHIT!!.. " racauku saat melihat Vera yang saat itu sudah ‘berkontol’.
Mas Krisno langsung mengulum kontol palsu yang di arahkan si gadis cantik ke mulutnya begitu saja.
Terlihat sekali Vera terus membacoti budak seksnya agar mendongak menatapnya ketika mengulum, kadang Vera menjatuhkan ludahnya tepat di Strapon dildo nya guna membuatnya makin basah dan Juicy.
Jujur, aku sangat kaget melihatnya, karena ini sama sekali tak umum dan tak bisa disaksikan setiap hari.
Krisno lahap sekali menyepong 'kontol' Vera, dia tampak mencoba memasukkan dalam-dalam benda itu ke mulutnya dan Vera terus memaju-mundurkan kepalanya dengan menjambak rambut Krisno.
Bahkan Vera terlihat mendesah seolah penis tersebut benar-benar hidup dan memberikan sugesti ke Krisno jika dia pun menikmati hisapannya!
Bahkan Vera terlihat mendesah seolah penis tersebut benar-benar hidup dan memberikan sugesti ke Krisno jika dia pun menikmati hisapannya!
Sambil mendorong-dorongkan kepala Krisno di selangkangannya, mulutnya tak lepas dari ocehan-ocehan yang aku yakin jika itu adalah ocehan kotor yang merendahkan pejantannya.
Mataku tak lepas dari setiap ekspresi yang gadisku buat, matanya sudah redup sekali memandangi Krisno yang tengah mengulum kontolnya.
Kembali menit berputar dengan cepat.
Vera membalik tubuh kekar mas Krisno, memposisikannya agar menungging.
Vera membalik tubuh kekar mas Krisno, memposisikannya agar menungging.
Dia tuangkan minyak pelumas ke ‘kontolnya’ juga ke lubang dubur pembantuku, lalu Vera mengambil posisi ke belakangnya dan bersiap melakukan ancang-ancang.
Semuanya terasa berjalan sangat menegangkan bagiku, Krisno menutup kepalanya ke ranjang sementara si cewek berbuah dada besar dan berkontol itu meludahi senjatanya sebagai sentuhan terakhir sebelum dia hujam.
Mas Krisno menengadah dan membeliak, mulutnya membuka lebar tepat saat Vera mendorong pinggangnya, aku sendiri ingin tahu seberapa keras dia meleguh ketika itu.
Vera mendiamkan sejenak guna mengadaptasikan anus Krisno dengan benda yang baru saja dia terobos masuk.
Sambil melakukannya Vera menjilati punggung lelaki yang tengah dia tunggangi dan bahkan juga menggigit gemas!
Sambil melakukannya Vera menjilati punggung lelaki yang tengah dia tunggangi dan bahkan juga menggigit gemas!
Lagi-lagi mas Krisno mengerang merasakan sakit gigitan Vera di kulit punggungnya, hingga barulah ‘sang gadis mulai menyetubuhi pejantannya’.
Tidak, tak ada yang salah dari tulisanku.
Karena memang itu yang benar-benar terjadi, dan itu pulalah yang dulu kulihat ketika pertama kali menceritakannya ke kalian hingga sampai membuatku terduduk lemas di kursi komputerku.
Karena memang itu yang benar-benar terjadi, dan itu pulalah yang dulu kulihat ketika pertama kali menceritakannya ke kalian hingga sampai membuatku terduduk lemas di kursi komputerku.
Mereka melakukannya sebagaimana orang yang tengah ML sungguhan.
Vera berekspresi merem-melek, mendesah dan meleguh seperti benar-benar memaknai setiap ekspresinya, sementara Krisno mengerang-erang membiarkan diri disetubuhi oleh si gadis cantik.
Vera berekspresi merem-melek, mendesah dan meleguh seperti benar-benar memaknai setiap ekspresinya, sementara Krisno mengerang-erang membiarkan diri disetubuhi oleh si gadis cantik.
Tak hanya Doggystyle, Vera bahkan membalik tubuh mas Krisno dengan kepala dibawah dan dia cabuli pejantannya dengan gaya Piledriver seperti yang sering kulakukan padanya.
Aku sudah kehabisan kata-kata dengan mereka berdua, apalagi Vera yang terlihat luwes sekali membolak-balik tubuh Krisno mempraktekkan segala gaya yang ada dikepalanya.
Yang paling menyita perhatianku adalah ketika Krisno dipakai oleh Vera dengan gaya Missionary, dimana Vera berada diatas dan pembantuku ada dibawahnya.
Yang kuperhatikan adalah ekspresi Vera, bagaimana dia terlihat begitu menikmati erangan-erangan dan desahan Krisno yang tengah dia setubuhi semaunya.
Gadis yang selalu memanggilku sayang itu terus memandangi mas Krisno, pandangannya sama seperti Vera yang biasa, pandangan sendu yang paling kusukai darinya.
Sebuah mata redup yang menunjukkan kepasrahan, kesayuan yang biasanya dia tunjukkan jika sedang birahi bahkan tetap muncul dalam dominasinya terhadap budak seksnya itu.
Tatapan dan payudara bulatnya yang berguncang dalam keadaan tersebut pasti menjadi dorongan lebih bagi Krisno dalam mencapai ejakulasinya.
Vera kembali merapalkan kata-kata mesum untuk membantu Krisno segera sampai ditujuannya.
Aku sama sekali tak peduli dengan mas Krisno, yang menjadi fokusku adalah Vera, gadis polosku yang begitu mudahnya di hasut kesana-kemari oleh orang, yang selalu menyita pikiranku di siang dan malam.
Tak lepas pandanganku ke wajah cantiknya yang sudah merah padam dengan mata sayupnya tengah mempercepat genjotannya dan makin membuat mas Krisno meracau-racau sambil meringis tampak akan segera ejakulasi.
Aku larut dalam pandangan dan keheningan.
Siapapun pasti akan tertipu dengan wajah sehari-hari Vera yang selalu tersenyum ramah dan supel itu.
Siapapun pasti akan tertipu dengan wajah sehari-hari Vera yang selalu tersenyum ramah dan supel itu.
Dulu waktu pertama kali melihat dan langsung mengagumi Vera, aku sempat berpikir jika dia adalah gadis yang pemalu.
Tapi siapa sangka, dibalik wajah imut dan tak berdosanya itu ternyata cewek ini sangat ganas sekali ketika di atas ranjang.
Terlebih ketika memainkan peran mendominasi seperti ini, yang entah ekspresi nikmat di wajahnya yang kulihat benar-benar sebuah kenikmatan dan kepuasan yang sungguh dia rasakan atau hanya gimik demi memuaskan pasangan seksnya saja, aku tak tahu.
Dan kupikir aku takkan pernah mengetahuinya, rupanya jawabannya langsung kudapatkan saat itu juga!
Tak lama mereka berdua saling balas-membalas desahan, Vera mengerang dan terlihat dari celana dalamnya rembes kucuran air yang langsung membasahi paha Krisno.
Aku terdiam seribu bahasa, sudah jelas pertanyaan tadi dan mengakhiri semua perdebatan di dalam diriku.
Vera benar-benar menikmatinya!
Vera benar-benar menikmatinya!
Menyusul pula kemudian mas Krisno dengan ejakulasi yang muncrat-muncrat bahkan mengenai dadanya sendiri, dan itu benar-benar ejakulasi sperma tak seperti sebelumnya.
Mereka berdua sama-sama mendapat klimaks mereka tanpa saling menyentuhkan kelamin sama sekali!
Aku langsung berpikir apa betul sehebat itu manusia bisa merekayasa sebuah sensasi?
Hingga dengan ajaibnya seolah memejamkan mata kemudian berkhayal maka dia bisa mewujudkan apapun yang ada di kepalanya.
Hingga dengan ajaibnya seolah memejamkan mata kemudian berkhayal maka dia bisa mewujudkan apapun yang ada di kepalanya.
Vera mengumpulkan dan mengoleskan air mani Krisno ke ‘kontolnya’ lalu segera dia sodorkan ke mulut sang pejantan.
Krisno mengulum dan melahap kontol palsu yang sudah penuh dengan spermanya sendiri, Vera menatap dengan senyum wajah kedelai bodoh yang sangat patuh itu dengannya.
Apalagi ketika dia suruh Krisno telan sambil berkumur-kumur dengan pejunya yang langsung patuh dilakukan Krisno bahkan tak peduli jika yang dia telan adalah air maninya sendiri.
Dan Vera kembali tersenyum puas, senyum tipis tercetak di wajah cantiknya sambil mengelus-elus rambut si lelaki pemuas nafsunya tersebut.
..............................
..............................
" Aduh.. " ujarku tak sadar kepalaku terbentur pintu kamar mandi karena begitu serius mengingat tontonan di waktu itu.
Kuambil handuk dan mulai mengeringkan tubuh.
Tak terasa badanku jadi segar lagi dan gerahku jadi hilang selepas mandi begini.
Segera setelah berpakaian aku baringkan tubuhku di sebelah Vera yang sudah tidur lelap lebih dulu, dia kelihatan lelah sekali, entah sedang tak enakan badan atau apa yang jelas sore ini dia memilih beristirahat padahal sebenarnya aku ingin mengajaknya jalan-jalan sore dan makan malam di luar.
Tapi ya sudahlah, karena aku juga ada janji untuk pergi ke tempat temanku mengambil laptopku yang baru selesai di reparasi, maka segera kuambil kunci mobil dan pergi lagi.
..............................
Hujan deras mengguyur ketika aku di jalan pulang, bahkan pandanganku terbatas sekali meski Wiper kaca mobil sudah kuset di kecepatan tertingginya.
Untungnya aku tiba dengan selamat meski jam sudah setengah 9 malam saja saat ini.
Kulihat diruang tamu TV menyala tanpa ada yang menonton, maka kubergegas naik ke atas dengan pakaian basah kuyup.
Dikamar Verani tak ada.
Entah dia sedang ada dimana padahal Handphone nya ada di atas kasur karena Vera biasanya tak pernah jauh dari ponselnya.
Entah dia sedang ada dimana padahal Handphone nya ada di atas kasur karena Vera biasanya tak pernah jauh dari ponselnya.
Kuganti pakaian dan kukeringkan rambutku dengan handuk lalu beranjak ke kasur, segala lelah aktifitas hari ini langsung terkumpul ketika aku menselonjorkan diri begini.
Setengah jam kemudian aku terbangun mendengar HP ku berdering, rupanya temanku tadi yang menelpon menanyakan apakah aku telah sampai dirumah.
Ya memang hujan besar diluar pasti akan menghambat pengendara yang sedang ada di jalanan sekarang, baik pengguna motor ataupun mobil sekalipun.
Bahkan deru suaranya terdengar makin keras ke dalam rumah seperti berada di balik terjun saja saking derasnya.
Aku pun turun untuk mengambil air hangat karena pemanas dispenser galon dikamarku sedang rusak.
Bahkan deru suaranya terdengar makin keras ke dalam rumah seperti berada di balik terjun saja saking derasnya.
Aku pun turun untuk mengambil air hangat karena pemanas dispenser galon dikamarku sedang rusak.
Setibanya di dapur kuisi gelasku dengan air hangat, dan saat menunggu gelasku penuh terisi, samar-samar pendengaranku menangkap suara sayup-sayup di ruang Minibar di sebelah tembok dapurku.
Aku berjalan mendekati arah suaranya, aku tak tahu suara apa karena suaranya tak begitu jelas tertutup deras suara hujan diluar sana.
Begitu kudekati, tepat di samping tangga kulihat Vera tengah bersetubuh dengan mas Yanto sambil berdiri dan berpegangan di meja Minibar!
Mereka melihatku, baik Vera dan mas Yanto.
Vera yang tengah mendesah sontak terdiam begitu pun mas Yanto yang sedang menjambak rambut panjang Vera seketika menghentikan genjotannya melihatku kini berdiri tepat di depan mereka.
Vera yang tengah mendesah sontak terdiam begitu pun mas Yanto yang sedang menjambak rambut panjang Vera seketika menghentikan genjotannya melihatku kini berdiri tepat di depan mereka.
Aku langsung menunduk, memutarkan badan kemudian berlalu lagi ke balik tembok, kuambil gelasku yang sudah lumer kepenuhan dan segera naik ke kamar.
" HAHH!!!.. " kubuang tarikan nafas dalamku begitu tiba di dalam kamar.
Seperti yang kubilang ini sudah biasa terjadi, bahkan dalam beberapa waktu kebelakang entah sudah berapa kali aku berpapasan dengan mereka yang tengah begituan.
Dan lama-lama makin pedih juga, apalagi aku merasa jadi tak punya muka lagi menghadapi dua pembantuku itu.
Aku sungguh tak tahu harus berbuat apa dalam situasi ini.
10 menit kemudian Vera masuk, dia melirikku yang tengah duduk di atas kasur kemudian menuju ke kamar mandi pasti mau membasuh memeknya yang sudah dipejui Yanto itu.
Jika sudah begini dia pasti tak akan berani manja-manja seperti biasa denganku dan hanya diam saja karena dia tahu dia salah.
Aku sebenarnya ingin segera tidur dan menjadikannya angin lalu saja namun saat ini aku merasa aku perlu menunjukkan ketegasanku sebagai seorang laki-laki.
" Udahlah Ver.. " kataku saat dia akan menarik selimut dan ingin langsung tidur.
Dia terduduk di atas kasur memandangiku dalam diamnya.
" Udahlah kayak gitu terus, kontrol dikitlah diri kamu.. " ujarku serius.
Kupandangi dia yang kini tak berani menatapku dan kutunggu jawabannya.
" iyaa gak lagi.. " jawabnya pelan dengan tertunduk.
" Kamu tuh kayak gitu terus, besok-besok kamu ulangin lagi.. "
" Kamu kira aku diem-diem gini gak makan hati Ver liat kamu di tidurin orang??.. "
" Me.. Mereka maksa yang.. " dia mencoba berkilah dan menatapku memasang muka manjanya itu.
" Basi Ver, alesan kamu itu terus.. "
" Udah dong.. "
" Cukuplah kayak gini terus, lagian aku juga tau kalo kamu mau-mau aja ngelayanin Akbar sama temen-temennya di rumah belakang.. " ungkapku yang langsung membuatnya kaget.
Dia kaget dan mungkin bertanya-tanya kenapa aku bisa tahu yang tentu saja tanpa dia sadari jika semua kegiatannya akan terpantau dari kamera CCTV rumahku.
Ya, sejak kejadian itu Akbar jadi bolak-balik kerumahku karena sudah terlanjur kecanduan dengan seks yang Vera ajarkan sendiri di kejadian Lightroom dulu.
Bahkan Akbar sengaja mengajak teman-temannya untuk menontoni dia mengentoti Vera memamerkannya di depan mereka dan itu semua mereka lakukan baik di rumah belakang ataupun di ruang tamu rumahku ini.
Aku sungguh geleng-geleng kepala, Vera bahkan ketawa-ketawa melihat muncratan air mani bocah-bocah yang coli menontoninya disetubuhi Akbar.
Vera tertunduk, wajahnya jadi terlihat bersalah sekali denganku tapi memang seperti inilah dia, besok seperginya aku keluar rumah aku tahu dia pasti akan kambuh lagi dengan dua pembantuku atau bahkan kembali melayani Akbar dan kawan-kawannya.
" Aku capek gini terus Ver, aku mikirin kamu terus kemana-mana dan gak pernah tenang.. " lanjutku.
" Coba gimana ntar kalau aku pulang-pulang bawa cewek terus aku entotin di depan kamu.. Biar kamu tau gimana rasanya.. "
Vera langsung melihatku dan menggeleng kuat.
" Engga.. Aku gak mau! Aku sayang kamu nda.. " seketika dia memelukku kencang.
" Aku lebih sayang lagi sama kamu Ver makanya aku gini tau gak?!.. " tegasku padanya.
Dia memelukku erat sekali dan terus menggeleng-geleng takut.
Kulepas pelukannya karena aku ingin serius dulu dengannya.
" Peluk mereka berdua atau Akbar aja Ver.. "
Kembali kupandangi dia yang lagi-lagi tertunduk namun kali ini matanya berkaca-kaca tampak ingin menangis kumarahi begini.
Kemudian dengan wajah merengut dia membanting diri ke kasur, merogoh selimut dan masuk ke dalamnya, lalu masalah pun selesai.
Ya beginilah Logic nya.
Itulah kenapa aku jadi serba salah, kudiamkan makan hati dan kunasehati dia malah balik merajuk padaku.
Kumatikan lampu lalu aku ikut masuk ke selimut menutup diri dari dinginnya AC dan suhu dari luar yang tengah diguyur hujan lebat saat ini.
Kami tidur saling membelakangi, aku memang memejamkan mata tapi aku masih memikirkannya.
Aku benar-benar ingin Vera membatasi diri apalagi meladeni Akbar yang setiap hari datang bak preman meminta jatah pada Vera, itu yang membuatku kesal bahkan melebihi kekesalanku jika mendapati dia melakukannya dengan dua pembantuku.
..............................
Awalnya kukira setelah sekembalinya aku dari liburan, semuanya akan kembali terkontrol.
Memang benar, para tukang tak pernah lagi menyentuh Vera, mereka hanya sekedar menggoda-goda seperti biasa hingga pekerjaan mereka selesai.
Namun setelahnya malah Akbar yang jadi sering datang, awalnya dia masuk melalui gerbang di rumah belakang dan menemui Krisno.
Namun setelahnya malah Akbar yang jadi sering datang, awalnya dia masuk melalui gerbang di rumah belakang dan menemui Krisno.
Krisno yang memang sangat iseng dengan bocah ini menyampaikannya ke Vera, dan si Vera malah balik menyamperi Akbar kerumah belakang.
Dan kejadian itu terjadi lagi bahkan terus berlanjut sampai sekarang, Vera mau saja dicabuli anak kecil.
Melihat Vera memanjakannya, Akbar tambah menjadi-jadi, dia jadi sering bolos sekolah dan hapal jam-jam aku keluar rumah untuk menagih candunya ke Vera.
Vera dengan senang hati melayaninya, dan yang paling membuatku kesal Akbar mengajak teman-temannya itu masuk kerumahku seenaknya.
Bahkan di sebuah kejadian Vera nyaris terlambat datang ke pendaftaran Fashion School yang akan dia ikuti.
Saat itu aku sedang tak ada dirumah karena aku juga harus mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, maklum kejadiannya tepat di musim kelulusan.
Karena berbeda tujuan kami pun pergi sendiri-sendiri dengan aku yang berangkat lebih awal untuk menghindari macet di jalanan karena tempat tujuanku lebih jauh.
Kalau tidak salah ingat, baru saat Vera mengambil kunci mobil dan akan berangkat juga tiba-tiba Akbar berserta kawan-kawannya datang.
Vera yang sudah biasa meladeni mereka tertawa-tawa sambil menjelaskan ke mereka bahwa dia harus berangkat.
Namun mereka tak mau, mereka yang sudah terlanjur bolos sekolah tentu tak ingin bolos mereka sia-sia.
" Ayo dong kak, masturbasi sekali aja.. " kata seorang temannya.
Kejadiannya terjadi di ruang tamuku, jadi ketika aku menonton rekamannya aku bisa mendengar jelas suara mereka yang merengek-rengek ke Vera.
" Jangaan... Kakak mau pergi keluar.. " kata Vera yang dipeluk Akbar dari belakang.
" Kalo gitu kita-kita gak akan pergi pokoknya!!.. " mereka kekeh minta Vera menuruti mau mereka.
Vera yang entah harus kusebut sebagai sebuah ‘keramahan’ akhirnya mengalah menuruti keinginan mereka.
" Dasar kalian anak-anak nakal! Tapi abis ini udah ya.. " cakapnya Vera.
Kemudian dia dilepaskan oleh Akbar yang terus memeluk ‘kakaknya’ ini sedari tadi dan meremas dadanya dari balik Blazer yang Vera kenakan.
Kemudian dia dilepaskan oleh Akbar yang terus memeluk ‘kakaknya’ ini sedari tadi dan meremas dadanya dari balik Blazer yang Vera kenakan.
Vera duduk di atas sofa, kemudian para bocah-bocah yang memakai seragam sekolahnya itu segera duduk dilantai menghadap Vera yang mulai mengambil ancang-ancang.
Dengan wajah Bitchy menggodanya dia jilat dan kulum-kulum jarinya sambil memandangi kelima anak-anak SMP yang tengah merogoh kelamin mereka masing-masing dari balik celana biru mereka.
Kemudian Vera mulai meremas-remas buah dadanya yang sangat digila-gilai mereka sejak saat pertama kali dipamerkan oleh Akbar.
Vera meremasnya penuh penghayatan dan dia sama sekali tak terlihat sedang terburu-buru, malah dia yang tampak ingin memberikan ke mereka sebuah aksi yang memukau tak perduli jika mereka hanyalah gerombolan bocah tengik.
Vera memang tak pernah setengah-setengah jika sudah menyangkut urusan goda-menggoda.
Vera memang tak pernah setengah-setengah jika sudah menyangkut urusan goda-menggoda.
Anak-anak itu terdiam dan melongo melihat seorang wanita dewasa kini sedang meremas-remas dadanya sendiri dihadapan mereka meski tubuh tersebut masih terbungkus pakaian hitam-putih formal.
" Ayo kak buka toket gede kamu.. " pinta Akbar.
Vera tersenyum tipis, dia mengesampingkan tubuhnya lalu dengan gestur erotis dia pun membuka kancing kemeja putihnya dari posisi tersebut, kemudian dilepasnya BH yang dia kenakan dan dilemparnya ke anak-anak itu yang langsung rebutan mengambilnya.
Dia benar-benar sengaja membuat mereka penasaran.
" Wah kak!! Ngadep siniii... "
" Iyaa kak, pengen liat susu putih kakak... " mereka makin tak sabar segera melihat dada Vera yang masih terlihat dari samping saja.
Vera masih belum mau menunjukkannya ke mereka, dia menunggu momen yang tepat untuk melihatkannya.
Hingga saat anak-anak itu makin gusar barulah dia memutarkan tubuhnya dan memamerkan dada besar yang selalu membuat lelaki manapun hilang akal jika membayangkannya.
Ketika menontonnya aku pun mengumpat karena teringat jelas olehku bagaimana ekspresi wajah Innocent dengan senyum manis tak bersalahnya itu ketika memperlihatkan toketnya pada mereka.
Mereka makin terdiam, bahkan mereka mulai melorotkan celana sekolah mereka masing-masing dan mulai coli di depan Vera!
Lagi-lagi Verani Julie tersenyum tipis, dia memang sangat suka membuat orang penasaran dan dia akan tersenyum menang jika sudah begitu, karena berhasil memenuhi hasrat eksibisonisnya.
Vera langsung tancap gas, dia tahu jika anak kecil tak bisa diberikan tontonan yang lama karena baru sebentar saja mereka sudah ejakulasi.
Berbeda dengan pria dewasa sepertiku dimana dia bisa meliuk-liukkan tubuh seksinya dan bahkan menari telanjang merangsangku sesuka hatinya tanpa perlu kuatir.
Berbeda dengan pria dewasa sepertiku dimana dia bisa meliuk-liukkan tubuh seksinya dan bahkan menari telanjang merangsangku sesuka hatinya tanpa perlu kuatir.
Vera menaruh kaki jenjang yang tengah dia balut dengan Stocking serta paduan sepatu kantoran berhak tingginya ke meja.
Dia kangkangkan kakinya hingga celana dalamnya terpampang jelas dihadapan mereka yang menonton dibawah.
" Kak buka celana dalamnya!!!.. " pinta mereka mulai ribut menyuruh Vera buka celana.
" Dasar bocil!.. " umpatku saat itu.
Mereka sama sekali belum mengerti soal seni dan estetika yang lebih mengedepankan proses ketimbang hasil akhir.
Apalagi dalam sensualitas seperti ini Foreplay adalah bagian paling penting bagi lelaki dewasa dalam menentukan arah permainan.
" Buka.. Buka.. Buka.. " hanya itu saja yang mereka tahu.
Vera yang baru tampak ingin menikmati masturbasinya jadi mengeluh dalam hati dan tak nyaman menghayati aksinya karena terus di desak-desak oleh mereka.
Dia pun dengan buka bete lantas menurunkan Stocking dan celana dalamnya mengalah lagi.
" Salah sendiri.. Ngeladenin bocah sih.. " kataku mengamati wajah kesal Vera yang tengah membuka bawahannya.
Mereka terdiam melihat paha putih Vera yang mulus tersaji, kemudian diikuti belahan memek merah tebalnya yang juga menyembul ketika dia turunkan celana dalamnya.
Mereka meneguk ludah menyaksikan Vera sudah melepas semua dalamannya, suasana jadi sunyi lagi hanya terdengar suara kocokan tangan mereka mengocoki penis kecil mereka sendiri-sendiri.
Vera kembali mengangkat kakinya ke meja tadi dan mulai menyelipkan jari ke memeknya sendiri.
Dia jilat dan emut lebih dulu jari tangannya yang entah sebagai aksi teaterikal atau memang berniat membasahinya.
Dia jilat dan emut lebih dulu jari tangannya yang entah sebagai aksi teaterikal atau memang berniat membasahinya.
Aku terbius dengan wajah Vera yang seketika berubah jadi sange, matanya yang jadi redup itu selalu menjadi pemberitahuan dan penanda untukku jika dia sudah birahi.
Pagi itu kalau tidak salah aku dan Vera belum ngeseks, aku saja bangunnya telat hingga langsung membuatku meloncat ke kamar mandi karena tesku dimulai jam 7, sedangkan Vera jam 9.
Dia ngajak untuk main sebentar namun karena aku benar-benar keteteran apalagi tempat ujianku jauh jadi aku harus bergegas saat itu juga, dia sih enak punya Spare waktu yang lebih banyak makanya dia bisa sedikit bersantai.
" Ahh!!!.. " desahnya memejamkan mata berusaha menaikkan lagi libidonya.
Anak-anak tadi yang terus nyerocos sibuk minta buka kini terdiam membisu setelah Vera benar-benar telah buka semua bagian tubuh yang ingin mereka lihat.
Vera melirik ke mereka yang sudah terlihat amat serius tak berkedip memandanginya bak seorang ratu dihadapan mereka.
" Jangan keluar dulu, siapa yang muncrat duluan besok-besok gak boleh maen kesini lagi.. " kata Vera tak ingin mereka ejakulasi di tengah Show.
" SHHHH!! AHHH!!... " Vera menengadah ketika dia mulai masukkan jari lentiknya ke memeknya yang sudah basah itu.
Matanya terpejam, dia tengah mendaki puncak kenikmatannya sendiri sambil di tontoni oleh Akbar dan 4 temannya yang menatap fokus setiap ekpresi di wajah cantik Vera.
Entah apa yang ada di kepala mereka saat itu, aku saja ketika SMP mengintipi cewek mandi langsung terbayang di siang dan malam, apalagi mereka yang di usia 13 tahun disuruh menonton wanita dewasa bermasturbasi tepat di depan mata mereka.
Bahkan yang cowok dewasa saja belum tentu kuat.
" Kakk remes nenennya kakak!!.. " pinta salah seorang mereka.
Vera melakukannya, dia remas toket gedenya dalam keadaan mengangkang di kursi juga terus menggelitiki memeknya yang mulai terdengar bunyi kecipak basah itu.
" Ahhh!! Kalian suka liat cewek coli?.. " racau Vera melirik mereka satu-persatu.
" Ii..iiya kak.. Aku juga pengen ngentotin kakak, masukin kontol aku ke memek bule kakak.. " balas seorang teman Akbar mempercepat kocokannya.
" Heh.. Ngomongnya jorok, ga boleh! Kalian masih kecil.. "
" Belum boleh, nanti kalo dah gede baru boleh.. " kata Vera sambil ketawa.
" Belum boleh, nanti kalo dah gede baru boleh.. " kata Vera sambil ketawa.
" Boleh apa? Boleh ngentotin kakak?.. "
" Emang kakak mau nungguin aku sampe aku gede?.. " tanya mereka dengan polosnya.
" Emang kakak mau nungguin aku sampe aku gede?.. " tanya mereka dengan polosnya.
" Tapi si Akbar kok boleh ngentotin kakak? Kan aku seumuran sama dia.. Kita kan juga mau kak.. " sambar yang berada di sebelah Akbar rupanya iri.
Ya memang Akbar mengajak mereka hanya sebagai penonton saja, karena itulah kubilang si bocah ini gila pamer di hadapan teman-temannya.
Tapi entah Akbar atau Vera yang melarang sendiri mereka aku tak tahu.
Tapi entah Akbar atau Vera yang melarang sendiri mereka aku tak tahu.
Yang jelas paling jauh kulihat Vera hanya menyepong kontol kecil mereka dan membiarkan mereka ejakulasi di bagian tubuhnya saja.
" Akbar itu nakal.. Kalian mau jadi anak nakal emang?.. " jawab gadisku masih saja menggoda mereka.
" Mauu kak!! Asal bisa ngentotin kakak aku mau kok jadi anak nakal!!.. " mereka makin membuat Vera menahan tawa dengan respon lucu mereka itu.
Vera kembali memejamkan mata, dia mempercepat kocokannya sambil memainkan lidahnya menggoda.
" Desah dong kak... Sambil ngomong kotor kayak biasa.. " Request mereka lagi melihat Vera yang semakin tambah Hot!
" Ahh!!!.. Kalian mau kakak ngomong apa?.. " pancing Vera meladeni mereka.
" Sambil ceritain gimana kakak ngentot sama suami kakak yang ganteng itu.. " mereka rupanya menganggapku adalah suami Vera.
" Ayo dong kaak!!.. "
" Kata Akbar kakak bisa disodomi ya?.. "
" Kakak cewe bispak! Akbar bilang kakak pernah minta diperkosa sama 15 tukang-tukang, terus minta dihamilin.. "
Vera dihujani pertanyaan mereka yang makin jadi tambah gila saja, namun Vera malah memejamkan matanya dan meleguh liar.
Dia tampak menikmati racauan mereka yang mengetahui soal itu dari mulut ember Akbar seperti yang sudah kuduga sebelumnya.
Vera dihujani pertanyaan mereka yang makin jadi tambah gila saja, namun Vera malah memejamkan matanya dan meleguh liar.
Dia tampak menikmati racauan mereka yang mengetahui soal itu dari mulut ember Akbar seperti yang sudah kuduga sebelumnya.
" AHH... Iya kakak emang cewe bispak.. Nih memek bispaknya kakak.. " Vera menjadi-jadi dan dia membuka memeknya lebar-lebar lalu mempertontonkannya ke mereka.
" Ughh kaak Veraa!!.. " leguh Akbar tak tahan melihat Vera.
" Berapa banyak cowo yang pernah make kamu emang kak?.. " kali ini Akbar sendiri yang bertanya, dia tampak penasaran.
Aku pun penasaran, karena aku juga ingin tahu sebenarnya sebelum denganku sudah berapa orang laki-laki yang pernah menikmati tubuh seksinya itu.
" Gak sopan Akbar, kok nanyanya sama kakak gitu sih?.. " kata Vera.
" Ayo dong kak, aku penasaran.. " rajuk Akbar manja.
" Hmmm... Berapa yaa? Tebak coba.. " goda Vera genit.
" 5 orang.. " jawab seseorang.
" 5? Hahaha.. " Vera tertawa.
" Bego lu! Ama gua aja waktu itu kak Vera di entotin lebih dari segitu.. " Akbar meledek temannya yang mencoba menebak duluan.
" Kalo gitu 23 cowok!!.. " sambung yang lain mencoba peruntungannya.
" 23? Dikit amat... Hihihi.. " Vera lagi-lagi kembali tertawa.
" 30.. "
" 35.. "
" Lebih.. " jawab Vera.
" 57.. "
" 42.. "
Mereka pun terus menebak-nebak asal-asalan sementara aku diam di depan monitorku saat itu, mungkin Vera hanya bercanda saja dan sedang bermain-main dengan bocah-bocah tersebut tapi rasanya badanku panas-dingin mendengar candaannya.
Vera mempercepat kocokan masturbasinya selagi mereka menebak-nebak, dia menggigit bibirnya sendiri dimana para bocah itu kembali diam melihat Vera melengkungkan tubuhnya.
" Ahh!! Kakak mau keluar!!.. " erang Vera.
" Ayo kak keluarin abis itu keluarin yang kita juga.. "
Vera tak menjawab, dia fokus memejamkan mata dan mulai menggeliat bahkan badannya sampai keluar dari sofa.
" AHHHH... KAKAK KELUAR SAYANGG!!.. " teriak Vera keras kemudian muncrat-muncrat cairan orgasmenya tepat ke lantai di hadapan mereka.
Mereka terdiam, kocokan mereka makin dipercepat melihat Vera yang langsung ambruk terjatuh dari sofa dengan nafas berat dan tersengal-sengal.
" Hahh..Hahhh.. Hahh.. " dengus nafas Vera kehilangan tenaganya sejenak.
Dan beberapa lama setelah mampu berdiri, Vera pun bangkit, lalu merapikan lagi pakaiannya kemudian memasang kembali BH juga celana dalamnya.
" Udah sana pergi, kakak mau berangkat sekarang.. " ujarnya yang malah melihat mereka diam menatapnya dari ujung kaki ke ujung rambut.
Akbar tegak, dia samperi Vera dan segera dia remas-remas toket Vera yang sudah dikancingkan itu.
" Akbarr!! AHH!!.. Jangan bar kakak mau per.. pergi.. " Vera berusaha menjauhkan Akbar yang berusaha membuka kancing kemeja putihnya lagi.
Mereka yang melihat Akbar tengah membuka Blazer Vera ikut membantu temannya tersebut, berlima mereka rebahkan Vera ke karpet lalu mereka buka Blazer hitam Vera disusul kancing kemeja dan kembali melepaskan BH nya.
Saat itu aku awalnya marah karena mereka sangat memaksa gadisku, namun saat kulihat ekspresi Vera kemarahanku pun seketika pula surut.
Meski menjerit-jerit dan minta dilepaskan tapi dia terlihat begitu pasrahnya, bahkan dia ketawa-tawa melihat gelagat lucu mereka yang seperti tengah minta di edukasikan seks lagi secara langsung oleh dirinya sendiri.
Aku pun hanya bisa menarik nafas dan masa bodoh saja, toh dia sendiri yang sudah kadung memancing-mancing anak-anak itu, ya tanggung sendiri resikonya.
Bukan aku tak peduli dengannya, tapi hal ini sudah amat sering terjadi meski sudah sering kuingatkan, dan ketika kuingatkan Vera akan mengangguk menurut namun tetap saja begini kejadiannya.
Akbar menyingkap rambut panjang Vera agar tak mengganggu pandangannya lalu dengan bernafsu dia remas-remas segera setelah dada besar gadis itu terbuka.
Pun teman-temannya terpukau setelah melihat toket putih Vera yang kini lebih terbuka bebas dari yang tadi dan mereka pun berebut turut meremasnya.
" Lepasin kakakkk bar.. Tega kalian mau perkosa kakak.. " teriaknya sama sekali tak menunjukkan gelagat Defensif.
" Diem kak!.. Kakak yang tega mau pergi gitu aja mentang-mentang dah puas.. Kita belum.. " rundung Akbar sambil terus berlomba-lomba merabai payudara bundar Vera bersama teman-temannya.
" Nakal kalian, kenapa kalian ikut-ikutan nakal kayak Akbar?.. Ahh!!.. " desahnya saat ada yang mencengkram dadanya dengan kuat.
" Ah gila kak besar banget susumu... Gak ada kendor-kendornya!.. "
" Tiap malem aku jadi mimpi basah terus sejak ngeliat dada kakak ini!.. "
" Enak banget suami kakak bisa ngeremesnya terus.. " mereka benar-benar masih berpikiran jika Vera sudah menikah denganku rupanya.
Dan silih berganti pula mereka memuja-muji serta mengomentari montok tubuh Vera yang memang sangat jempolan itu.
" Iya makanya kalian lepasin kakak... Nanti suami kakak marah loh... " katanya dengan wajah sendunya.
" Emang suami kakak marah kalo liat kakak diremes-remes orang gini?.. " tanya seseorang di dekat Akbar.
Vera diam, dia tampak berpikir sejenak baru kemudian menjawabnya.
" Iya marahlah! Suami kakak tuh sayang banget sama kakak tauk.. "
Kali ini balik aku yang terdiam, entah kenapa ungkapannya begitu kena kepadaku saat itu.
" Tapi kakaknya sendiri gatel gitu, gimana mau marah coba suaminya.. Hihihi.. " ada celetukan mereka mewakilkan jawabanku.
Akbar memelorotkan celana dalam Vera, Vera sempat berontak namun tetap berakhir pasrah.
" Akbarr!! Pokoknya kakak ga mau di ML in.. Inget ya.. Ahh.. Kakak mes.. mesti pergi.. " Vera terlihat serius kupikir akalnya sudah terbang.
Mereka mulai gantian mengusap-usap memeknya yang juga telah bebas terpampang.
" Yah ayo dong kak, temen-temenku juga pengen jajal kakak kayak kita waktu itu.. " katanya membahas-bahas kejadian yang lalu.
" Engga! Jangan sekarang.. Ahh..... " jawab Vera.
" Jadi kapan dong kak? Di janjiin terus dari dulu.. " cakap yang di depan Vera.
Jadi teman-teman Akbar memang tak pernah memakai Vera dan selama ini hanya dijadikan penonton saja.
Vera tak menjawab dia mendesah, seketika wajahnya jadi merah merasakan libidonya naik lagi terus digerayangi dan bahkan memeknya sudah habis di emek-emek mereka.
Mereka sesaat terdiam, Akbar menenggelamkan wajahnya di dada Vera dan menyapih putingnya, sementara temannya ada yang langsung melahap memek Vera yang sedang terkangkang tanpa pertahanan.
" AHHH!!! BAARR.. " desah Vera keras karena dua titik rangsangannya sedang diserang.
" Iya kak desah terus, kakak cantik banget kalo desah gitu... " Akbar nyeletuk sambil mengemut puting Vera mengomentari wajahnya yang tengah mendesah-desah keenakan.
Mungkin aku sedikit berlebihan pada Vera jika mengatakan ini, tapi wajah sangenya itu memang benar-benar memancing orang untuk memperkosanya, apalagi jika melihat mata dan desahan lembutnya yang sungguh membuat lelaki manapun takkan kuat.
" Ah gue gak tahan!! Kulum kak!!.. " yang berada persis di sebelah Vera langsung mengarahkan penis kecilnya ke mulut Vera.
Vera kembali melakukan aksi teaterikal, dia menggeleng sayu sambil menatap ke anak tadi.
" Ayo kak hisep aja.. Kalo engga kakak gak pergi-pergi loh nanti.. " bisik Akbar yang sudah tak lagi menyusu di dada Vera dan bergantian dengan temannya.
" Kamu mau pejuin muka kakak?.. " tanya Vera menatap ke anak kecil yang masih menyodorkan burungnya ke mulut Vera.
" Ahh.. Iya kak, aku udah ga kuaat.. " anak itu sudah ngebet sekali ingin disepong.
Vera yang diburu waktu pun mengalah, dia buka mulutnya dan dilahapnya kontol kecil tersebut.
" AHHH ANJING ENAKNYA!!... " seketika si pemilik penis menengadah dan meleguh keras.
Vera memberikan hisapan terbaiknya meski menurutku kontol yang tengah dia oral itu sama sekali tak layak untuk dihisap.
" Wah anjir, gue juga pengen kak.. " Akbar buru-buru menarik kepala Vera dan mengarahkan mulut Vera menuju kontolnya yang sudah tegang.
" Ahh elu bar, lo kan udah sering.. " dumel yang tengah dihisap tadi karena Akbar tiba-tiba nyerobot.
" Diem luh! Udah sukur gua ajak.. Besok lo gausah ikut lagi deh!.. " Akbar bak seorang bos yang terlihat begitu egoisnya.
Vera hanya diam saja sementara mereka berkelahi memperebutkan dirinya.
" Enak kak.. Gede kontolku atau kontol bang Nanda kak?.. " tanya Akbar.
Vera tak menjawabnya karena itu pertanyaan yang bodoh sekali, namun Akbar menarik kontolnya dan memaksa Vera menjawabnya.
" I..iya gede kontol kamu bar.. " jawabnya sekenanya.
Vera melanjutkan hisapannya sebelum bergantian lagi ke teman Akbar yang mengantri di sebelahnya.
Vera melakukan hisapannya tanpa bantuan tangan, dia terlihat bersungguh-sungguh sekali melakukannya meski kontol-kontol mereka sama sekali tak memuaskannya.
Namun dia tetap berikan kemampuan terbaiknya, bahkan dengan jarinya dia mengusap-usap memeknya sendiri mencoba menikmati sensasinya.
Namun dia tetap berikan kemampuan terbaiknya, bahkan dengan jarinya dia mengusap-usap memeknya sendiri mencoba menikmati sensasinya.
" AHH ENTOTLAH.. ENAKNYA, BADAN GUE AMPE MERINDING CUY!!.. " racaunya lantang.
Teman-temannya tak membalas, mereka membiarkan Vera konsen dulu dengan satu temannya ini sambil menunggu giliran mereka.
" Lama ahh.. Sepong juga punyaku kak... " yang tadi menjilati memek Vera sudah tak tahan dan langsung mendekat.
Vera terlihat baru akan mengeluarkan teknik oral terbaiknya dan membuat mereka keluar, namun selalu dipotong oleh yang lainnya secara tidak sabar.
Dia pun mau tak mau harus melayani dua kontol yang kini terhunus di wajah cantiknya.
Dia pun mau tak mau harus melayani dua kontol yang kini terhunus di wajah cantiknya.
Dia pejamkan matanya lalu di dekatkannya dua kontol itu masing-masing di pinggir bibirnya, dan dengan lidahnya dia memain-mainkan ujung kepala kontol mereka yang sontak membuat mereka kegelian.
" Kakk.. Kocokin dong aku udah pengen keluar nih.. " celetuk salah satu diantara mereka.
Lagi-lagi Vera yang belum selesai memainkan salah satu skilnya sudah kembali dipotong, mau bagaimana lagi begitulah jika meladeni anak kecil.
Vera meraih batang kontol mereka dan dia mulai mengocokinya dengan jari-jari lembutnya yang begitu terasa sampai keubun-ubun merasakan nikmatnya jika lentik jarinya sudah menyentuh penis.
" Ahh... Kalian mau pejuin kakak dimana?.. " lirihnya dengan desahan menggoda mereka.
" Tetek!! "
" Muka... " jawab mereka berbarengan dengan dua jawaban itu.
" AHH.. Masa tega kontol ini mejuin muka cantik kakak?.. " racau Vera dengan mata redup khasnya dan menatap kontol yang tengah dia genggam sebelum kembali menyepongnya.
Mataku terus fokus ke mata cantik dan buah dada besarnya ketika itu, sementara tiga orang mereka yang sedang tak diservis juga tampak sama.
Mereka hanyut dalam kocokan kontol mereka sendiri dan tampak benar-benar segera akan meledakkannya ke Vera.
Mereka hanyut dalam kocokan kontol mereka sendiri dan tampak benar-benar segera akan meledakkannya ke Vera.
" Ahhh Terus kak, sepong kontolku.. " desah mereka berdua bergantian dihisapi Vera lagi.
" Kamu dulu ya.. " Vera berpindah dan melirik ke salah seorang teman Akbar yang Vera tahu jika kontolnya tampak akan lebih dulu ejakulasi.
Tampaknya gadis bule berambut coklat terang ini akan menuntaskan mereka satu-satu.
Tampaknya gadis bule berambut coklat terang ini akan menuntaskan mereka satu-satu.
" Iya kak aku udah mau muncrat.. " ujarnya dengan tubuh terus bergetar-getar.
" Hmmm.. Kakak suka bau kontol kamu sayang.. " endus Vera di sekujur batang kontolnya dengan sebuah kocokan pelan.
" Cepeet kak hisep aku dah gak kuat mau muncrat.. " erangnya terlihat sudah tak bisa ditunda-tunda lagi.
" Hihi udah gak sabar kamu ya?.. "
" Yaudah sini kakak hisep sampe muncrat.. " Vera melahap kontol sang bocah dan kali ini tak dia kasih kendor sama sekali!
" Ummpp.. Umppp.. " emut si gadis berpayudara gede itu yang membuat si pemilik kelamin mengerang ngilu.
" KAKKK NGILU... GILA SEDOTANMU KAA..UGHH!!.. " dia tak kuasa menahannya dan menjambak rambutnya sendiri.
Jangankan dia, lelaki dewasa atau bahkan gigolo berpengalaman saja roboh disepong oleh si Vera ini, apalagi dia si bocah cilik kemaren sore.
Vera tak perduli dengan erangannya, bahkan Vera menahan paha anak itu agar tak grasak-grusuk bergerak terus berusaha menjauhkan kontolnya dari mulut Vera.
Dan Vera mengeluarkan teknik andalannya apalagi kalau bukan paduan Handjob di barengi Blowjob nya bersamaan.
Meski dia tak bisa menggenggamnya utuh karena ukuran penis yang sangat kecil itu, hingga membuat Vera hanya bisa mengocokinya dengan dua jarinya saja.
Meski dia tak bisa menggenggamnya utuh karena ukuran penis yang sangat kecil itu, hingga membuat Vera hanya bisa mengocokinya dengan dua jarinya saja.
" KAKK AKU KELUARR KAAAKK!!!.. " dia pun mengejang dan akhirnya mengeluarkan air maninya di dalam mulut Vera sementara batangnya terus di kocoki sang gadis.
" AHHH.. KAK GILAA.. HAHH..HAHHH..HAHH!!.. " erangnya mendongak makin kuat menjambak rambutnya sendiri.
" Enak kan sayang?.. Banyak banget loh air mani kamu di mulut kakak.. " Vera menatap keatas menyaksikan ekspresi bocah yang baru saja dia buat ejakulasi karena ulahnya.
" Slurrp.. Sluurppp.. Fuaah!!.. " Vera melakukan sentuhan akhir dengan kuluman dan hisapan dalam penuh perasaan di kontol yang baru ejakulasi ini.
Anak itu langsung menjauh dan seketika terduduk merasakan nikmat luar biasa yang masih dia rasakan pastinya.
Sementara Vera dengan sengaja meneteskan air mani yang tertampung di mulutnya itu menumpahkan ke dada putih montoknya.
Sementara Vera dengan sengaja meneteskan air mani yang tertampung di mulutnya itu menumpahkan ke dada putih montoknya.
Mereka melongo begitupun aku ketika melihat aksi binalnya Vera.
Mata mereka melotot ke toket bulatnya yang kini mengkilat dan berbarengan meringis takjub dengan apa yang tengah mereka saksikan.
Vera menikmati pandangan anak-anak itu, tidak ada yang membuatnya lebih puas selain menyaksikan para pria ngiler menatap setiap jengkal tubuh seksinya.
Vera meneguk sperma yang masih tertinggal dimulutnya sementara sisanya yang ada di pinggiran bibirnya dia sapu menggunakan lidahnya dan kembali dia telan!
Vera menikmati pandangan anak-anak itu, tidak ada yang membuatnya lebih puas selain menyaksikan para pria ngiler menatap setiap jengkal tubuh seksinya.
Vera meneguk sperma yang masih tertinggal dimulutnya sementara sisanya yang ada di pinggiran bibirnya dia sapu menggunakan lidahnya dan kembali dia telan!
" Ayo sayang pejuin kakak lagi.. "
" Mandiin tubuh putih kakak ini sama peju perjaka kalian, kakak suka.. " godanya ke mereka yang sama-sama terdiam sambil mengocok.
" Mandiin tubuh putih kakak ini sama peju perjaka kalian, kakak suka.. " godanya ke mereka yang sama-sama terdiam sambil mengocok.
" GUE GAK TAHAAN!!... " temannya yang tadi dikulum berdua oleh Vera langsung berlari mendekat.
Dia kocoki kontol yang sudah terlihat begitu kerasnya tepat di depan mulut Vera, dan hanya beberapa kali kocokan saja dia pun ejakulasi dengan amat banyak!
" Ahh.. " desah Vera kaget karena dia sengaja menyemprotkan spermanya ke dada Vera memandikan tubuh montoknya sesuai ucapannya tadi.
" ANJIIING!!! ENAK PARAAAH!!.. " leguhnya nyalak ketika Vera mencucup lubang kencingnya seolah sedang menarik sperma yang masih ada di dalam agar terhisap keluar.
Vera menyedot kuat-kuat dengan terpusat di lubang kencingnya, aku bahkan tak kuat membayangkan betapa ngilu nikmatnya ketika Vera melakukannya padaku setelah ejakulasi.
Tubuhku sampai lemas selemas-lemasnya ketika pipinya sampai kempot-kempot seakan sedang menarik semua cairan yang ada di tubuhku memalui ujung kontolku yang dia buat seperti sedotan minuman.
Tubuhku sampai lemas selemas-lemasnya ketika pipinya sampai kempot-kempot seakan sedang menarik semua cairan yang ada di tubuhku memalui ujung kontolku yang dia buat seperti sedotan minuman.
" Muuahh.. Makasih sayang.. " kecupnya berkali-kali di kepala kontol yang masih berdenyut-denyut itu.
Lagi-lagi Vera melihati mereka satu-persatu yang tegak dihadapannya mengacungkan kontol masing-masing memburu klimaks mereka.
Mereka yang tegak di depan Vera menatap tajam ke si gadis cantik yang tengah terduduk diatas lututnya.
Dan pandangan mereka terlihat sangat merendahkan sekali, padahal secara usia Vera jauh lebih tua dibanding mereka, terlebih Vera mau-mau saja ditatap rendah oleh para bocah-bocah itu.
Dan pandangan mereka terlihat sangat merendahkan sekali, padahal secara usia Vera jauh lebih tua dibanding mereka, terlebih Vera mau-mau saja ditatap rendah oleh para bocah-bocah itu.
Vera memainkan lagi lidahnya sembari menunggu mereka yang sudah siap menyetor sperma kepadanya.
Tak lama akbar sendiri yang datang, dia jambak rambut Vera lalu menempelkan kontolnya ke pipi Vera.
" Aku pejuin muka kakak yang binal inii.. OHHH!!.. " bacotnya seketika kemudian ejakulasi di wajah Vera!
" Basah-basah nih muka perek ama peju gue!.. " hardiknya yang membuatku panas.
" Dasar bocah gak tau di untung! Udah untung gue kasih kerja sekarang malah ngejambak dan maki-maki Vera.. " umpatku kesal sekali.
Vera tak berkomentar, aku tahu jika dia malah suka dimaki-maki begitu, dan dia terlihat makin meredupkan matanya sambil memainkan lidahnya menatap menggoda mereka meski baru saja direndahkan.
" Vera Vera.. Wajar kalo kamu diperkosa orang terus kalo kamu kayak gitu mulu sayang.. " kataku tak lupa dengan apa yang kurasakan ketika itu.
Aku tak bisa mengesampingkan betapa terangsangnya aku melihatnya yang begitu pasrahnya.
" Ayo pejuin kakak lagi.. Ummp.. Sperma kalian enak, manis.. "
" Kakak suka banget sama kontol gede kalian.. Ahh.. " lirihnya dengan wajah sangeknya.
" Kakak suka banget sama kontol gede kalian.. Ahh.. " lirihnya dengan wajah sangeknya.
Benar dugaanku, melihat Vera yang tengah mengemis minta dipejui yang berikutnya pun mendekat.
Sama seperti teman-temannya, dia mengocoki kontolnya sebentar di depan wajah sayu yang sudah siap menampung spermanya itu sambil meracau.
" Ayo sayang pejuin muka kakak.. " racau Vera sambil menunggu dia keluar dengan menatapnya binal.
" Uhh.. Liat muka kakak udah penuh air mani temen-temenmu.. Masa kamu kalah.. "
" Nihh.. Kakk!! Aghh!!!.. " erangnya sekejap tak tahan yang disertai kucuran air maninya.
Ejakulasinya tepat mengenai hidung, mulut dan dagu Vera, tetesannya mengucur kembali jatuh ke dadanya yang benar-benar sudah mengkilat basah kuyup oleh sperma mereka.
" Kentel spermamu.. Kakak suka.. " kerlingnya nakal sambil menunggu dia meneteskan tetes terakhir klimaksnya.
" Makasih ya sayang... "
" Nanti kapan-kapan kakak pengen dikontolin kamu juga.. Muahh.. " Vera tak lupa memberikan kecup perpisahan yang sama diujung kontolnya seperti temannya tadi.
" Nanti kapan-kapan kakak pengen dikontolin kamu juga.. Muahh.. " Vera tak lupa memberikan kecup perpisahan yang sama diujung kontolnya seperti temannya tadi.
Dan bocah terakhir pun mendekat, dia meminta Vera menahan teteknya dengan tangannya, lalu dia memandikan toket bulat itu dengan semprotan spermanya yang juga sangat banyak.
Mereka langsung terduduk ke lantai dan sama-sama tumbang setelah klimaks.
Vera tersenyum jahat dengan ekspresi nakal masih dengan mata sayunya melihat korban-korban kecilnya yang tadi begitu ribut kini sudah bergelimpangan tak berdaya dibuatnya.
Vera tersenyum jahat dengan ekspresi nakal masih dengan mata sayunya melihat korban-korban kecilnya yang tadi begitu ribut kini sudah bergelimpangan tak berdaya dibuatnya.
Setelahnya anak-anak itu pun pulang, sementara Vera buru-buru membasuh tubuhnya dengan handuk basah dan mengganti ulang pakaiannya.
Kemudian barulah dia berangkat mengurusi pendaftarannya.
..............................
Kemudian barulah dia berangkat mengurusi pendaftarannya.
..............................
Setengah jam aku masih belum bisa tidur, aku jadi malah menyesal mengingat-ingat itu lagi hingga membuatku sulit tidur.
Sementara hujan masih belum mau berhenti dan tampaknya akan tetap turun sepanjang malam.
Sementara hujan masih belum mau berhenti dan tampaknya akan tetap turun sepanjang malam.
Vera juga sama dia terlihat belum bisa tidur, aku merasakan kegelisahannya meski kami sama-sama masih saling membelakangi.
Aku tak tahu apa dia akan menanggapi serius ucapanku barusan atau malah menjadikannya angin lalu seperti yang sudah-sudah.
Tapi aku benar-benar berharap dia setidaknya mulai memikirkannya agar perlahan berubah dan jadi bisa mengontrol diri.
Tapi aku benar-benar berharap dia setidaknya mulai memikirkannya agar perlahan berubah dan jadi bisa mengontrol diri.
Yah, kuharap saja dia bisa dan aku ingin melihat responnya saat aku bangun nanti.
..............................
Pagi-pagi sekali aku sudah siap-siap dan segera akan berangkat masih mengurusi berkas-berkas kelulusanku.
Vera juga sedang bersiap-siap, sepertinya dia mau pergi keluar dan tengah memakai kemeja berwarna hijau stabilonya, namun tak kutanyakan karena kami sama-sama sedang dingin.
Dia juga diam saja, wajahnya tampak masih merajuk karena kumarahi tadi malam dan dia tahu aku masih kecewa dengannya jadilah tak ada satupun di antara kami yang saling bersuara.
Maka setelah mobilku panas aku pun segera pergi dengan harapan hari ini cepat selesai.
Harusnya sih begitu karena hanya tinggal cap-mencap saja berhubung kemarin aku sudah selesaikan pelegalisirannya dan semoga saja semua urusan perijazahanku selesai tuntas hari ini.
Vera, dia sudah tuntas untuk urusan ijazahnya karena kami berbeda kelas dan beda jurusan, yang entah kenapa untuk jurusan IPS lama sekali keluarnya.
Harusnya sih begitu karena hanya tinggal cap-mencap saja berhubung kemarin aku sudah selesaikan pelegalisirannya dan semoga saja semua urusan perijazahanku selesai tuntas hari ini.
Vera, dia sudah tuntas untuk urusan ijazahnya karena kami berbeda kelas dan beda jurusan, yang entah kenapa untuk jurusan IPS lama sekali keluarnya.
Dan rupanya prediksiku meleset, tadinya yang kupikir akan cepat namun jadi lama karena prosesnya yang dibikin ruwet oleh pihak sekolahku sendiri.
Pokoknya ada-ada saja kendalanya, ya petugas datangnya telatlah padahal orang sudah banyak yang mengantri, cap stempel habislah, belum lagi terpotong Ishoma hingga ujung-ujungnya baru selesai jam 3 sore.
" Halah!!.. " kesalku dalam hati atas ketidakprofesionalan ini dan segera naik mobil lalu bergegas pulang.
Jam 4 kurang aku tiba dirumah, mas Yanto yang sedang mencuci mobil Vera di halaman menegurku yang kubalas senyum sambil berjalan masuk.
Di ruang tamu kulihat ada tas Vera di sofa yang sepertinya ketinggalan dia bawa ke atas.
Kuambil dan kubawa ke kamar karena tak biasanya dia ceroboh menaruh barang begini.
Kuambil dan kubawa ke kamar karena tak biasanya dia ceroboh menaruh barang begini.
Kubuka pintu kamar, Vera tidak ada dikamar, entah dia ada dimana lagi.
Berhubung aku sangat gerah kuambil handuk dan segera mandi dulu membuang penat tadi.
Berhubung aku sangat gerah kuambil handuk dan segera mandi dulu membuang penat tadi.
Setengah jam saat aku sudah segar aku jadi kepikiran gadisku lagi.
Saat ini yang ada dipikiranku pasti dia sedang di rumah belakang mengulang lagi perangainya itu yang entah kenapa tak pernah bisa untuk dibilangi.
Saat ini yang ada dipikiranku pasti dia sedang di rumah belakang mengulang lagi perangainya itu yang entah kenapa tak pernah bisa untuk dibilangi.
Maka aku berniat mengeceknya ke ruang kontrolku melihat apa lagi yang dia lakukan di rumah belakang.
Tapi baru sampai tangga di lantai bawah, ada mas Krisno di dapur sedang menuangkan bensin ke botol untuk membakar sampah.
" Loh mas.. Vera dimana?.. " tanyaku padanya.
Tadinya kukira dia sedang bersama mas Krisno di rumah belakang, namun melihat mas Yanto dan mas Kris masih sama-sama bekerja aku jadi tahu kalau dia tak sedang di rumah belakang.
" Bukannya non Vera pergi dari tadi pagi ya den? Gak lama dari aden pergi non Vera juga pergi kalau gak salah saya.. "
" Lah itu mobilnya ada di garasi lagi di cuci mas Yanto.. " kataku.
" Waduh gak tau juga saya den, saya juga gak liat perginya.. Tapi dari pagi saya udah gak liat non Vera.. "
" Oh yaudah deh.. " aku tak jadi ke ruang kontrol dan kembali naik.
Kutelpon Handphone nya beberapa kali namun tak diangkat, aku hanya penasaran kemana dia pergi dari pagi tanpa membawa kendaraan sendiri.
Tak mau memusingkannya segera kunyalakan Playstations ku dan main Game saja karena aku yakin dia sebentar lagi pulang.
..............................
Jam 9 malam Vera belum juga pulang, aku mulai khawatir dan terus menelponnya yang tersambung namun tak diangkat.
Pikiranku saat ini menyangkut kemarin malam, dia mungkin ngambek saat kumarahi malam itu dan sekarang tengah mengasingkan diri dariku alias sedang kabur.
Aku jadi benar-benar merasa bersalah, padahal tak ada sama sekali nada tinggi yang keluar dari mulutku, tapi rupanya itu tetap melukai hati lembutnya.
Aku hanya mencoba menasihatinya dengan caraku, tak ada amarah di dalamnya.
Vera tahu jika aku orang yang tak bisa marah apalagi dengannya, tapi kenapa dia kabur dariku.
Vera tahu jika aku orang yang tak bisa marah apalagi dengannya, tapi kenapa dia kabur dariku.
Cemas secemas-cemasnya aku terus menunggu dan menelponnya yang mungkin ada sudah sampai 100x panggilan tak terjawabku di HP nya.
Jam demi jam berjalan lambat sekali.
Dan di jam 11 malam aku terloncat dari kasur begitu mendengar Handphone ku berdering dengan nada dering yang kuset khusus jika Vera yang menelpon.
Dan di jam 11 malam aku terloncat dari kasur begitu mendengar Handphone ku berdering dengan nada dering yang kuset khusus jika Vera yang menelpon.
" Halo.. " ujar lembut suara yang langsung menggetarkan hatiku.
" Ver.. Kamu dimana sayang? Semaleman gak pulang? Kamu gpp kan?.. " kataku begitu cemasnya akan keadaan gadis yang sangat kusayangi ini.
" I..Iyaa.. "
" Aku.. Mmm.. Aku lagi di rumah temen.. Sshhh... " jawabnya dengan suara yang aneh.
Suara Vera terdengar jauh, dan juga nafasnya seperti terengah-engah.
" Sayang? Kamu gpp?.. " aku mengkhawatirkan kondisinya.
" Iyaa, aku baik-baik aja.. En.. entar lagi aku.. pulang.. Ahhh.. pulang kok.. " kali ini dia terdengar menahan sesuatu.
" Kamu dimana sayang? Aku jemput sekarang.. " aku sudah menyadari ada yang tak beres.
" Ga... Gak usah, Ahhh.. Aku udah mau pulang ini juga.. Bye say..sayang.. "
Kemudian telpon itu ditutup.
Aku pun terduduk.
Pikiranku terbang melayang kemana-mana, apa yang sedang terjadi padanya saat ini itulah yang memenuhi kepalaku.
Pikiranku terbang melayang kemana-mana, apa yang sedang terjadi padanya saat ini itulah yang memenuhi kepalaku.
Segera aku melompat ke ruang kontrolku berharap bisa mengetahui dengan siapa dia pergi tadi.
Kunyalakan monitor dan mencari Folder rekaman yang merekam keadaan rumahku tadi pagi!
Dadaku berdetak cepat sekali, aku tak bisa berpikir jernih lagi, tak pernah aku seperti ini sebelumnya.
Dadaku berdetak cepat sekali, aku tak bisa berpikir jernih lagi, tak pernah aku seperti ini sebelumnya.
Kutemukan, dan langsung kuputar dengan perasaan tak menentu berharap mendapat titik terang akan situasi Vera.
Tak lama setelah aku berangkat Vera turun ke bawah, dia membuat roti selai dan sarapan sebentar sambil memanaskan mobil, tampaknya dia memang berencana pergi dengan membawa mobil sendiri sebelumnya.
Dan saat Vera baru akan berjalan menuju garasi, Akbar dan teman-temannya datang, mereka masuk melalui gerbang depan yang tadi sudah terbuka sebelumnya karena aku pergi lebih dulu.
Mereka langsung memarkirkan motor bebek mereka tepat di depan mobil Vera.
Akbar cengegesan melihat Vera yang seketika menyuruh mereka meminggirkan motor karena menghalangi mobilnya yang akan keluar.
Akbar cengegesan melihat Vera yang seketika menyuruh mereka meminggirkan motor karena menghalangi mobilnya yang akan keluar.
Mereka terlibat obrolan yang tak bisa kudengar karena saat itu mereka sedang ada di teras rumah dekat garasi.
Tak seperti biasa, Vera terlihat tak mau meladeni mereka dan menepis tangan Akbar yang mulai memegang-megangnya.
Si bocah begitu kurang ajarnya terus berusaha menjamah Vera, apalagi melihat paha mulusnya yang memang tengah mengenakan rok mini berwarna putih yang dia padukan kemeja berwarna stabilo.
Si bocah begitu kurang ajarnya terus berusaha menjamah Vera, apalagi melihat paha mulusnya yang memang tengah mengenakan rok mini berwarna putih yang dia padukan kemeja berwarna stabilo.
Namun Akbar terus manja-manja berusaha memeluk-meluk Vera meski cewekku itu terus menolaknya.
Akbar menarik tangan Vera lalu dia tarik ke dalam mendudukkannya ke sofa yang ada di ruang tamu.
Dia ambil tas import yang kubelikan untuknya yang kini terselip di ketiaknya, kemudian menjauhkannya dan Akbar langsung membuka tangan Vera lebar-lebar.
Dia ambil tas import yang kubelikan untuknya yang kini terselip di ketiaknya, kemudian menjauhkannya dan Akbar langsung membuka tangan Vera lebar-lebar.
" Bar udah bar.. Kakak gak mau!.. "
" Kamu gak usah ganggu-ganggu kakak lagi.. " seketika Vera menutup tangannya saat Akbar meremas-remas buah dadanya.
" Kamu gak usah ganggu-ganggu kakak lagi.. " seketika Vera menutup tangannya saat Akbar meremas-remas buah dadanya.
Saat itu aku bisa mendengar suaranya karena sudah memasuki rumah dan yang paling menyita perhatianku adalah wajah Vera yang terlihat sama sekali tak nyaman dengan tingkah Akbar yang biasanya selalu dia ladeni.
" Hehehe aku tuh kangen kakak... Dari tadi kita udah stand by nungguin bang Nanda cabut.. "
Seperti dugaanku, selama ini dia memang selalu memantauku pergi tiap kali mau menyelinap masuk ke rumah.
" Bar kakak serius! Udah kalian gak usah dateng kesini lagi, daripada nanti kakak aduin sama Nanda kamu.. " rupanya Vera sangat serius.
" Ihh.. Kakak kok jadi gini sih? Gak kangen kontolku lagi emang?.. "
" Aduin aja kak, nanti aku juga bilang ke bang Nanda kalau kakak yang sering maksa aku buat layanin kakak sampe nyuruh aku bolos sekolah segala.. " jawabnya cepat sambil mengangkat tangan Vera dan memeganginya lagi.
Tanganku mengepal, panas sekali rasanya dada ini mendengar akal-akalannya pada Vera.
Vera langsung diam, dia berusaha memalingkan mukanya sementara Akbar terus mencoba mencipok bibir di wajah cantiknya.
" Udah sana pergi bar.. Kakak mau pergi.. " ujar Vera dengan nada lembut kemudian berdiri namun kembali ditahan oleh Akbar.
Kali ini dia yang sudah terlihat begitu tak sabarannya segera membuka kancing baju Vera agar dapat melihat toket besarnya yang sangat memanjakan mata itu.
" Bar udahlah bar, kamu kenapa gak bisa dibilangin sih!!.. " Vera menutup dadanya saat Akbar berusaha meremas toketnya yang masih berbalut BH.
Akbar sama sekali tak menanggapinya, kuat Vera meronta makin kuat pula dia memaksa.
" Ahhh kak, toket kakak nih ngangenin banget, kebawa mimpi terus.. " racaunya saat telah berhasil menyingkap BH Vera dan melotot melihat puting susu sang gadis.
Akbar langsung buru-buru membuka seragamnya sekolahnya sendiri begitu melihat dada Vera yang sudah terbuka.
Kini Vera hanya bisa menutup wajahnya dengan tangannya sendiri dan geleng-geleng kepala sadar jika macan kecil yang dia pelihara kini sedang menerkam dirinya sendiri.
" Hajar bar!! Jangan lupa bagi-bagi aja.. " celetuk teman-teman Akbar yang menonton di depannya melihat Akbar bersiap mempreteli toket besar Vera.
" Sluurppp!!.. Mantap!! "
" Ugh kak.. Kok gak ada susunya sih?.. "
" Aku pengen jadi dedek bayi yang minum susu langsung dari nenen gedenya kak Vera.. Hehehe... " gumamnya sambil menyeruput bulatan putih bersih itu.
" Aku pengen jadi dedek bayi yang minum susu langsung dari nenen gedenya kak Vera.. Hehehe... " gumamnya sambil menyeruput bulatan putih bersih itu.
Vera mendesis dan memalingkan wajahnya ketika Akbar mulai menghisap puting susunya, terlihat tangan Vera masih berusaha menjauhkan Akbar dari tubuhnya.
Tak mau hanya fokus di toketnya, Akbar juga menurunkan rok mini Vera dan menjilati kaki serta paha Vera.
Tak mau hanya fokus di toketnya, Akbar juga menurunkan rok mini Vera dan menjilati kaki serta paha Vera.
" Gila kakimu kak, mulus banget.. " pujinya ke Vera yang masih menyembunyikan wajahnya.
Ini berbeda sekali dari Vera yang biasa kulihat, terlihat sekali saat itu Vera tak mau meladeninya sedikitpun.
Sepertinya dia benar-benar ingin berubah dan mendengar nasihatku kemarin, hingga tak mau lagi membuatku kecewa meski di belakangku sekalipun.
Sepertinya dia benar-benar ingin berubah dan mendengar nasihatku kemarin, hingga tak mau lagi membuatku kecewa meski di belakangku sekalipun.
" Tapi tetep memek kakak yang nomer satu.. Hehehe.. " kali ini dia mengusap-usap memek Vera dari luar celana dalamnya.
" Bar pliss.. Jangan.. " pinta Vera dengan suara yang pelan nan lirih berharap anak ini segera berhenti.
Namun Akbar tak menggubrisnya, nafsunya benar-benar sudah membekukan otaknya hingga dia menyelipkan tangannya masuk ke dalam celana dalam Vera dan mulai memainkannya dari dalam.
Vera diam dan menatap ke bocah yang tengah mengobok memeknya dengan pandangan yang sendu sekali.
Tampaknya gadis cantikku itu sadar jika sia-sia seberapa kali pun dia mencegah, Akbar yang sudah terlanjur dia manjakan selama ini jadi menganggap semuanya biasa saja karena Vera sendiri yang membiasakannya.
Tampaknya gadis cantikku itu sadar jika sia-sia seberapa kali pun dia mencegah, Akbar yang sudah terlanjur dia manjakan selama ini jadi menganggap semuanya biasa saja karena Vera sendiri yang membiasakannya.
Bahkan tanpa basa-basi dia memelorotkan begitu saja celana dalam pengganggu itu dan langsung memamerkannya ke teman-temannya yang seketika riuh melihat memek merah dan klitoris Vera yang tengah Akbar singkap.
Vera mati kutu, dia menutup wajahnya dengan tangannya dan terus menatap ke Akbar berusaha Akbar mengerti isyarat jika dia tak ingin melakukannya lagi.
Namun matanya yang mulai redup dengan wajah memerah itu menunjukkan jika libidonya sedang tak selaras dengan keinginannya tersebut.
Namun matanya yang mulai redup dengan wajah memerah itu menunjukkan jika libidonya sedang tak selaras dengan keinginannya tersebut.
Pun ketika Akbar membasahi jari telunjuknya lalu mulai menggelitik tepat di ‘kacang’ yang menjadi pusat segala rangsangan di tubuh Vera, seketika Vera menutup mulutnya dan menahan desahannya sementara tubuhnya tersentak-sentak liar.
" Kenapa kak? Kak Vera sayang aneh deh hari ini.. " tatapnya ke Vera yang menggeleng-geleng dengan menutup mulut.
" Jilmek bar.. bikin dia ngompol lagii.. " celetuk kawan-kawannya memberi semangat.
" Wah ide bagus.. " Akbar tertawa kemudian mengambil posisi wajah tepat berada di depan memek Vera.
" Jangan bar.. Kakak gak mau!.. " seketika Vera berusaha berdiri namun lagi-lagi di dudukkan Akbar dengan tenaganya.
Vera kalah tenaga dari bocah itu, meski masih berusia 13 tahun namun dia sudah jadi kuli dan sudah terbiasa bekerja berat.
" Diem kak!! Kakak kenapa sih?!.. " dia benar-benar masih menganggap jika Vera berpura-pura menolak rupanya.
Dia kangkangkan lagi kaki Vera, lalu membenamkan wajahnya dan melahap memek tebal yang terpampang di depan wajahnya.
" AHHMMM!!!!.. " seketika dia menutup mulutnya menahan desahannya sendiri.
Aku betul-betul melihat usaha Vera yang tengah mati-matian melawan dirinya sendiri, dia berjuang menekan sisi binalnya itu agar tak keluar meski aku yakin dia tengah di hantam gejolak luar biasa dalam dirinya, apalagi yang diserang adalah pusat rangsangan utamanya.
Pasti sulit jika mengingat libido abnormalnya, apalagi sejak malam tadi dan bangun tidur tak kusentuh sama sekali dirinya.
Dan menyaksikannya seperti ini membuatku benar-benar senang, tak kusangka artinya Vera bisa dituntun bahkan diarahkan juga dibalik sifat liarnya yang sangat Hyper jika dia sudah mulai kumat.
Sambil mengulum memeknya, Akbar terus melirik ke si gadis, dia tarik tangan Vera dan ditahannya agar dia bisa melihat wajah sange Vera yang memang sangat menggoda itu.
" Nah gini kan enak.. "
" Muka secantik bidadari kok ditutup-tutup sih.. Ummhh..Ummhh.. " celetuknya melanjutkan jilatannya.
" Muka secantik bidadari kok ditutup-tutup sih.. Ummhh..Ummhh.. " celetuknya melanjutkan jilatannya.
Vera kelabakan, desisannya tak bisa dia sembunyikan meski wajahnya terus terpejam berusaha mengingkarinya.
" Enak gak kak?.. " dipancingnya terus Vera bersuara karena memang tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Vera yang biasa sudah kotor menggoda mereka.
" Enak gak kak?.. " dipancingnya terus Vera bersuara karena memang tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Vera yang biasa sudah kotor menggoda mereka.
Wajah Vera sudah merah padam sepadam-padamnya, dia terus menggeleng-geleng sementara Akbar makin gila melahap memeknya sampai bunyinya terdengar amat jelas di kameraku.
" Ummpph... Enaknya memek kamu kak, wangi banget.. "
" Slurrpphh Fuahh.. " racaunya sambil menghisap kuat dengan gemas bak sedang mencupangi memek tebal tersebut.
" Slurrpphh Fuahh.. " racaunya sambil menghisap kuat dengan gemas bak sedang mencupangi memek tebal tersebut.
Vera memejamkan matanya, dia gigiti bibirnya sendiri dan mulai mendongak, dibuat seperti itu terang saja membuat perasaannya jadi acak-adut meski dia berusaha sekuatnya menyembunyikan desahannya.
Sejurus Vera menjambak rambut Akbar dan berusaha dia dorong menjauh dari selangkangannya, namun Akbar tak mau kalah begitu saja, makin dia benamkan wajahnya hingga akhirnya pertahanan Vera pun jebol.
" Baar... Jangaaa.. AHHH!!!.. " leguhnya menggeliat kemudian memeknya langsung mengalir cairan bening yang sempat mengenai wajah Akbar.
Akbar menjauhkan wajahnya ketika Vera orgasme.
Dia tatap memek yang masih mengucurkan lendirnya dan menikmati gemulai geliat tubuh Vera.
Dia tatap memek yang masih mengucurkan lendirnya dan menikmati gemulai geliat tubuh Vera.
" Hehehe enak kan kak?.. Aku sayang kakak deh.. " senyumnya kemudian memencet-mencet gemas bibir memek Vera yang baru saja klimaks.
Aku sama sekali tak kecewa dengan Vera, justru aku bangga melihatnya terlepas dari rasa kekhawatiran yang tengah melanda pikiranku saat ini.
Sadar bahwa klimaksnya ketika itu adalah sesuatu hal yang tak bisa dia hindari.
Bagiku menyaksikan perubahan sikapnya yang begitu cepat sebagai respon jawabannya atas kekecewaanku saja sudah lebih dari cukup.
Bagiku menyaksikan perubahan sikapnya yang begitu cepat sebagai respon jawabannya atas kekecewaanku saja sudah lebih dari cukup.
Namun tidak cukup untuk Akbar, dia melipat kaki jenjang Vera dan memposisikan dia duduk di sofa.
Lagi, Vera berusaha menolak, namun mata gadis cantikku itu sudah benar-benar sayu sekali dan aku tahu benar jika dia sudah seperti ini maka dia takkan bisa mengendalikan dirinya lagi.
" Bar kamu mau ngapain lagi bar?.. "
" Udah bar jangan, kan kakak udah orgasme.. " geleng Vera ketika melihat Akbar berdiri di depannya dan langsung memelorotkan celananya begitu saja.
" Udah bar jangan, kan kakak udah orgasme.. " geleng Vera ketika melihat Akbar berdiri di depannya dan langsung memelorotkan celananya begitu saja.
" Yeee kakak egois lagi deh, udah aku puasin sekarang puasin balik aku dong kak.. " cakapnya enteng.
Vera tertunduk, dia tahu jika ini adalah kesalahannya dan sekarang dia tak bisa mundur lagi dari keadaan yang dia pelihara sendiri selama ini.
" Ayo kak, sepong.. Ini kan kontol kesukaan kakak.. " Akbar menarik agar dia duduk di lututnya dan segera mengarahkan kontol belum disunatnya itu ke mulut Vera.
Vera tak langsung membuka mulutnya, dia tak ingin mengulum meski sudah disodori, dan Akbar malah mengusap-usapkan kontol kotornya ke wajah cantik Vera sambil tertawa-tawa.
Darahku mendidih melihat seorang bocah 13 tahun kini sedang melecehkan Vera dengan mengontoli wajahnya mempermalukan gadisku itu di depan teman-temannya!
Darahku mendidih melihat seorang bocah 13 tahun kini sedang melecehkan Vera dengan mengontoli wajahnya mempermalukan gadisku itu di depan teman-temannya!
" Ayoo hiseep!!.. " Akbar yang amat tak sabaran menarik dagu Vera agar mau terbuka.
Vera menatap Akbar, pandangan sendu nan lirih itu pasrah dia arahkan ke Akbar, yang kemudian dia ikuti dengan membuka mulutnya dan langsung menghisap kontol bocah yang berdiri bagaikan bos di depannya.
" AHHH BANGSAT!!.. " leguh nikmat Akbar menatap ke langit-langit rumah.
Vera mengulum kontol itu dengan cepat, dia ikuti saja tempo Akbar yang memaju-mundurkan kepalanya agar ini segera selesai dan dia bisa pergi.
" Aduh kak.. Kok nyepongnya kuat banget, ngiluuu.. " lirih Akbar yang memang sengaja dilakukan Vera agar dia cepat ejakulasi.
Dan mujarab, tak kurang semenit Akbar mencabut kontolnya, dia langsung menyuruh Vera menungging, Vera yang sebenarnya masih enggan itu mau tak mau meladeninya saja agar cepat selesai.
" Pokoknya ini yang terakhir ya bar.. " tatap Vera dengan serius lalu naik ke sofa.
Akbar tak menjawabnya, dia posisikan dirinya ke belakang Vera dan segera mengendarai tubuh seksi gadis dewasa yang entah sudah berapa kali dia jajal itu.
" FAK!!.. " umpatku dalam hati melihat cewekku kembali berhubungan badan dengan bocah yang bahkan belum puber.
Sebelum ini yang selalu menjadi sorotanku adalah Veranya bukan ke para lelaki ketika melihat adegan mesumnya, karena memang dialah yang membiarkan semuanya terjadi.
Namun di saat dia mulai berubah, aku jadi balik marah ke mereka yang sudah terlanjur berpikir kalau Vera akan mau-mau saja terus disetubuhi semau mereka seperti yang tengah dilakukan si Akbar ini.
" Ahh.. Kak.. Ayo desah... " kata Akbar sambil menggenjot Vera.
Vera sama sekali tak mendesah, dia meringis-ringis saja dan memejamkan mata sebisanya tak ingin menikmati hujaman kontol Akbar di memeknya meski aku yakin tubuhnya berkata lain.
Namun itulah yang kuapresiasi, berapa kali Akbar meminta dia mendesah, Vera tetap diam tak mau melakukannya.
Ini amat sangat berbeda dari dirinya yang selalu meracau kotor dan kehilangan akal sehatnya jika sudah dalam posisi sekarang.
Ini amat sangat berbeda dari dirinya yang selalu meracau kotor dan kehilangan akal sehatnya jika sudah dalam posisi sekarang.
" Kakk.. Ohh nikmat banget memek basahmuu.. " erang Akbar menarik tangan Vera dan mengentotinya kuat.
PAKK!... PAKKK!.. PLAKK!..
Suara hantaman bokong Vera yang beradu dengan selangkangan Akbar berbunyi.
" Shhshh... Gila kak!. " Akbar kemudian mencabut kontolnya berusaha menurunkan temponya yang aku yakin spermanya tadi sudah naik dengan cepat.
Vera memegang dahinya tak bisa menyembunyikan lelahnya karena tadi Akbar membetotnya dalam RPM tinggi sekali sebelum Akbar minta dia ganti posisi balik untuk menggoyangnya.
Kulihat teman-teman Akbar yang duduk menonton di lantai sudah membuka celana dan coli menontoni ‘Bos’ mereka menjajal Vera lagi.
" Goyangin Akbar kayak biasa ya kak.. Muahh.. " pintanya sambil mencoba mencium bibir Vera yang seketika gadis itu hindari.
Akbar duduk di sofa, Vera sudah menduduki kontol tegangnya lalu mulai menggoyang, dimana tubuh montoknya kini tepat menghadap ke teman-teman Akbar dan langsung menjadi tontonan bebas mereka.
" Wah liat putingnya nyelip gitu.. "
" Putingnya panjang kayak ibu-ibu hamil aja ya.. Haha.. " celetuk mereka.
" Engga oon, kalo puting ibu-ibu hamil tuh item, lah itu pink gitu.. " timpal yang lainnya.
" Iya juga ya.. Yang bener berarti putingnya lonte.. "
" HAHAHAHA... " mereka pun tertawa berbarengan.
" Putingnya panjang kayak ibu-ibu hamil aja ya.. Haha.. " celetuk mereka.
" Engga oon, kalo puting ibu-ibu hamil tuh item, lah itu pink gitu.. " timpal yang lainnya.
" Iya juga ya.. Yang bener berarti putingnya lonte.. "
" HAHAHAHA... " mereka pun tertawa berbarengan.
Vera tak meladeni ucapan mereka, meski aku tahu jika ujaran kotor merendahkan mereka itu sangat dia sukai.
Namun dia masih tetap berjuang, bahkan sekarang Vera memegangi kepalanya sendiri, dia terlihat menahan sesuatu yang ada dikepalanya dengan wajah merah dan mata sayunya tadi.
" Goyangin toket kamu sambil julurin lidah dong kak biar makin kayak pelacur.. "
" Iya desah sambil ngomong kotor juga dong.. "
Pinta mereka mulai mengomentari kemolekan tubuh Vera yang pakaiannya sudah tersingkap kemana-mana.
Vera menggeleng-geleng, wajahnya terlihat makin melas dan tambah merah, dia tidak terlihat baik-baik saja.
Aku pun khawatir jika dia tengah sakit atau apa, yang jelas dari ekspresinya kelihatan jika kepalanya seperti sedang pusing berat dan dia pun juga meringis dengan gigi gemetar.
" Shhshh.. Brengsek kalian.. " umpatnya pelan sekali.
" Shhshh.. Brengsek kalian.. " umpatnya pelan sekali.
Aku sungguh bingung melihat keadaannya, karena ekspresi dan bahasa tubuh Vera terlihat tak sinkron hingga sulit untuk ditafsirkan.
Tapi tiba-tiba aku jadi ingat sesuatu.
Dulu di awal-awal saat kami sedang nonton di bioskop, Vera mendadak uring-uringan dan dia gelisah sekali sambil terus memegangi kepalanya sejak di dalam Theater.
Gejala dan ekspresinya persis seperti apa yang aku tonton di monitorku saat ini, terlihat lesu namun dia sama sekali tak bisa tenang.
Saat kutanyakan kenapa, tiba-tiba Vera menarik tanganku dan membawaku keluar, dia mengajakku ke toilet prianya lalu memintaku menyetubuhinya begitu saja di dalam salah satu biliknya.
Gejala dan ekspresinya persis seperti apa yang aku tonton di monitorku saat ini, terlihat lesu namun dia sama sekali tak bisa tenang.
Saat kutanyakan kenapa, tiba-tiba Vera menarik tanganku dan membawaku keluar, dia mengajakku ke toilet prianya lalu memintaku menyetubuhinya begitu saja di dalam salah satu biliknya.
Dan disanalah pertama kalinya aku mulai menyadari jika dia memang punya libido yang anehnya justru selalu kambuh di momen-momen Random.
Karena penasaran maka di jalan pulang kutanyakan kenapa dia tak mau sabar dan menunggu dirumah saja nanti.
Vera menjawab kepalanya akan pusing dan dia tak bisa berpikir jika tak segera dilakukan, dia bilang makin dia tahan makin pula kepalanya terasa akan meledak.
Aku tak begitu menanggapinya serius ketika itu, dan kali ini aku baru menyadari rupanya dia memang benar-benar tak bisa menahan gejolak birahinya semudah yang kupikirkan.
Mungkin ini hanya dugaanku saja, kini aku menduga jika Vera ini punya masalah serius dengan kontrol libido di dalam dirinya, dia tak bisa me-Manage gairah seksualnya seperti orang pada umumnya.
Dimana libidonya yang tak normal itu seakan terus menuntut bagaikan ekstasi hingga membutakan akal sehatnya yang kemudian turut berimbas ke psikologinya dan membuat Vera jadi berbeda sekali 360 derajat.
Dimana libidonya yang tak normal itu seakan terus menuntut bagaikan ekstasi hingga membutakan akal sehatnya yang kemudian turut berimbas ke psikologinya dan membuat Vera jadi berbeda sekali 360 derajat.
Kini jadi masuk akal kenapa sifatnya yang begitu manja, lembut dan ramah seketika bisa berubah menjadi agresifnya seperti maniak jika libidonya itu tidak dituruti.
Mungkin untuk lebih jelasnya setelah ini aku harus berkonsultasi dan berdiskusi ke psikiater guna mengetahui adakah sesuatu yang bisa kulakukan.
Kembali ke monitor rupanya mereka sudah berganti gaya lagi, kali ini Akbar menghadapkan Vera ke dia.
Dia tatap wajah pasrah Vera yang begitu menggoda sambil tangannya memilin-milin puting merah jambu yang sudah tegang sekali itu.
Dia tatap wajah pasrah Vera yang begitu menggoda sambil tangannya memilin-milin puting merah jambu yang sudah tegang sekali itu.
Vera terlihat menggoyang sendiri kontol yang tengah dia dia duduki tersebut, dia gigit bibirnya sendiri sambil mendesis pelan.
Tatapan mata khasnya kini mengarah ke Akbar, sang pejantan yang tengah sebadan dengannya.
Vera makin tak kuasa menjaga kesadarannya, dia arahkan sendiri toketnya ke mulut Akbar yang seketika disambut dengan hisapan di putingnya.
Vera makin tak kuasa menjaga kesadarannya, dia arahkan sendiri toketnya ke mulut Akbar yang seketika disambut dengan hisapan di putingnya.
" Ahhh.... " Vera menengadah.
Aku tahu dia sudah menikmati permainannya meski masih tersisa sedikit akal sehatnya yang terus membungkamkan mulutnya.
" Puting kamu kak, besar bener.. "
" Rasanya pengen aku gigit sampe putus!!.. " geram Akbar gemas sambil menggigit puting Vera.
" Rasanya pengen aku gigit sampe putus!!.. " geram Akbar gemas sambil menggigit puting Vera.
Vera diam, dia gigit sendiri bibirnya menahan gejolak bacotan Akbar tadi sementara pinggulnya terus mengulek kontol kecil lelaki yang belum matang itu.
" ARGHH.. GAK TAHAN GUE!!.. " seketika singa jantan yang belum bersurai ini membantingnya rebah ke sofa dan bersiap melakukan eksekusi akhir.
" Ahh bar... Pelan-pelan.. " bisik Vera mencengkram tangannya kuat sambil menatap Akbar yang langsung menggentotnya kuat.
" Diem kak!! Kakak tuh pelacur! Pantesnya dientotin sampe hamil.. " racau si bocah kurang ajar ini.
" Ahh.. Ahhh baar... " Vera sudah tak mampu membendung gairahnya.
Dia memejamkan mata dan sudah mendesah lepas pelan digeber Akbar penuh nafsu.
Sampai sekarang aku masih tak tahu kenapa dia bisa menikmati digenjot penis sekecil itu, yang jelas makin cepat hentakan kontol Akbar menghantam memeknya, makin kalang-kabut pula Vera dibuatnya.
" BAARR!!!.. " desah Vera lepas kemudian menggelinjang dan tubuhnya terlontar ke kiri-kanan tak menentu.
Aku menebak dia pasti orgasme, sementara si bocil tak mengendurkan entotannya atau memberi jeda ke Vera, dia buru terus ejakulasinya yang sudah di ujung-ujung.
Seketika Akbar pun meleguh keras dan meledakkan puncak kenikmatannya.
" ANJINGG!!!! "
" Gue pejuin lo bule!!.. " erangnya mendiamkan kepala kontolnya di ujung pintu masuk memek Vera dan membenihinya.
Kontolnya terus berkedut-kedut mengeluarkan bibit kehidupan yang sedang dia transfer ke tubuh sang betina yang pasrah dibuahi olehnya.
Kontolku menegang, melihat kelamin Akbar yang berdenyut-denyut seperti benar-benar menguras semua spermanya masuk ke rahim cewekku.
Sekitar dua menit mendiamkan penisnya, Akbar pun mencabutnya lalu memandangi sejenak memek yang diperebutkan dan berlomba-lomba ingin dinikmati laki-laki diluaran sana.
Dia tatap sperma hangatnya yang belum bisa menghamili gadis dewasa itu kini tengah mengucur keluar menetes ke sofa.
Dia tatap sperma hangatnya yang belum bisa menghamili gadis dewasa itu kini tengah mengucur keluar menetes ke sofa.
" Hahh..Hahh..Hahh.. " desah Vera menstabilkan nafasnya.
" Nikmat banget kak.. Aku pengen nikahin kakak rasanya biar bisa terus mejuin memek kakak.. " ujarnya kemudian memasukkan jarinya ke memek bule Vera.
" Ahh.. " Vera mendesah kecil ngilu karena memeknya yang masih sensitif tersebut langsung di colok saja oleh Akbar.
" Gila pejuku semua ini.. Positif hamil anakku kamu pasti kak.. " bacotnya berlagak seperti pria dewasa saja, padahal kencing juga masih belum lurus.
Vera tak mau berlama-lama, meski langkahnya gontai dia mencoba berdiri dan membenarkan pakaiannya yang telah acak-acakan.
" Udah sana pulang.. Kalian gak usah kesini lagi, ini yang terakhir bar!.. " ketus Vera masih dengan wajah lelahnya.
Namun Akbar langsung memeluknya dan tak membiarkan Vera merapikan pakaiannya.
" Kakaak ih!! Kok ngomongnya gitu terus sih? "
" Kan waktu itu kakak sendiri yang bilang mau nikah sama aku.. " peluknya manja dan lagi-lagi menanggapi serius salah satu ocehan Vera.
" Kan waktu itu kakak sendiri yang bilang mau nikah sama aku.. " peluknya manja dan lagi-lagi menanggapi serius salah satu ocehan Vera.
" Lepasin Bar.. Udah sana pulang.. " Vera tak mau meladeni Akbar dan melepaskan tangannya yang melingkar di perutnya.
Namun Akbar tersenyum dia mengkode ke teman-temannya yang sekejap beranjak lalu membaringkan Vera ke karpet.
" Apa ini?.. Lepasinnn.. " jerit Vera.
Kali ini tak seperti waktu itu dimana dia melakukan rontaan gimik, saat ini Vera benar-benar meronta sekuat yang dia bisa!
" Mau apa lagi kamu Bar? Udah kakak gak mau lagi!!.. " Vera terus berusaha melepaskan jerat tangan-tangan mereka yang sedang memegangi dan mengrepe-grepe tubuhnya.
" Kakak belum nepatin janji kakak ke kita-kita loh.. " kekeh seorang teman Akbar ingat betul dengan janji Vera.
" Iyaa kak, kita kan belum ngerasain badan seksi kakak ini, kalo udah nyicipin baru deh udah.. " yang lain ikut menanggapi.
" Eng.. Engga, jangann.. "
Mereka mulai membuka pakaian mereka masing-masing dan membugili diri.
" Hehh? Kalian mau apa? Pokoknya enggaa!!.. " Vera panik begitu melihat mereka serius akan menggilirnya.
" Udah kak! Selama ini aku selalu muasin kakak.. "
" Sekarang kok kakak gak bisa nepatin satu janji kakak?.. "
" Sekarang kok kakak gak bisa nepatin satu janji kakak?.. "
" Kalo gak ya aku bakal dateng terus sama temen-temenku buat nagihnya.. " Akbar tampaknya pernah di janjikan sesuatu oleh Vera.
" Kalo perlu biar ampe ketahuan ama bang Nanda.. " sambungnya terdengar mengancam.
" Kalo perlu biar ampe ketahuan ama bang Nanda.. " sambungnya terdengar mengancam.
Vera sontak diam, sementara mereka kembali mengitari tubuhnya dan meraba-rabainya.
" Nah kalo gini kan baru enak... Hehehe... " kekeh Akbar yang memangku kepala Vera di pahanya.
Vera mengesampingkan wajahnya, tubuhnya habis digerayangi tangan teman-teman Akbar yang berjumlah 5 orang yang sudah terlihat tidak sabarannya mencicipi tubuh putih yang sedang terbaring di depan mereka.
Bahkan sudah ada yang mengocoki kontolnya bersiap mengambil ancang-ancang menzinainya.
Bahkan sudah ada yang mengocoki kontolnya bersiap mengambil ancang-ancang menzinainya.
Jantungku berdegup keras, ini sudah tidak bisa dibenarkan lagi, aku takkan diam soal ini karena mereka akan memperkosa Vera!
" Yuk kak kita lakuin yang kayak dulu itu.. " kata anak pak RT ku ini.
Vera diam dan masih meronta meski tak sekuat tadi, entah kenapa dia tak melanjutkan perlawanannya seperti tadi.
" Ta.. tapi abis ini kalian jangan kesini lagi.. " lirih Vera menatap Akbar.
Akbar membalas tatapan Vera namun dia tak menjawabnya.
" Ayuk entotin dia, pejuin memeknya sampe banjir sperma.. " buka Akbar ke teman-temannya yang tengah menjamah Vera dan membuat Vera kembali menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aku sangat terkejut, rupanya dia ingin mengulang kejadian di Lightroom sebulan yang lalu dengan teman-temannya sendiri!
Memang benar-benar ide yang buruk mengenalkan seks ke anak kecil yang belum bisa berpikir matang, mereka hanya akan kecanduan dan seperti inilah jadinya.
Sekarang tak ada lagi yang bisa disalahkan, entah Krisno, Yanto, tukang-tukangku, Akbar atau Veranya sendiri.
Seorang bocah mengarahkan kontol tegangnya ke memek Vera yang sebelumnya sudah dipejui Akbar lebih dulu, dia langsung mendesah begitu merasakan seks pertama dalam hidupnya.
" WANJIRR.. Jadi ini rasanya ngentot.. " erangnya kemudian mulai menyetubuhi Vera.
Vera menutup mata dan mengesampingkan wajahnya menggeleng-geleng kuat, sama seperti tadi dia tak ingin mereka melihat dia menikmatinya.
Sementara aku terduduk lemas di meja komputerku melihat Veraku dicabuli gerombolan bocah-bocah dibawah umur itu.
" Guee keluarr, Hahh... Ahhhh!!.. " erang si bocah yang belum satu menit sudah ejakulasi.
" Pejuin memeknya Fan.. " Akbar menyemangati temannya yang tengah mendiamkan kontolnya di memek Vera.
" Gilaaak!! Badan gue kayak kesemutan saking enaknya!!.. " tutupnya kemudian mundur.
Vera terus menggeleng, bibirnya dia gigit sendiri, entah apa yang tengah dia rasakan saat itu.
" Kakak mau kontol lagi gak?.. " tanya Akbar memalingkan wajahnya yang sejak tadi menghadap samping.
Vera diam, hanya terdengar suara tarikan nafasnya yang terdengar di kameraku sementara salah seorang teman Akbar sudah menggesek-gesekkan kepala kontolnya di bibir memek bergelambir Vera yang lumer peju itu.
" AHHH!!!!.. " desahnya seperti rekannya yang pertama tadi begitu mendorong kontolnya masuk.
" Shhhh!!.. " lirih Vera keras yang membuatku jadi tahu jika tubuhnya memang tengah menikmatinya meski dia coba ingkari.
" Sumpah bos ini enak bener!!.. " celetuk si pengentot ke Akbar yang fokus mengelus-elus wajah Vera.
" Enak kan kak? Kok gak desah sih? Waktu itu kakak histeris bener kayak orang gila.. " ungkitnya lagi sambil menyibak rambut Vera yang menutupi wajahnya dan mengenang kejadian bersama Krisno yang kini sedang dia tiru sendiri.
" Iya bar tahan gitu, gue pengen liat muka cantiknya sambil ngentotin nih tante.. " dia mempercepat kocokannya dan memandangi gadis dewasa yang tengah dia tiduri itu.
Vera membungkamkan mulutnya sadar jika ekspresinya hanya akan menjadi bumbu penyedap bagi para bocah-bocah yang sakau seks ini.
Bahkan toket putih Vera sudah merah-merah karena tak lepas terus diremas-remas dengan amat kasar oleh mereka sementara dia digilir.
" Ahhh kak bule aku keluuar kak.. Ughh!! " seketika dia menumbuk dalam kontolnya ke memek Vera mengeluarkan spermanya.
" Ahhh kak bule aku keluuar kak.. Ughh!! " seketika dia menumbuk dalam kontolnya ke memek Vera mengeluarkan spermanya.
" Hehehe banyak gak kak semprotan sperma temenku?.. " goda Akbar ke Vera yang wajahnya sudah merah.
Tak lama puas ejakulasi di dalam, temannya mencabut penisnya guna memberi Slot ke rekannya yang lain.
Melihat wajah Vera yang pasrah dengan mata sayu khasnya membuatku kembali harus berseteru lagi dengan perasaanku.
Tanpa jeda dan tak membuang waktu, bocah berikutnya segera menaiki Vera.
" Shhhs... " ringis Vera dengan tangan dipegangi Akbar saat memeknya kembali ditembus kontol selanjutnya.
" Gimana Ton enak gak nih meki cewek gue?.. " tanya Akbar ke temennya yang dia panggil Ton itu.
" Mantap Bar, ini nih yang bilang orang surga dunia.. Huuhh!! " dengusnya keras mempercepat penetrasinya.
" Jangan lupa luh pada, masing-masing utang rokok sebungkus ma gua.. " lanjutnya yang membuatku sakit hati.
Bisa-bisanya bocah tak tahu di untung ini menjual tubuh Vera kepada teman-temannya dengan hanya bayaran sebungkus rokok.
" Beres cuy, samsu kan?.. " jawab salah seorang yang tadi sudah memakai Vera dengan mengangkat jempolnya ke udara.
Vera mendesah mendengar itu dan menggelinjang, entah karena sadar jika dia dia tengah dijual dengan sebungkus rokok atau desahannya tersebut akibat penetrasi dari bocah yang tengah mengentotinya.
" Gu.. gue keluaa..ARGH.. " teriak si Ton tadi dengan tubuh menggigil dan bergetar diatas tubuh Vera.
" Gak maen-maen nih tante hotnya! Abis peju gua bangsat!.. " dia mengumpat sambil memerah kontolnya lalu mencabutnya.
Setelah ini aku benar-benar memberi pelajaran ke bocah kurang ajar ini! Habis sudah kesabaranku mendengar mereka membacoti Vera seenak jidat mereka.
" Udah Bar.. Udah.. " suara pelan Vera terdengar di Headphone ku ketika Akbar menyuruh temannya langsung bermain cepat mengentotinya.
" Kakak kok gitu? Enak kan kak? Kakak bilang sama aku dulu kalo kakak suka memek kakak di hangetin ma peju.. " jawab Akbar manja mengelus-elus kepala Vera yang ada di pahanya.
" Uhhh.. Pe..pelan-pelan... " desah Vera saat teman Akbar yang satu ini buru-buru langsung tancap gas menghujam kontolnya kuat-kuat persis orang yang pertama kali ML.
Kulihat Vera mulai mendesah dengan lepas, dia memegang telapak tangan Akbar yang terus mengunci tangannya dengan kuat, pertanda dia pun akan segera orgasme lagi.
Jujur saja, saat ini aku malah ingin menyuruh Vera menikmatinya saja, aku tak tega melihatnya menahan-nahan diri lagi yang malah membuatnya tersiksa.
Bagiku dia mengingat nasihatku dan mulai membatasi diri saja sudah membuatku senang, Regardless.
Bagiku dia mengingat nasihatku dan mulai membatasi diri saja sudah membuatku senang, Regardless.
Aku pun memahami jika dia tak bisa instan berubah dan ujug-ujug langsung menjadi cewek ‘baik-baik’ seperti yang kuharapkan, mengingat libidonya yang memang di atas normal itu.
Desahan Vera makin kuat, dia melengkungkan tubuhnya lalu mulai menggelinjang.
Aku sangat tahu jika ini adalah gejala orgasmenya, dan selang beberapa detik kemudian dia pun melepaskan orgasmenya.
Badannya bergetar-getar sembari terus pergelangan tangannya dipegangi oleh Akbar, sementara yang mengentotinya sedang mendiamkan sejenak kontolnya entah dia kaget dengan orgasme Vera barusan atau mereka klimaks berbarengan.
" Barusan kayak di gigit kontol gua bro.. Kerasa bener memeknya denyut-denyut.. " dia pun mencabut kontolnya yang rupanya juga menyuntikkan spermanya tadi serentak dengan orgasme Vera.
Wajah Vera begitu terlihat merah, matanya sudah sangat redup, desahannya juga terdengar pelan sekali.
Aku jadi terenyu melihat ekspresi pilunya itu, dia sudah benar-benar memaksakan dirinya mencoba bertahan sekuat yang dia bisa, namun pada akhirnya Vera tetap tak bisa melawan kehendak alam yang sepertinya memang sudah dia bawa sejak lahir.
Kini aku benar-benar ingin gadisku ini cepat pulang dan menuruti apapun yang dia minta nanti jika dia kembali lagi di sampingku, aku tak mau lagi memarahinya seperti kemarin yang justru malah menyiksa dirinya.
Belum pernah kuhabiskan energiku dalam satu waktu hanya demi seseorang seperti ini sebelumnya.
Entah mengapa baru Vera yang bisa membuatku begini.
" Eghh.. " erang Vera terdengar pelan.
Rupanya masih ada satu orang terakhir yang belum meng-Creampie nya, dan kini tengah mengambil tongkat terakhir tersebut.
" Akhirnya aku bisa ngentotin kakak juga.. Ahh.. "
" Biar bekas peju yang laen juga tapi tetep aja enak.. " racaunya dengan gerakannya yang cepat tampak sudah tak bisa menahan diri lagi.
" Iyalah, jablaynya gue nih.. Muaah.. " bangga Akbar kemudian mencium kening Vera.
Akbar pun mulai mengocoki kontolnya sendiri yang rupanya dari tadi sudah tegang juga, aku baru menyadarinya karena tertutup kepala Vera yang sengaja dia dudukkan di selangkangannya.
" Buruan bego.. Gue pengen mejuin kakak cantik gue ini lagi.. " Akbar sudah tak sabar.
" Ini niih mani guee!!.. AHHHH!!!.. " dia langsung menghentikan genjotannya mendadak dari tempo cepat sebelumnya.
Vera memejamkan matanya, dan meringis tanpa suara, tampaknya dia tengah merasakan siraman hangat air mani bocah yang sedang setubuh dengannya ini.
Lelehan spermanya yang bercampur sperma rekan-rekannya yang tadi langsung mengucur keluar persis kejadian waktu itu.
Akbar pun terpukau dan terlihat sangat bangga bisa mengulangi hal tersebut pada Vera yang tentu saja kali ini sebagai pemeran utamanya.
Akbar pun terpukau dan terlihat sangat bangga bisa mengulangi hal tersebut pada Vera yang tentu saja kali ini sebagai pemeran utamanya.
Dia berdiri lalu dia minta temannya gantian memangku dan memegangi Vera, karena dia ingin mengambil jatah keduanya sebagai penutup.
Vera tak bisa berbuat banyak begitu Akbar langsung melesakkan penisnya yang sudah tegang melihat tubuh putih yang sejak tadi dia pangku terus digilir teman-temannya.
" Alamak kak... Enak sama kakak gak abis-abis.. " ujarnya menggeber nafsunya dengan intensitas
Vera sudah benar-benar pasrah, tidak ada gerakan apapun yang dia lakukan, entah dia sudah menyerah atau dia kelelahan aku tak tahu pasti, yang jelas dia sudah membiarkan saja bahkan hingga Akbar mulai meleguh dan akan ejakulasi.
" AHHH KAKK.. AKU KELUAR!.. " erangnya kemudian mengunci kontolnya di dalam memek Vera.
" ENAK BANGET BANGSAAT!!.. " racaunya saat menarik mundur persenjataannya bersama mengalir keluar pula semua akumulasi sperma mereka yang sudah bercampur jadi satu.
Anak yang tadi menggantikan Akbar memangku Vera berdiri dan ikut mengamati dari depan bersama teman-temannya.
Mereka semua tengah menikmati kucuran sperma yang terus meleleh keluar dari memek merah Vera yang tadi habis mereka nikmati bersama kini terlihat berdenyut-denyut.
Mereka semua tengah menikmati kucuran sperma yang terus meleleh keluar dari memek merah Vera yang tadi habis mereka nikmati bersama kini terlihat berdenyut-denyut.
Mereka tertawa-tawa saling klaim sperma siapa yang paling banyak keluar tadi, sementara mereka begitu, fokusku mengarah ke wajah cantik Vera yang tergolek terkapar kelelahan akibat perang batin yang dia alami melawan gejolak birahinya.
Bocah-bocah itu segera memakai seragam mereka lagi dan tampak akan meninggalkan Vera yang masih tergeletak di karpet menutupi wajahnya.
Beberapa saat disaat kukira mereka akan cabut pergi, namun aku salah.
Akbar membangunkan Vera dan menyuruhnya merapikan pakaiannya, dia lap memek Vera dengan tisu lalu memapahnya berdiri.
" Baar.. Apa lagi?.. " lirih wanita yang sangat ingin kupeluk itu ketika sadar Akbar menginginkan sesuatu lagi darinya.
" Udah pake aja bajunya kakak.. " katanya membantu mengancingkan sendiri kemeja Vera.
Setelahnya pakaian Vera terpasang lagi dengan ala kadarnya, dia memapah Vera yang sudah gontai sekali ke teras depan dekat garasi, dimana disana teman-temannya sudah duduk di atas motor menunggu.
Disini aku kehilangan suaranya, namun mereka tampak berdebat, Akbar mengatakan sesuatu ke Vera dengan gaya manjanya itu, dan Vera menggeleng-geleng menolak gestur Akbar yang seperti ingin mengajaknya pergi.
Aku terperanjat, inilah kepingan yang hilang tentang kejelasan situasi dan kemana perginya Vera saat ini!
Akbar terus membujuk Vera dengan memeluknya, awalnya Vera kekeh menolak namun entah apa yang diucapkan Akbar hingga Vera pasrah ketika tangannya ditarik naik ke salah satu motor mereka.
Mereka bonceng tiga dengan Vera mereka dudukkan di tengah dan Akbar memeluknya dari belakang sambil menggrepe-grepe toket bulatnya.
Lalu 3 motor itu berjalan keluar dari pekarangan rumahku dengan Vera yang turut mereka bawa pergi.
Entah kemana.
Entah kemana.
..............................
Aku terduduk di sofaku, kini jelas sudah bahwa Vera tengah di culik anak-anak brengsek itu.
Seketika otakku buntu, dan aku kehilangan tenagaku.
" Den kenapa den?.. " celetuk mas Krisno yang sedang ada di dapur membuat kopi melihatku begitu lemas berjalan menaiki tangga.
Aku diam saja dan terus berjalan ke kamar.
Kuambil Handphone ku dan kutelpon lagi Vera berharap dia benar-benar baik-baik saja namun kali ini nomornya bahkan tidak aktif.
Aku sungguh panik, pandanganku gelap dan aku sama sekali tidak bisa berpikir jernih.
Kalut, resah dan gundah gulana kurasakan semuanya, malah aku ingin lapor ke polisi saking tak tahunya apa yang harus kuperbuat.
Aku merasa bertanggung jawab dengan Vera, dia adalah satu-satunya hal yang bisa membuatku gila.
Kucoba bertahan dengan menenangkan diri dan tetap menunggu bahkan sampai pagi sekalipun.
Mendekati jam 12 malam kudengar ada motor berhenti di depan rumah seketika itu juga aku berlari turun ke bawah.
Dan benar, saat aku di bawah Vera sudah ada di ruang tamu tampak akan berjalan ke atas.
Dia tersenyum melihatku, seketika langsung kupeluk gadis yang sangat membuatku kuatir ini dengan erat.
Pakaiannya masih yang tadi namun sudah basah, rambutnya pun basah padahal sedang tak hujan di luar.
" Verr!!.. "
" Kamu kemana aja sayang? Aku bisa gila karena kamu Ver.. " ujarku memeluknya erat seerat-eratnya!
" Maaf ya bikin kamu kuatir.. " jawabnya membalas pelukan eratku.
Saat ini, demi apapun aku tak pernah merasa selega sekarang melihatnya baik-baik saja.
" Kamu gpp kan sayang? Astaga Ver, kenapa muka kamu pucat gini?.. " langsung ku tatap wajahnya yang terlihat begitu kelelahannya dan bibirnya pun putih pucat sekali.
" Iya aku baik-baik aja kok.. Aku sayang kamu.. " katanya dengan senyumnya yang membuatku benar-benar ingin terus bersamanya ini.
" Iya Ver, aku juga!.. " pelukku kembali padanya.
" Iya Ver, aku juga!.. " pelukku kembali padanya.
Kuangkat Vera dan kubawa dia ke kamar dalam gendonganku.
Di kamar Vera langsung berganti baju, saat dia melepaskan pakaiannya tampak dalamannya sudah hilang entah kemana, dan yang lebih bikin kaget lagi di sekitar toket dan pahanya penuh merah-merah bekas cupangan.
Saat kutanya Vera tersenyum dan bilang hanya digigit nyamuk.
Vera tampak masih belum mau menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi dan dibawa kemana dia pergi.
Vera tampak masih belum mau menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi dan dibawa kemana dia pergi.
" Ver cerita sama aku.. " langsung kuangkat dagunya yang menunduk tak berani menatapku.
" Enggaa, aku gak dari mana-mana.. " jawabnya tersenyum palsu.
" Kamu dibawa kemana sama Akbar dan temen-temennya itu Ver?.. " aku tak ingin berpura-pura tidak tahu lagi agar semuanya jelas.
Vera tersentak saat tahu jika aku sudah tahu, terus kutatap wajahnya yang lari dari tatapanku itu.
" Cerita Ver, aku gak akan marah, kenapa kamu terus nyembunyiin ini dari aku?.. "
" Aku mau kamu terbuka, kamu gak perlu nutupin apa-apa lagi dari aku.. " kataku serius di hadapannya.
Dan seketika Vera memelukku erat, dia mengucapkan maaf dan sangat takut jika aku marah.
Kubalas pelukannya dan kubelai rambutnya yang tengah basah, kuberikan dia kenyamanan seperti aku yang biasa melupakan semua kekecewaanku yang kemarin padanya.
Malam itu Vera menceritakan semuanya padaku.
Vera bilang Akbar dan teman-temannya membawa dia ke tengah hutan di pinggiran Jakarta lalu kembali menggilirnya di semak-semak dengan beralaskan koran.
Aku marah sekali mendengarnya dan berniat akan melapor ke polisi namun Vera melarangku, dia bilang dia mau melakukannya supaya Akbar tidak datang lagi kerumah makanya dia menuruti kemauan terakhir bocah itu.
Vera tidak begitu menceritakan detilnya yang jelas mereka terus menggilirnya, apalagi setelah menemukan gubuk tak terpakai yang langsung mereka jadikan sebagai tempat mesum mereka.
Makin malam Vera terus mendengar suara motor berdatangan, dimana rupanya Akbar mengajak teman-temannya yang lain untuk turut mencicipi nikmat montok tubuhnya di dalam gubuk itu.
Dan alasan Vera tadi tak mau menceritakannya padaku karena dia takut aku marah kemudian memukuli atau bahkan malah membuangnya jika sampai aku tahu.
Dan alasan Vera tadi tak mau menceritakannya padaku karena dia takut aku marah kemudian memukuli atau bahkan malah membuangnya jika sampai aku tahu.
Langsung kupeluk ketika dia mengucapkan itu, aku mau menangis rasanya dengan kepolosan sifatnya ini.
Kuelus dan kukecup dahinya yang kini benar-benar lelah sekali, Vera mengakui jika itu murni kesalahannya karena dia yang membuat Akbar jadi begitu.
Kuelus dan kukecup dahinya yang kini benar-benar lelah sekali, Vera mengakui jika itu murni kesalahannya karena dia yang membuat Akbar jadi begitu.
Aku sama sekali tak marah, sedikit pun tidak!
Aku hanya merasa jika akulah yang kurang menjaganya dan lengah dalam mengawasinya, Vera adalah gadis yang sangat lugu karena itulah dia hanya perlu di awasi dan diberikan perhatian dan jika sudah begitu aku yakin semua akan baik-baik saja.
Terlepas dari semuanya, yang jelas aku sangat lega karena sebelumnya sempat aku berpikir jika Vera memilih kabur meninggalkanku dan memikirkan hal tersebut sungguh membuat tubuhku jadi lemas.
Malam itu, Vera kubiarkan tidur pulas dalam pelukanku, meski dia ingin menceritakan semua mengenai dirinya.
Namun kusuruh dia tidur dan beristirahat saja lebih dulu karena dia jauh lebih membutuhkannya saat ini, aku tak mau membebani pikirannya dulu dengan sesuatu yang lain.
Makin kesini entah kenapa aku hanya merasa ingin terus membuat Vera merasa nyaman dan aman bersamaku, tanpa peduli apapun yang telah terjadi di masa lalunya.
Meski mungkin di saat dia bangun nanti dia tetap akan menceritakannya padaku.
EmoticonEmoticon