Rabu, 17 Januari 2018

Cerita Seks: Jejak Kenikmatan

Ini Blog Dewasa - Cerita Seks: Jejak Kenikmatan - Pagi itu mendung menggelayut di bawah langit biru, sehingga tak nampak lagi warna yang cerah. Apalagi, cahaya surya itu seperti tertahan di antara pori-pori mega yang mengabu.

"Duaaarrr!"
Suara petir tiba-tiba mengejutkanku dari lamunan pada pandangan jendela. Rintik gerimis semakin deras membasahi genteng kamar kos 3 x 4 meter ini.
"Duaaar!..." tiba tiba ada suara lain dari pintu...
"Kampret lu cuk! Lagi asik" ngelamun juga!" Umpatku pada temanku ini, sebut saja Toni.
"Sori Jack, lagian lu nikmat banget ngalamun. Lagi mikirin apa lu? Jangan-jangan keinget Dian ya?! Hahaha...." Lontarnya padaku
"Eeenak aja lu, sembarangan kalo ngomong... Siapa juga yang mikirin dia. Udah ama cowo lain kali tuh..." Jawab gua sekenanya.
"Haha, kalem cok. Oya lu cepetan siap", kita musti berangkat bentar lagi ke puncak."
"Oke dah. Lu mandi dulu sana, lagian baru jam 6 pagi. Acara mulai jam 10an." Jawab gua.
"Oke ndan!..." Lalu dia pergi dengan handuk dililitkan di lehernya.

Hampir lupa, kenalin gua Jaka. Cowo kelahiran Jakarta 23 tahun yang lalu. Buat ukuran tubuh ideal dengan tinggi 178cm dan berat 87kg. Lumayan ditambah wajah gua rada kearab-araban. Hahahaha... Dan satu lagi, dia Toni sohib gua. Tinggi ga beda jauh si dan berat hampir sama. Yang bikin beda dia campuran jawa-cina sama usia dia yang udah masuk umur 25an. Dan soal Dian, dia mantan gua. Belum pernah gua apa-apain si. Tinggi 158cm dengan payudara 34c, putih, dan berjilbab, pake kacamata.
Back to story...

Jam udah menunjukkan pukul 8 pagi, gua dan toni udah beres nyiapin semua pakaian buat bermalam di puncak. Ya inilah kegiatan tahunan kantor gua. Kaya gathering keluarga lah, gua sama toni yang jomblo ya mau ga mau senasib seperjuangan. Asal jangan dikira hombreeenggg...
"Jak, lu yang bawa mobil ya..."
"Iya deh lembeng." Sahut gua...
Selama perjalanan dari Bogor - Puncak lumayan lama sekitar 2 jam. Ya maklum, weekend dan bogor gua pinggir depok.

Selama di perjalanan kita berdua asik cerita-cerita dan ngebanyol buat ilangin suntuk. Saking asiknya tiba-tiba....
"Ciiiitttt.... Anjiiiinggg!" Teriak gua...
"Hampir aja lu nabrak cewe noh!" Sahut toni.
Tetiba pandangan gua ke depan dan melihat sosok yang gua kenal, "Ani!" Teriak gua dan toni berbarengan.
"Eh lu jack, ton. Hampir gua ketabrak tau!".
"Ye setan lu, dah cepetan masuk. Lu juga mau ke villa kan?!" Ujar gua sambil nyuruh ani masuk.
"Tau aja lo kalo gua lagi butuh tumpangan. Hehehe..." Ujarnya kaya ga berdosa..
"Eh an, tumben lu kaga bareng yayang lo". Tanya toni.
"Iya nih ton, pacar gua lagi ada lembur. Jadi terpaksa gua pergi sendiri". Sahut ani dengan rada manja.
Gua yang sedari tadi nyetir cuma bisa ngedengerin percakapan toni sama ani. Udah kaya burung beo juga.
Tepat jam 10 pagi, gua bertiga sampe villa yang dituju. Toni keliatan semangat banget buat bawa barang bawaan gua dan ani, toh itu emang watak dia yang super rajin.
"Tenang gua bawain jak. Gantian lu temanin tu nene bawel. Wkwkwk..." Sambil dia ngeloyor ke arah pintu masuk villa.
"Eh jack, tolong ambilin ini dong susah banget... Lipstik gua jatuh." Sambil nungging ani nyari" itu lipstik dari pintu mobil yang kebuka.
"Etdah pantes aja mobil kaga bisa gua kunci.. Sini dah"...
Belum sampe ani minggir, gua udah sampe di belakang ani.
"Mana an? Sini gua cariin". Di saat gua nunduk, ani mundur dalam posisi masih nungging.
Tiba-tiba adek gua yang sedari tadi tidur, tiba-tiba nyenggol pantat dia yang bahenol.
"Eh, sori jek.. Kena ade lo ya? Kikikik.."
Tanpa rasa dosa dia malah ketawa. Oya sekedar soal ani, tubuhnya yang tinggi 168 cm dan bodi seperti gitar spanyol. Buah dada yang besar dan sekel ditambah pantat besar membuat dia emang terkenal di kantor. Selain cantik dia juga termasuk karyawan terbaik.
"Malah ketawa, jadi berdiri nih. Sial lu..."
"Sori dah.. Btw ambilin dong. Tuh" sambil manyunin bibirnya ke muka gua.
"Manyun lagi lu, gua cium baru tau rasa" seloroh gua.
"Wuuu mau lu. Tuh ambilin dulu."
"Iye bawelll..."
Di saat gua mau ambil tuh lipstick, tangan gua nyentuh dadanya yang kenyel. Dan tiba-tiba, darah gua berdesir. Dalam batin "mimpi apa gua semalem bisa sedeket ini sama cewe terbaik di kantor".
"Ah.. Dapet juga ni lipstick. Nih punya lo". Tapi sejenak gua liat dia malah diem. Sambil nunduk. Cewe yang hari ini pake baju terusan rok dengan lengan pendek dan leher rendah. Rok 5 cm di atas lutut dan berwarna merah ini, kayaknya lagi merhatiin sesuatu di bawah gua.
"Eh anu jack, ade lo nonjol banget"
Shit! Malah gini. Gw yang gugup jawab sekenanya.
"Ya deket ama cewe cantik dan bahenol kaya lo bikin ade gua bangun. Hahaha... ".
Masih sama" nunduk gua perhatiin ani, cewe keturunan ini cantik juga. Dengan potongan rambut lurus sebahu dan pake bando merah. Hmmm parfumnya ga kalah menusuk rongga-rongga birahi. Dan tiba-tiba...
Shit, ani mendongak. Matanya dan mata gua beradu. Seperti mencari makna di setiap tatapan. Lama dan lama, posisi gua yang lebih tinggi dan dia lebih pendek membuat kami saling mendekatkan wajah. Dan...
"Cup...." Tanpa sadar kami berciuman. Rasa hangat seperti tersalurkan di bibir kami. Udara dingin puncak pun mulai sirna, padahal saat itu jelas mendung dan dingin.
Entah apa yang gua bayangin sebelumnya, cukup lama berkecup. Tiba" ani melepaskannya.
"Em sori jack.. Kelewatan. Hehe" mukanya memerah sayu dan menunduk.
"Oiya ini lipstick lo. Jangan jatuh lagi." Gua jawab dengan gugup.
"Makasih jack. Gua masuk dulu ya... Dingin."
"OK. tar gua susul" seraya mengiringi kepergiannya, gua tutup pintu mobil gua. Apa yang gua alamin barusan bener" ga gua sangka, berciuman dengan cewe tercantik di kantor. Ckckck.
Gua sadari lagi kalo ini masih di parkiran, dan untungnya kaga ada orang liat. Untung-untung nasib gua. Gua pandangin lagi, rintik air mulai turun.
Cepat-cepat gua beresin ngecek mobil.
"Ok. Beres. Saatnya masuk villa dan istirahat. Mana toni pasti udah ngebo"...
Sambil masuk villa, gua ber HP ria. Dan di RU, ada status baru ani, "Something romantice was happened :)".

Dan gua tau maksudnya buat siapa.
"Duuuuaaaarrr!" Lagi-lagi suara petir menyambar, diiringi hujan deras.
Segera, gua masuk ke dalam villa. Hujan mulai turun deras, petir menyambar berkilat-kilat, suaranya bagai mencambuk dan membelah bumi. Angin pun tak kalah hebat menyapu tiap butir air itu ke sana kemari. Sambil mengeringkan alas kaki yang sempat basah karena genangan air di keset, akupun melihat sekeliling. Rupanya ada beberapa orang yang ku kenal.
Pak Rudi direktur utama kami, Bu Rini yang merupakan manajer operasional, Dinda yang merupakan sekertaris Pak Rudi dan Taryo sopir perusahaan.
"Kelihatannya baru sedikit yang hadir, padahal sudah jam 10..." Gumamku.
"Jack, sini jack!.." Dinda memanggil di sela percakapannya.
Aku hampiri mereka dan ku salami satu persatu.
"Tadi bareng Toni sama Ani, jack?!"... Tanya dinda.
"Iya din tapi mereka udah masuk duluan malah. Gua ditinggal begitu aja.." Jawabku ketus.
"Yaudah... Lu istirahat aja dulu, temen-temen lain udah pada dateng kok."
"Lah ?! Yang bener din? Kok di sini cuma orang segini?!" Aku tertegun.
"Iya lah... Lu telat si jack. Pacaran mulu sama Ani, eh Toni. Hahahaha" ledek si Taryo.
"Ah sialan lu yo. Btw, bukannya acara jam 10 kok belum mulai?"
"Biasa jack, W.I.M "Waktu Indonesia Mulur"..." Kata si taryo sambil ninggalin gua sama 3 orang lainnya.

"Mas Jack, Saya sama bu Rini mau permisi dulu ya. Nanti kalo sudah pada turun, kabari saya. Saya mau menyelesaikan prosposal dan planning perusahaan yang belum selesai.
Dan mba Dinda, kalo ada apa-apa panggil security, takut mas jack nakal. Hehehe" ujar pak Rudi sambil berlalu bersama bu Rini. Kuperhatikan, mereka seperti tidak wajarnya, mungkin isu di kantor itu benar. Dan melihat bu Rini yang Bahenol pun adikku mulai bangkit lagi. Memang bodinya yang tak kalah dengan pedangdut pantura itu membuat setiap yang menatap tak bisa berpaling.
"Hayoooo loooo..." Dini mengagetkan.
"Eh apaan si Din... Oh ya, kayaknya isu di kantor bener ya? Pak Rudi sama bu Rini punya hubungan khusus." Tanyaku penasaran.
"Tau deh jack" jawab Dini ketus.
"Yeah elu malah ngambek... Tar cantik lh ilang loh hahaha...
"Uuuh jack lu tuh!..." Sambil nyubit pipi gua dan ditarik ke arahnya. Tiba-tiba keseimbangan gua goyah.
"Bugggg..." Gua yang tiba-tiba jatuh pun kaget, posisi gua saat ini di atas Dini. Tangan gua disamping leher dini, dan kaki gua melebar di samping kaki"nya. Cukup lama gua pandangin dini, disamping memang ruangan itu sedang tak ada orang lain selain gua dan dini. Kaca riben pun tak luput menutup pandangan ini. Mata orang-orang dari luar, hanya suara hujan dan petir menjadi saksi bisu.
Tiba-tiba Dinda menaikkan kepalanya dan menempelkan ujung hidungnya di ujung hidungku.
"Jack..." Ucapnya, tanpa sadar kini aku pun mencium bibirnya hang lembut. Selang berapa lama, kecupan itu menjadi ciuman dan ciuman panas. Terdengar suranya mendesah pelan "mmmmhhh.... Mmmmmhhhh... Mmmmhhh..." Ujug-ujung bibir kami berpagutan, lembug kurasa bibir itu. Ya bibir yang lumayan tebal tapi seksi, berbalut lipstik pink, kontras dengan baju flannel lengan panjangnya yang berwarna keabu-abuan. Dan jeans ketat serta sneakers berwarna hitam. Ya gadis yang dikenal berpenampilan sporty ini, sedang menikmati permainan bibirku. Aku yang tak sadar, hanya terbawa birahi pun tak lupa saling bertukar liur.
Kutekuk kedua tangaku, kini oebih rendah kepalaku dan kepalanya bersandar pada lantai kayu beralaskan karpet model arabian.
"Mmmmhhh... Jack" ucapnya lagi.
Hampir ku masukkan lidahku untuk mencari lidahnya, tiba-tiba dia mendorongku ke belakang.
"Bug..." Aku tersadar. Apa yang ku lakukan lagi, gila! Untung tak ada orang lain lagi. Kulihat dini telah terduduk dan bersila, tatapannya ke bawah tersipu. Seolah malu-malu bahagia, telah melakukannya denganku. Beberapa saat kamipun terdiam.
"E, anu din... Tadi sori ya?" Ucapku untuk membuka pembicaraan.
"Jack, apa kamu sering ngelakuin kaya gitu?" Tanyanya tiba-tiba.
Apa yabg harus ku jawab? Atau aku tanya balik saja?!
"Kenapa tanya begitu?" Tanyaku balik.
"Kayaknya, kamu udah sering berciuman jack". Jawab dini.
Dulu aku memang sering berciuman dengan dian, hanya sebatas ciuman walau sampai french kiss tapi tak sampai melakukan lebih.
"Pernah din, dulu waktu sama mantanku" jawabku lirih.
"Ooh... Dian ya?"
Deg! Seolah jantung berhenti berdegup, mendengar kata itu terlontar dari mulut Dini. Aku memang tidak tahu kehidupan pribadinya, yang ku kenal hanya teman-teman di kantor. Terang saja membuatku kaget.
"Kamu kenal?!" Tanyaku rada meninggi.
Belum sampai terjawab, iapun pergi. Ada teka teki, apa yang membuatnya seperti itu. Dan ku dengar derap langkah orang" berdatangan. Kulihat jam 10:30, acara segera dimulai dan kubiarkan dulu dini pergi nanti ku tanyai.
Gua lihat ada beberapa orang yang datang, Toni, Taryo, Ani, dan beberapa staff lainnya. Ga berselang lama, pak Rudi dan bu Rini dateng secara berbarengan. Tapi sekilas, kok dandanan bu Rini rada acak-acakan ya? Dalam batin gua, paling juga abis "main".
"Wayo loooo... Ngalamun mulu!" Tiba-tiba suara Dinda udah di belakang gua, entah sejak kapan dia di situ juga.
"Dia mah suka bengong din. Mikirin utang kali.. Hahaha" timpal si Toni.
"Sembarangan lu Ton. Enak banget lu ye abis tidur?" Tanya gua ke Toni.
"Siapa bilang? Gua nungguin lu di kamar..."
"Njiir.. Lu mau apain gua? Hiiii takut gua lama-lama sama lo" sahut gua saat Toni belum selesai ngomong.
"Sudah, sudah. Mari kita mulai acara ini saja dan akan saya bacakan agendanya, berhubung waktu sudah siang alangkah baiknya kita segera mengawali kegiatan ini". Suara pak Rudi membuka forum ini, iya Gathering keluarga tapi yang gua lihat cuma staff-staff biasa tanpa keluarga mereka. Ya, tau sendiri Puncak, dan hampir semua karyawan di sini belum berkeluarga dan muda-muda, kecuali Pak Rudi dan Bu Rini yang masing-masing punya anak 2. Dalam hati, paling alasan mereka berdua bukan GathFam tapi meeting perusahaan.
Ku pandangi luar lagi, hujan lebih deras lagi, petir pun tak kalah menyambar terus. Suasana yang menambah dingin suasana puncak dan gua teringat apa yang gua lakuin barusan sama dua cewe itu, Ani dan Dinda. Mataku menatap tajam pada dinda yang kala itu berdiri di bawah lampu, seolah ingin menguak siapa sebenarnya dia bagaimana kenal dengan Dian.
Setelah bicara panjang lebar, Pak Rudi pun mengumumkan urutan kegiatan.
"Setelah ini kita makan-makan dulu, sembari bercerita layaknya keluarga supaya akrab lah buat kita semua." Ujarnya.
"Jam 1 sampai jam 4 silahkan istirahat dan setelah itu kita mengadakan pertandingan voli kecil di indoor sebelah villa."
"Jam 7 hingga jam 11 malam kita akan adakan stand party kecil-kecilan dan untuk agenda esok hari kita pikirkan besok" tutupnya, seraya mempersilahkan pembantu di villa ini mempersiapkan segala makanan.

Memang bos kami ini terkenal kaya dan tidak pelit, lihat saja makanan yang disajikan macam semua seafood keluar dan memang semua orang kantor kami suka seafood. Sambil bantu menata makanan, kadang ku lirik Dinda dan iya tersenyum melihatku. Sebentar ku tatap Ani, dia balas dengan memanyunkan bibir ke arahku, membuat aku ingin melumat bibir itu lagi.
"Ah... Beres akhirnya. Pak bos, gimana kalo kita sikat saja?" Ujar Toni yabg sedari tadi menahan laparnya.
"Ga tau malu, lu ton..." Timpal gua. Tanpa memperdulikan toni mulai melahap satu persatu hidangan.
Terkadang di dalam kegiatan ini, kami selingi pembicaraan-pembicaraan ringan.
"Misi pak, saya mau ke belakang dulu" ujar gua yang udah ga kuat nahan buang air kecil karena dinginnya puncak.

"Ah... Legaaaa..." Selesai aktifitas gua, belum selesai membetulkan celana tiba-tiba ada seseorang masuk...
"Annnn... Mmmmhhh" tiba-tiba ani masuk dan menutup mulutku dengan tangan kirinya, dan tangan kanannya mengunci pintu kamar mandi.
"Jack, gua lihat apa yang lo lakuin sama Dinda..."tanpa ba bi bu, Ani menyambar bibir gua dengan ganas.
"Mmmmhhhh... Mmmhhh jaaackkk" hanya rintihan kecil dari mulutnya. Mundur tak dapat mundur, akhirnya aku sambut birahi ani tersebut. Hanya ruangan dengan ukuran 2 x 3 ini, menjadi saksi apa yang kami lakukan.
Ku sedot perlahan tapi dalam mulutnya, bibir kami berpagutan dan lidahku bermain di gigi luarnya. Seperti paham apa yang ku maksudkan, lidah ani keluar menyambut lidahku. Kini lidah kami saling memilin di antara mulut kami, liur ani yang manis karena just stroberi tadi menambah sensasi nikmat dalam mulutku. Nafasnya terdengar berat.
Tangan kiriku yang memeluk pungunggnya halus dan tak kalah tangan kananku menahan kepalanya agar tidak menjauh. Tak lupa, kedua tangan ani merangkul di pundakku.
"Sluuurrpppp... Sluuurrppp..." Bunya saling menyedot liur itulah yang keluar, sesekali ani menyebut namaku dengan eksotisnya "jaaaccckkkhhhh... Eeeeemmmhhhh,,," pacuanku semakin meninggi, akalku seperti terbang entah kemana. Hanya nikmat yang ku rasakan kini nikmat wanita tercantik dan terbaik di kantorku. Buah dadanya yang cukup besar tertahan di dadaku, memberi rasa hangat yang luar biasa. Kini aku mulai hilanh kendali, DAMN!
Kutarik resleting bajunya, dari atas sampai ke bawah dengan pelan dan penuh perasaan, aku tak mau terburu-buru menikmati permainan ini. Ketika mencapai ujung bawah resleting, "Jack, jangan dulu. Belum waktunya." Ucap Ani sambil melepaskan ciuman ini. Aku pun mengangguk, dan aku menerimanya. Selain aku orang yang santai dalam bermain, aku tak ingin memaksakan walau ini bukan permainan pertamaku.
"Buat sementara, aku mau kenalan sama yang ini dulu deh". Sambil mengelus kepala adikku yang sudah mengacung kuat di luar. Dia elus dari luar kepala "adikku", shit! Ngilu dan nikmat bercampur jadi satu.
"Wah jack, udah siap ya?" Sambil melihat ikat pinggangku yang memang belum selesai ku pasang. Tanpa komando, dia buka kancing celanaku dan menarik ke bawah resletingnya. Celanaku meluncur ke bawah, kini adikku yang gagah hanya terbungkus boxer bergambar "one piece".
Dielusnya leher penisku itu dia pijat lembut dari pangkal zakar dan ke atas menuju kepala penisku, terasa nikmat, ngilu dan membuatku melayang. Baru pertama ini ada wanita yang menyentuhnya. Kadang tak luput, kedua biji zakarku diremas-remas lembut, yang memberikan efek gila.
Aku yang menikmati ini, hanya bisa menundukkan kepala dan melihat ani memainkan kejantananku yang masih tertutup.boxer warna putih itu.
"Sreettt!" Boxerku pun diturunkannya...
"Wooow!" Sambil menutup mulutnya, ani tercengang melihat milikku. Memang keturunan arab memiliki ukuran yabg lebih panjang dan besar, milikku lumayan untuk sesuatu yang belum dijamah wanita manapun, 23cm.
Dia pandangi sejenak penis yang warnanya kontras dengan kulutku, kehitaman dan dikelilingi rambut-rambut lebat.
Dia pegang batang kemaluanku, uh rasa yang lebih lagi, tangan yang lembut nan cukup mungil meremas-remas batangku lembut. Ternyata membuat sensasi sendiri, penisku masih mau bereaksi. Tangan kirinya, memainkan dua buah zakarku, dan kadang telunjuknya menyentuh ujung kepala penisku dan mengelus lembut lubang kencing. Oh shitman! Permainan sempurna dalam batinku. Dikocoknya pelan dan penuh perasaan, hangat, ya cuma itu yang kini terasa. Aku masih berdiri di depan wanita yang sedang berjongkok dan memainkan barangku.

"Jack, aku masukkin ya ke mulut?" Tanpa persetujuanku, dia langsung melahapnya, sungguh lebih hangat lagi di dalam mulutnya. Bibir yang tadinya melumat bibirku, kini menyentuh batang kemaluanku. Ku rasa permainan yang sempurna ketika gigi-ginya benar-benar tidak menyentuh penisku. Lidahnya tak "menganggur" dia jilati kepala penisku dengan liar, kadan ditusuk-tusukkan ke lubang kencingku. Sekali lagi aku menahan rasa yang hebat dalam tubuhku. Ia kocok batang luarku dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya tetap memainkan biji-biji zakarku. Darahku semakin mendesir, di dalam tubuh ya. Tiba-tiba, ia masukkan dalam-dalam penisku dan menyentuh tenggorokkannnya, ia tahan beberapa waktu dan melepaskan lagi kulumannya. Terlihat, penisku diselimuti liurnya dia masukkan lagi dalam dalam, dia keluarkan lagi. Kini permainan berganti tempo, dia memaju mundurkan mulutnya mengulum penisku dengan cepat. Terasa nikmat, kugenggam rambutnya menjadi satu, ku tahan agar tak terlepas. Sungguh nikmat. Kami berdua telah terbuai dengan blojob ini. Semakin lama benar-benar cepat ia memainkan mulutnya, tak lupa lidahnya yang dengan liar bermain di ujung kepala penisku.

"An,,, aku udah mau" aku yang sudah hampir mencapai puncak merasakan gatal di bagian kepala penisku. Tak ada tanggapan apapun dari Ani yang semakin liar memainkan penisku di mulutnya, tak digubrisnya racauan mulutku yang bingung harus ku keluarkan dimana. Daaan...
"Crooot... Crooot... Crooot...." Serasa semburan maniku yang ku hitung ada 7 kali, menyembur ke dalam mulut ani. Kuperhatikan ani terdiam sejenak, seperti tersedak dan mencoba menelan sesuatu, ya maniku. Ada sedikit yang meluber ke bibirnya tapi dengan cepat ia telan dalam-dalam. Belum sampai situ, penisku yang masih menegang disedotnya kuat-kuat seperti ingin menghabiskan semua sperma di penisku. Uh, ngilu kurasakan. Tapi nikmat, kadang ia menggunakan jarinya dari pangkal buah zakar dan keluar hingga tak ada tetesan lagi yabg tersisa. Sesaat waktu seperti terhenti dan kami terdiam. Kulihat ia mulai berdiri, aku takut ia marah dia kesal kepadaku atas apa yang barusan terjadi. Ku kihat muka datarnya, dan masih ada sedikit spermaku di bibirnya, ia bersihkan semua itu lagi tanpa jijik. Adikku pun mulai layu, dan saat aku ingin membereskan celanaku...
"Jack, makasih ya.. You're awesome" kata-kata yang tak salah ku dengar barusan. Wanita yang menelan semua maniku ini, tersenyum senang. Tak ada rasa bersalah, takut atau apapun lain. Aku yang terbengong mendadak sadar oleh suara manjanya.
"Jack, benerin dong resletingku. Kan susah!" Dia berbalik, dan kulihat bodi gitar spanyol ini dengan kulit mulus.
"Kok bengong, cepetang dong!" Dengan nada manja nan ketusnya. Aku hanya tersenyum melihat kelakuan anak ini.
Selesai membetulkan resletingnya, aku rapikan lagi celanaku dan ia menata lagi baju dan rambutnya, ku tatap kaca untuk merapikan rambutku dan juga ia tak lupa menyisiri rambut yang acak-acakan karena ulahku.
"Jack, lo itu ganteng dan gagah. Kok ga punya pacar si?" Tanyanya.
"Yah gua mau fokus kerja dulu an, ngenantu keluarga" jawabku tegas.
"Ooo..."
"Eh An, kok lu tiba-tiba masuk kamar mandi cowo si?" Tanyaku penasaran...
"Ih jack! Elu tuh yang salag masuk. Ini kamar mandi cewe. Noh liat perlengkapan mandinya." Spontan aku kaget.
Anjiiiiirr! Gua salah masuk kamar mandi!
Gua gugup dan kikuk, di tengah suasana itu tiba-tiba suara dari luar datang.
"An, cepet gantian dong! Gua juga mau kencing nih!" Itu suara Dinda gua paham. Mampus gua kalo kegep bareng ani, apalagi di kamar mandi cewe.
"Ya din, entaran yah. Bentar lagi selesai, lu ambilin minuman gua di kamar dong." Tatap ani e gua. Gua paham, ani nyoba ngalihin dinda biar kita ga ketauan, gua rasa waktu pas, gua keluar dan pindah ke kamar mandi cowo yang emang di sebelah kamar mandi cewe ini buat pura-pura biar dinda ga curiga. Gua tutup pintu kamar mandi gua sekarang, kedengeran suara dinda ke kamar mandi cewe.
"Nih An, minum lo"
"Makasih din hehehe,.."
"Lo lihat Jack kaga? Kok ngilang ya?" Kayaknya dinda mulai curiga.
"Kaga si din, kali keluar ngeroko sambil nikmatin ujan. Tafi gua denger ada orang masuk kamar mandi sebelah. Kali dia."
"Ooh.. Yaudah gua gantian ya pake ini kamar mandi".

Terdengar suara heels ani menjauh dan samar-samar, gua denger suara pintu kamar mandi sebelah kekunci, "Cklek!". Aman batin gua, gua langsung keluar menuju kamar. Saat gua jalan di lorong villa nan megah ini, di dalam kamar terlihat Susi sedang nangis. Bocah yang selama ceria terlihat menangis, baru mau gua ketuk pintunya tiba-tiba Toni muncul dan teriak.
"JACK! kemana aje lo? Gua cariin!" Teriak dia dari ujung lorong.
Hampir aja gua kegep lagi masuk kamar susi, mampus kalo ketauan. Gua samperin aja tuh bocah.
"Apaan si lu? Pake teriak-teriak segala?!"
"Sebenernya ada yang mau gua omongin sama lu. Penting!"...
Tiba-tiba suara petir yabg keras terdengar lagi...
"Duaaar,,, duaaar!" Terdengar dua ledakan beda, yang satu adalah petir yang satu? Tertegun aku dan toni berfikir. Tiba-tiba kilatan petir menampakkan 2 sosok wanita datang terbirit menghampiri kami.
"Jack, tuh susi ama Dinda" lari terbirit birit dan bug, keduanya nabrak seraya meluk gua.
"Yeee... Enak di elu jack" toni ketus
"Hehehe, din, sus, napa lu pada lari?"
"Ye elu kaga sadar apa? Listrik padam gelap gini! Gue kan takut jack!" Ujar dini sambil meluk gua di sebelah kanan.
"Huuu.. Tau ni si jack" mengikuti perkataan dinda, susi pun ikut memeluk dari sebelah kiri.
"Yaudah,, kita sekarang ke depan aja. Temen-temen juga pada di sana nungguin kita. Toh lebih anget suasana gini kalo kita bareng" kumpul kan?" Sambil ngajak mereka berdua, gua berjalan menuju ruang depan yang sedari tadi gua tinggalin nikmatin blowjob Ani. Gua cek jam baru jam 12:00, tapi hujan tetep gede aja.
Gue lihat, Ani dan Taryo lagi asik ngobrol berdua, temen" yang lain juga nyoba nyari topik buat dibicarain kayaknya. Sedangkan pak Rudi dan Bu Rini malah biasa aja, aneh biasanya mereka paling keliatan mesra.
"Jack, sini sebentar." Panggil pak Rudi.
"Iya pak, ada apa ya pak?"
"Gini, kamu kan udah 2 tahun bekerja bareng kami. Saya sudah putuskan bahwa akan mengangkat kamu menjadi karyawan tetap dan mendapat promosi jabatan. Begitu juga dengan Toni yang akan kami angkat menjadi karyawan tetap dan mendapat promosi jabatan." Tukasnya.
"Wah terima kasih banyak pak." Gua bersyukur, perjuangan gua 2 tahun kontrak karyawan bisa jadi karyawan tetap dan promosi jabatan, walau masa jomblo gua kaga berakhir.
"Bareng lu lagi jack! Hahaha" toni terlihat senang.
"Wuuu... Oiya pak, kenapa listrik tiba-tiba padam ya?" Tanyaku pada pak rudi.
"Kata mamangnya, gardu listriknya tersambar petir tadi, jadi kita gelap-gelapan gini."
Hmmm... Bakal lama ini mah dalam batin gua, mana ujan belum reda pula. Bakal garing tau gini.
Jam mulai nunjukin pukul 12:30, beberapa teman pada minta ijin istirahat. Toh perut kenyang, suasana dingin, badan capek, tarik selimut enak pastinya. Satu per satu mereka ninggalin ruangan dan mengambil lilin buat nerangin jalan mereka. Yaudah cuma tersisa Gua, Toni, Ani, Susi, Taryo dan Dinda di ruangan itu. Rasanya nikmat juga mandangin ujan gini, mana ditemenin 3 bidadari kantor. Hahaha ga lupa 2 bandot lain.
"Mas, bisa minta tolong sebentar?" Tiba-tiba mamang penjaga villa datang kepada kami.
"Iya mang, ada yang bisa dibantu?" Tanya gua
"Gini, ternyata bukan gardu listriknya yang kena tapi keliatannya di dari meterannya yang anjlok. Barangkali ada yang bisa benerin?" Tanyanya.
Kebetulan gua juga garing duduk di sini mulu, lagipula ilmu gua di smk listrik bisa gua pake di sini kerjaan gua juga kontrol kelistrikan.
"Yaudah mang, kita ke meterannya langsung. Biar saya cek." Jawab gua semangat.
"Siap mas. Mangga, cuma nanti saya temani sebentar saja ya. Soalnya ada perlu beli obat anak lagi demam. Oh iya, segelnya juga udah dibongkar PLN jadi gausah khawatir buat obrak abriknya." Secara juga gua ogah kalo kena denda sebenarnya buat ngerusak segel listrik negara, tapi dipikir" siapa yang mau nemenin gua nih? Gua liat ke anak-anak, kampret bener si Toni ama Taryo malah enak tidur di sofa. Sedangkan Ani ama Susi melangkah masuk kamar. Tinggal Dinda nih kalo gini, kayaknya ga masalah kalo gua ajak.
"Din, lu mau ga temenin gua ngecek meteran?" Tanya gua.
"Boleh si.. Gua juga boring. Emang dimana meterannya?"
"Di samping mba, di jalan penghubung antar rumah ini." Jawab mamangnya.
"Yaudah, yuk jack."
Akhirnya kita bertiga menuju lorong sambungan rumah" ini, emang kesan klasik ga bisa ilang di sini. Lorongnya si bertembok gitu ada jendela, jadi posisi kita tetep di dalam. Gua ambil lilin buat penerangan, gelap juga masuk sini si Dinda takut kagak ya?
"Lu takut kaga din?" Tanya gua
"Ngapain juga takut!" Seolah membohongi diri sendiri kalo dia emang takut.
Gua lihat, udah ada perlengkapan listrik lengkap di situ. Jadi ga perlu repot gua ambil perkap di mobil.
"Anu mas, saya permisi dulu ya buat beli obat anaknya. Takut tambah panas".
"Oya mang, mangga." Gua persilahkan mamang itu untuk menyelesaikan keperluannya. Hmmm, cuma di terangin lilin dan dinda nih. Gw cari" kali ada senter supaya bisa nerangin kerjaan gua, nah ketemu juga akhirnya.
"Din tolong tutupin pintu" lorong dong, dingin gua. Kunci aja biar ga gerak".
"Oke"...
Loronh yang ngehubungin dua rumah ini emang didesain memiliki pintu, jadi di antara rumah, kita juga berada di sebuah kamar lagi.
"Nah, lu pegangin senternya dong. Arahin ke meteran biar gua gampang bongkarnya." Perintah gua ke dinda.
Tanpa banyak omong, kini dinda melakukan apa yang gua perintah. Kalo urusan kerjaan, Dinda juga rajin edan, tapi dengan sifatnya yang nyantean menjadikan dia dikagumi di kantor. Gua bongkar ini meteran dan gua cari" apa penyebab kerusakannya. Hmmm kayaknya semua wajar si ga masalah, sampai akhirnya gua nemu kabel yang gosong.
Wah parah juga ini mah. Di saat gua nyoba ngecek kabel itu, gua liat dinda begitu fokus sama apa yang gua kerjain.
"Fokus amat lu din"
"Ye,, gua gitu."
"Oh iya din... Gw minta maaf soal tadi ya"
"Soal apa ya jack?" Berlaga bego
"Soal gua nyium lo... Pura-pura ga tau" gua ketus
"Oooh..."
"Kok oh si din?"
"Lo tau ga? Dinda itu temen gua, temen kecil, temen sd, temen sekomplek dan temen kuliah gua. Gimana kaga kenal?"
Gua kaget kalo dinda adalah temennya dian, mantan gua.
"Ooh..."
"Kok elu malah balik oh si jack? Terus kenapa lu dulu putus ama dian?" Tanyanya balik
"Kalo itu..." Belum sempet selesai ngomong, dian udah motong duluan.
"Gua tau kok jack.."
Iya, gua keinget lagi kenapa gua putus sama dian, karena dulu dia yang mulai, dia selingkuh. Tahun 2012 akhir gua diharuskan KKN yang kebetulan bareng Toni juga dan penempatannya adalah daerah terpencil di luar pulau jawa. Iya, udah jelas bagaimana keadaannya transportasi susah dan komunikasi pun sulit. Itu aja gua dan Toni ga pernah balik selama berbulan-bulan, seperti lost kontak dengan keluarga dan pacar. Dan akhirnya ketika gua balik, dian dan pacar toni sama" kegep selingkuh dan gua mutusin dian begitu juga toni.
Sejenak hening, dingin yang terasa dan cahaya petir serta suara gemuruh yang menghiasi suasana lorong temaramkan lilin. Gua bersandar di tembok buat sejenak nenangin diri, saat gua menunduk tiba" Dinda meluk gue. Dia ngelingkarin tangannya di pinggang gua, kepalanya disandarin di badan gua. Sontak gua kaget, apa ini? Gua bingung. Gua pandangi gadis berponi dan berkuncir kuda ini sejenak merasa nyaman di peluk gua, kepalanya mendongak natap gua. Samar" temaram melukiskan pandangan sayunya ke gua dan mulutnya pun berkata
"Jack.. Gua suka sama lo jack. Gua sayang lo". Deg!
Sebenarnya gua ga kaget kalo Dinda emang suka sama gua, hal ini gua sadari lama. Sejak futsal kantor, dia nunghuin gua dan ngasih gua support. Selesai permainan, ngasih air minum dan ngelapin keringat gua pun di kantor dia sering godain gua dan ngajak makan siang bareng. Tapi yang bikin gua kaget adalah, di saat" seperti ini dia ngungkapin kata" itu. Bukan gua ga kagum sama dian, tapi fokus gua ke keluarga mengalahkan nafsu gua buat pacaran. Perlahan dinda menciumi pipiku, "cup" lembut dan hangat. Dua pipi ini dijamahnya menggunakan bibir lembutnya. Lalu diarahkannya bibir itu ke bibir gua, "mmmh..." Lembut dan mulai berat agaknya nafasnya, hangat mulai terasa menyeruak. Aku yang sudah mulai hilang kendali, menyambut lagi birahi dian yang sempat tanggung. Kini dialah yang membuka permainan, lidahnya menjulur" mencari rongga antara rahang atas dan bawahku, mencoba menemukan sesuatu yang sama seperti lidahnya. Aku julurkan lidah dan, "sllluuurrrp" saat lidah kami bertemu lir pun menyatu. Tanpa jijik, tanpa pikir apa lagi aku membuai dinda, wanita jawa nan cantik ini ya dia memang asli jawa. Wanita baik" yang terjaga kesuciannya dari tangan laki" bejat, kini kunikmati birahinya.
Ku turuni ciuman, berganti pada leher dan belakang kuping, kugigit kecil" dan ia menggelinjang. Ekspresinya bagaikan mawar merah tersiram air segar, indah! Seksi! Ya dia begitu mempesona saat mendongakkan kepalanya karena kenikmatan yang ku beri. Ku elus punggungnya yang masih berlapis baju flannel, temaram itu menunjukkan bayang keindahan DINDA!
Seperti diburu nafsu, tapi ku tetap bermain indah. Ku lucuti kancing" flannel itu satu persatu hingga lepas semua, agaknya dinda tidak memperdulikan lagi udara dingin yang hilir mudik menerpa kami.
Di antara cahaya lilin dan kilat, terpampang buah dada tak begitu besar namun indah dan sekal berbalut bra warna hitam elegan dan berenda itu. Ku peluk dan kujamah tubuhnya, pasti agar tak dingin. Nafasku ku hembuskan pada pundak mulusnya, kuning langsat yang biasa tertutup kini terlihat dalam temaramku, sambil ku gigit kecil pundak itu dan ku lepaskan kaitan branya. "Hap", jatuhlah atasan itu. Sejenak malu Dinda dengan menutupi kedua puting dan gunung itu dengan tangannya. Tapi saat pelukankunmenjamahnya lagi, ia melemahkan tangannya dan berganti merangkulku. Sungguh indah nian milikmu dinda, bukit kembar itu putih dengan puting menantang seraya seperti berkata "JAMAH AKU!. Ku jilat pelan bagian kirinya, dinda menggelinjang. Ku pilin dengan lidahku, dinda menggelinjang. Ku gigiti kecil dan ku kecup, dia mendesah kecil. Oh.. Sexy suaramu dinda. Rambut kumis jenggot yang baru kucukur pasti memberi sensasi lebih pada sentuhannya. Jika aku bermain dengan mulut pada bagian kanan, aku mainkan bagian lain dengan tanganku, begitupun sebaliknya. Dinda sepertinya menikmati apa yang ku berikan, hingga kadang ia meremas gemas rambutku yang berombak.
Kuhembuskan nafasku, dari lehernya menuruni celah bukit kembar dan berakhir pada pusar. "Hhhhmmmh" nafasku dan nafasnya yang sama" berat, membawa birahi kami lebih tinggi.
Ada bekas merah dari gigitanku pada bukit" kembarnya, yang terlihat pada sinar lilin dan petir. Suara gemuruh pun seakan ingin menyamarkan suara permainan ini.
Permainan berlanjut, aku menurunkan tanganku ke arah jeansnya tak bersabuk. Aku coba membuka kancing jeans dan menurunkan resletingnya, dinda menatapku dan memberi senyum manis itu. Ku lanjutkan lagi, kini celananya tertahan pada lutut terlihat jelas paha mulusnya itu halus. Cd berwarna hitampun tetap berenda, menyimpan harta berharganya ku gosok dengan pelan kelentitnya, ia menggelinjang. Kadang dinda ingin menutupinya dengan tangannya, tapi seolah tertahan oleh nikmat yang dirasanya. Ku tarik ke bawah kain segitiga itu hingga lututnya juga, indah sekali.
Apa yang ku lihat di Blue Film berbeda dengan milik Dinda, terawat, harum, dan rambutnya bersih. Ya, pastinya dinda nun cantik ini merawat tubuhnya jengkal demi jengkal dengan baik.
Ku mainkan bibir dan rambut kumisku di sana, geli yang dirasa.
"Jackkhhh.. Mhhhh.. Enaaakkk". Hanya itu kata yabg keluar, setelah itu ia kembali sibuk memegangi rambut kepalaku. Kususupkan lidah"ku di antara lubang nikmat itu, kucari apa yang namanya clitoris, tapi sedikit basah dan asin ku rasa. Hmmm.. Tak peduli aku yang terbawa birahi kini menikmati bulatan kecil mirip kacang itu. Kedua tanganku hanya sibuk meremas pantatnya yang sintal, kadang ku cari lubang belakangnya hanya ingin memberi kenikmatan lain. Kucoba menusuk, tapi hanya diluarnya. Terkadang dinda meracau lebih tinggi. Saat jilatan dan gigitanku lebih liar, dian semakin tinggi dan tinggi. Tiba-tiba kepalaku dibenamkan diantara pangkal kakinya dan dijepitkannya dengan kuat. Hampir" tak bisa nafas dan keluarlah cairan cinta dian, banyak juga. Mau tak mau pun aku telan. Tangannya memaksakan kepalaku agar lebih dalam, dan tak lupa menjambakku kuat.
Beberapa saat kubiarkan dinda, hingga mulai normal iya, nafasnya yang sempat tersendat oleh kenikmatan birahi tadi. Ku pandagi dia, merem melek seperti menikmati kenikmatan yang sangat indah. Tatapannya sayu, lagi dan senyum itu, yang aku belum sadar maknanya.
Sejenak aku berdiri lagi dan berbisik, mungkin terbawa suasana, "I miss you Din..." Sambil ku kecup kening dan bibirnya.
"Dingin..." Ujarnya lirih.
Aku tak mau memaksakan birahiku, aku tau harus apa. Ku naikkan cd nya hingga menutupi lubang nikmat itu, ku naikkan jeansnya dan kukancingkan dan kuresletingkan. Seperti memakaikan pakaian pada adikku waktu kecil dulu, dia berpegangan pada pundakku. Kukaitkan lagi bra hitam menutup bekas cupangku dan kupakaikan lagi baju flannel lengan panjang itu. Ku usap-usap poninya dan memandangi wajahnya.
"Kenapa udahan?" Tanyanya padaku
"Em.. Menikmati keindahan bukan untuk dipaksakan. Aku mengerti, kau sayang padaku. Tapi aku tak ingin terburu. Ada waktunya nanti" untukmu. Dan aku juga menyayangimu". Sejenak dinda berkaca, remang" lilin menggambarkan wajahnya yang indah.
"Din, lo duduk di situ aja ya dulu gua mau selesaiin mbetulin meteran nih." Dia hanya mengangguk dan bersimpu di pinghir tembok. Mulutku memegang senter dan tanganku memegang perkakas, biarlah dinda beristirahat pasti lemas.
Dan, ceklek akhirnya listrik menyala ku beresi semua perkakas. Lilin yanh menjadi saksi bisu keindahan tubuhnya pun ku matikan. Gemuruh dan kilat pu. Berhenti, hujan berganti gerimis. Ku buka pintu" lorong itu lagi agar hawa berganti lebih segar.
"Yuk din masuk". Ajakku padanya
Dia hanya mengangguk dan menggandeng tanganku, berjalan menuju ruang depan. Tak kulihat orang" di sana lagi, Taryo, Toni, Ani dan Susi mungkin sudah masuk kamar. Toh ini jam 13:00 jadwal beristirahat.
"Jackh, gua masuk kamar dulu ya." Seraya pergi meninggalkanku.
"Oke." Gua rasa dia capek kali, ngerasain nikmat tadi. Ga kebayang hari ini gua menikmati dua cewe. Gua duduk di sofa, dan menyalakan rokok "Marlboro" import yang setiap minghu dijatah perusahaan. Dan di situ ada kopi hitam hangat, ada pesan. "Jack, aku buatkan ini khusus untukmu."
Siapa lagi ini? Tulisan wanita lagi, seperti tulisan...
Ini kan tulisan tangan Dian, kenapa pula bisa ada di mari? Atau emang dia lagi ada di sini?
Gua menebak-nebak, apa bener itu cewe lagi di sini juga? Lalu ngapain di sini? Yang jelas, tau darimana gua di sini? Atau Dinda?

Sejenak gua pandangin kopi hitam ini, sama seperti suasan siang 13:15 yang gelap karena mendung. Mendung pun masih tetap menggelayut di langit, walau tarian air mulai mengecilkan frekuensinya.
"Cangkir putih, tapi ada bagian bekas bibir di atas pegangannya" gumam gua masih belum sadar.
Ah! Ini beneran Dian, tapi tau darimana gua di sini? Sejenak gua hirup aroma kopi dalam" dan gua icip. PAS! takaran sama yang dibuat Dian, gua masih dibuat bingung sama secangkir kopi ini.

Ga kerasa, kepulan-kepulan asap rokoku memnuhi ruangan. Kulangkahkan kaki pada balkon rumah klasik ini. "Kriiieeet.." Bunyinengsel pintu berdecit, diiringi bau hujan yang tersisa. Hening, sejuk, dingin langsung masuk ke dalam ruangan menggantikan asap" yang berhembus keluar.

Ku pandangi pelangi di mega kelabu, tentang misteri dalam kopi. Tiba-tiba mataku tertuju pada bekas langkah baru di balkon villa. Ku amati, dan langkah ini menuju ruangan voli.
"Coba kuikuti jejak ini, rasanya ga ada orang yang masuk terakhir. Kecuali aku dan Dinda".

Di antara pafing-pafing yang disusun merenda, kuikuti jejak sepatu yang terbekas karena tanah, seperti disengaja. Sampailah di depan aula voli. Baru sampai depannya saja, kulihat masih ada jejak itu masuk ke dalam. Gua buka pintunya, gelap dan cukup pengap karena memang jarang dipakai. Baru gua melangkah 10 meter, pintu langsung menutup keras dan terkunci.
"Sial..." Batin gua. tiba-tiba, tengjuk gua serasa ada yang mukul "bugk!" Hilanglah kesadaran gua.

Sesuatu yang besa gua rasain, pening masih sedikit menggerayang di kepala. Tapi sesuatu yang lebih aneh terjadi pada diri gua. "Tubuh gua keiket". Rasanya ikatan beda, setiap tangan dan kaki gua diikat menyilang seperti huruf "X". Entah gua dimana? Ga tau mau diapakan, yang jelas lagi dingin dan lebih dingin dari sebelumnya, sepertinya gua dibugilin. Terang gua ga tau, karena mata gua ditutup dan mulut gua disumpal.

Ada jemari lentik yang menari disekitar perut dan pusar gua. Menggerayang manikmati setiap senti tubuh kekar gua. Kadang, mencubit nakal daerah sensitif di puting gua.
"Mmmmmhhhh..." Rasa geli nikmat dan bingung gua rasain. Itu tempat sensitif gua man!
Lalu diikuti benda kenyal yang menyetuh dadaku, ditekan-tekan dan di putar pada dada bidangku. Kadang, putingnya pun menyentuh putingku yang memberikan sensasi lebih dari tadi. Aku sadar "Ia wanita!"
Setan bagi dalam posisi ini, tak tahu siapa dia, yang jelas dia tau keadaan gua ke sini.
Sejenak ia menjauhkan diri dariku, tak terdengar langkah kaki pada lantai. Aku tak tahu, apakah masih di ruang voli atau pindah tempat?! Ku coba tenang, dan meredam gejolak dalam tubuh. Dingin udara pun mulai menggerayangi tubuhku.

"Hmmmpphhh"... Ketika tubuh wanita ambruk pada tubuh gua. Dipeluknya gua dari depan, mengendusi bagian leher dan dada. Terkadang, menjilati kuping dan menggigit-gigit kecil. Aku hanya bisa melenguh, dan bergelisah permainan macam apa ini? Aku hanya berfikir apakah ini Dian? Atau Ani? Atau malah Susi?
Tangannya mulai menggelitik bagian penis gua... Seraya membangunkan "ular" dari tidurnya, ia mulai meremas dan mengocok pelan di sana. "Uuuhhh... " nikmat rasanya, permainan profesional. Ini bukan tangan Ani?! Yang jelas aku pernah merasakannya.

Kadang dikocoknya cepat, kadang pelan, kadang diurutnya kuat. Sehingga memberikan rasa ngilu nan nikmat di batang zakar gua. Ada permainan sama, biji zakar dan kepala zakarku dipermainkan ganas dengan jari-jarinya. Sampai akhirnya dia masukkan pada sesuatu yang lembab dan basah. "Ini mulut!" Dihisapnya dalam dan menyentuh ujung tenggorokannya sampai-sampi ia tersedak dan mengeluarkan suara, sama sekali aku belum pernah mendengar suara ini. Yang ku tau suaranya ketika terbatuk adalah Ani. Susi dan Dinda? Mana ku tahu. Dian? Aku sudah lupa, yang jelas ini bukan. Kadang ia hisap kuat, kadang ia lepaskan. Sial bagiku tak bisa apa", sepertinya aku diperkosa. Sepertinya tiang-tiang ini pun tertanam dalam tanah sehingga tidak goyah saat gua mencoba meronta.

"Mmmmhhhh... Mmmmhhh.... Mhhh" gua coba ngasih isyarat kalo gua udah mau sampai puncak kenikmatan, gimana bisa ngomong? Mulut aja disumpal! Tapi, wanita itu tetap mengocok penisku dengan ganas di mulutnya, cepat dan kuat hingga akhirnya...
"Mhhhhhhhhhhhhhhh....." Saat spermaku keluar di tempat basah itu. Mulut yang jelas, terdengar suara menyeruput dengan jelas. Peniskupun dihisapnya kuat" hingga ngilu dan nikmat, ku keluarkan sisa sperma di dalam kantong zakar gua. Lemas, permainan nikmat nan misterius ini membuat gua ga berdaya. Sepertinya ia mengerti dan membiarkanku istirahat sejenak.

Tapi waktu tak berhenti lama, permainan berikutnya berlanjut. Gua ngerasain hal beda, sekarang penis gua yang masih tegang, digesek-gesekkannya dengan tangan pada sebuah selaput lembut. Terdengar desahan-desahan wanita itu, "mhhhhj... Ooohhhh.. Mmmhhh"... Aku masih tak bisa mengenali suara itu. Walau rasanya aku pernah mendengarnya, ini seperti familiar di telingaku walau entah kapan. Semakin lama terasa ada jepitan di kepala penisku, dan kurasa ini seperti vagi, ya gua berargumen seperti itu walau belum pernah "main" sebelumnya. Lenguhan wanita itu semakin liar, sepertinya kenikmatan yang kami rasakan benar-benar konsentrasi kami terpecah. Aku pun menikmati ini, hingga lupa aku harus tahu dia ini siapa?!

Semakin lama, dia masukkan semakin dalam tetapi kepala penisku tertahan pada sesuatu di sana. Sejenak dia menghela nafas, dan "sreeeet" sepertinya kepala penisku menembus seuatu. "Oooouuuccchhhhh....." Sepertinya fia kesakitan dan memekik panjang. Akupun sama, nikmat ini yang belum pernah kurasakan walau dengan Dian sekalipun. Sejenak suasan hening, hanya tetesan" air dari atas yang menerpa tanah di luar terdengar. Wanita itu tiba" lebih menusukkan penisku dalam-dalam lagi, dan bleeesss. Ujung penis gua mentok di dinding rahimnya, gua rasain nikmat yang tak terbayangkan seperti kesetrum. Wanita itu tak henti"nya meracau, sesaat gua mengamati suaranya tapi tiba-tiba buyar, ketika dia memaju mundurkan badannya.

"Aaahhh... Mmmhhh ahhh"... Terdengar suaranya yang eksotik bagai wanita haus sex. Pelan-pelan, aku juga merasakan pijatan" di seluruh penis. Apa ini yang namanya berhubungan intim? Aku mulai menikmati, "mhhh.. Mhhh..mmmh" hanya itu suara dari mulutku yang tersumpal kain.
Lama kelamaan, ia mempercepat gerakannya dan sedikit sedikit ia goyangkan pinggulnya. Aku yang tak ingin kalah, mulai mengimbangi dengan memaju mundurkan tubuhku. Walau terikat, tapi aku masih bisa menggoyangkan dengan bebas badan bagian bawahku.
"Ceplak,,, ceplaak " suara tubuh kami beradu.. Menandakan birahi telah menguasai setiap nalar kami. "Ooouuhhh...." Kurasa ia berhenti sejenak, otot" vaginya mengapit lebih kuat dan rasanya penisku lebih tersetrum dari yang tadi. Aku sadar, ia orgasme. Lebguhan panjangnya menyadarkanku kembali pada selidik ku. Nafasnya terdengar mulai normal kembali, aku tahu dia ingin memuaskanku juga. Kurasakan lagi goyangannya, kusambut lagi permainan birahi misteri ini. Dalam keadaan gelap, aku tak bisa melihat apapun, ada sedikit celah dari ikatan penutup ini. Terlihat, bongkahan pantat yang berukuran sedang, memaju mundurkan penisku. Belum ku gubris rasa penasaranku, karena kini nafsu gua sudah merebut akal sehat gua. Tubuh udah mulai basah karena keringat, hawa dingin tak ada lagi. Lama sepertinya permainan ini berselang.
Kurasakan vagina perawan yang nikmat ini, memijat-mijat penisku dan penisku rasanya mengobok-obok dalam vaginanya. Kurasakan gerakan kami berdua lebih cepat dan ganas, aku paham aku akan mencapai puncak yang kedua. Aku khawatir jika akan keluar di dalam. Pompa dan pompa, goyang dan goyang. Sudah, hilang akal gua ditimpali kenikmatan ini. Hingga akhirnya...
"Ooooooohhh......." Suaranya mengeluh disertai hentinya gerakan tubuhnya dan jepitan vaginanya yang menguat.
"Mmmhhhhjh...." Aku ikuti suaraku, kurasakan spermaku keluar di dalam vaginanya. Sial! Dari balik penutup mata kulihat banyak spermaku yang keluar dan darah merah segar. Aku memperawani wanita misterius, sejenak kesadaranku masih ada. Dan mengamati gerakan di bawah tubuh, penisku mengecil dan lepas dari vagina wanita itu. Aku menghela nafas panjang, kuperhatikan dari celah penutup tampak ia menjilati tanpa jijik lelehan spermaku. Dari pangkal paha, sampai lutut. Masih saja ia sedot dalam-dalam penisku yang mulai menyusut. Ugh ngilu!.

Tiba-tiba cahaya pun muncul, silau! Aku memejamkan mata sebentar dan mulai ku buka mata. Cahaya putih dari atas lampu sorot menerangi tubuh kekar telanjangku. Aku tahu, ini sudut ruang volli dan aku siikat di tiang pull up. Dibukanya ikatan mulutku, dan kulirik jam 14:40. Lama sekali aku di sini, gumam gua dalam hati. Yang membuat kaget adalah sesosok wanita yang gua kenal! Berdiri telanjang di depan gua, baru gua tahu kalau ternyata dia pelakunya. Gua lihat vaginanya, benar ada bekas darah dan sperma.
"Jack, maaf ya". Ujar dia
Gua ga langsung bales, jelas gua shock! Kok bisa-bisanya.
"Jack, gw tau gua salah. Gw tau tentang idup lo sama Dian, sampai" kebiasaan lo ngopi. Gua sengaja giring lo kemari jack. Gua udah mendem rasa lama sama lo juga kaya Dinda".
Shit! Ternyata dia lihat apa yang gua lakuin sama Dinda. Tapi yang gua kaget, dia ini ga ada hubungan sama siapapun di hidup gua.
"Gw juga suka sama lo, dan lo udah merawanin gua jack. Tapi tenang, gua udah minum pil KB dan ga lagi masa subur kok. Semoga ga bikin gua hamil, kalo toh gua hamil lo mau tangung jawab". Saat itu dia mulai menitikan air mata, rasanya ga tega sama hidup dia ke depannya kalo gua ga tanggung jawab.

"Gw, ngerti..." Belum selesai gua ngomong dia udah nyium gua ganas. Gua balas aja ciuman itu, dengan pikiran kacau. Posisi gua masih sama, X! Dia berpindah mencium punggung gua dari belakang, saat gua coba mengerti apa yang dia lakuin lebih daripada Dinda, "Bug!"
Pukulan keras itu melayang lagi, dan gua ga sadar lagi.

Hingga akhirnya gua tersadar, saat udah di ruang depan villa. Rasanya nyeri di pundak gua, pergelangan tangan dan kaki juga pegal ada bekas ikatan berwarna merah. Tapi, gua udah kembali berbusana lengkap. Aneh, gimana gua ada di sini? Sedangkan cewe itu lebih kecil dari gua. Mana mungkin kuat bawa gua. Gua lihat, kopi gua tinggal separo seperti saat gua tinggal. Roko dan korek masih pada tempatnya. Hanya aja, pintu udah ketutup rapi seolah menutupi semua hal yang terjadi.

Coba gua cek ke depan sebentar, ga ada jejak apapun. Sial! Rapi bener dia mainin gua, sampai" jejak pun semua lenyap. Rasanya gua butuh tidur. Beranjak gua menuju kamar gua, dan gua cek jam 15:00 sore, masih ada waktu sejam buat tidur. Pas sampe depan pintu kamar, gua lihat seorang wanita berdiri. "Cup". Pada bibir gua, dan tiba" merangkul, memeluk dan menangis. Wanita tadi yang membuat permainan ini, ya gua sadar tetaplah ia wanita berperasaan. Gua maklumi, dan gua cuma baru bisa bales peluk dia erat. Gua kecup keningnya,.
"Istirahatlah..." Ujar gua.
Dia beranjak masuk kamar dan menghilang setelah memasuki kamar yang cukup jauh dari kamar gua. Gua pandangi pintu kamar gua, gua tarik nafas dan di saat gua buka pintu........


EmoticonEmoticon