Rabu, 29 Juli 2020

Koleksi Video Bokep Indo Indonesia

Bokep Indo ngevlog di hotel surabaya 1

   
ngvlgngw2
[640x384, 07:33]

ngvlgngw3

[640x384, 09:03] 

Bokep Indo Cewek Sange Live



thcwshw1

[960x564, 01:20]

Bokep Indo ngevlog di hotel surabaya 1



Bokep Indo ngevlog di hotel surabaya 1


Bokep Indo ngevlog di hotel surabaya 1




Rabu, 22 Juli 2020

VERANI JULIE CHAPTER 8 : SESEORANG YANG KUBERJANJI PADANYA

 
Ini berbeda dengan semester awal, memasuki semester kedua ini tugas-menugas mulai banyak diberikan dosen.

Setiap hari kini aku harus selalu berurusan dengan berlembar-lembar makalah dan modul yang bikin kepala mumet.

Berbeda sekali seperti bayanganku waktu masih sekolah dulu, dimana perkuliahan itu terlihat menyenangkan dan lebih bebas, yang memang kurasakan ketika di semester satu kemaren.

Ketika itu aku sangat bersemangat sekali dengan lingkungan baruku, teman baru, dan merasa bebas bisa begadang tanpa takut bangun siang, bisa gondrong, pergi ke kampus dengan pakaian apapun yang kumau, dan tidak ada les lagi.

Dulu aku sebal sekali dengan yang namanya les, les, dan les!

Bagiku itu buang-buang waktu saja, karena hal tersebut mengharuskan kami untuk terkurung di sekolah dari jam tujuh pagi hingga jam empat sore selama 5 hari.

Apalagi bayaran les di sekolahku sendiri sangat mahal, dan pihak sekolah mewajibkan setiap siswanya mengikuti.

Terdengar seperti sebuah pemaksaan kan? Tapi begitulah adanya, terlebih sekolahku memang banyak anak-anak pejabatnya dan anak pengusaha besar.

Mungkin termasuk aku, aku sedikit beruntung karena sejak kecil aku tak pernah kekurangan, uang tak pernah menjadi masalah bagi keluargaku.

Tapi aku merasa biasa saja, maksudku aku tidak ikut-ikutan kebiasaan teman-temanku yang setiap minggunya menggelar pesta, pergi ke sekolah gonta-ganti mobil atau menghabiskan puluhan juta hanya untuk dipakai menginjak.

Secara pribadi aku tak tertarik, menghambur-hamburkan uang dan pamer-pamer yang malah terlihat seperti orang baru kaya saja, apalagi masih pakai duit bapaknya seperti kami ini.

Jika mengabaikan faktor gaya-gayaan dan gengsi, aku tak melihat ada banyak perbedaan dari orang yang punya duit banyak dan orang yang sederhana.

Punya sepatu mahal-mahal kalau yang di injak becekan ya tetap saja becek, takkan tiba-tiba genangan air itu berubah menjadi karpet merah hanya karena sepatu yang akan menginjaknya adalah sepatu Dior 70 juta.

Atau jam ratusan juta yang tetap akan menunjuk di jarum yang sama dengan jam dua ratus ribuan, kalau hari itu jam 3 tetap saja yang akan ditunjuk jam 3.

Bagiku punya jasmani yang sehat, bisa berkumpul dengan keluarga, dan punya teman-teman yang baik hati adalah kemewahan yang selalu membuatku bersyukur.

Yah, mungkin satu kelebihan punya banyak uang kita bisa mengajak keluarga jalan-jalan ke luar negeri, itu saja.

Yang sebenarnya esensinya sama yakni untuk berkumpul bersama dengan orang terdekat.

Karenanya aku merasa tidak ada gunanya menuruti gengsi atau ketularan lingkunganku yang rata-rata sudah disilaukan hasrat atau nafsu yang tiada habisnya itu hingga membutakan mata.

Aku lebih memilih hidup tenang dan biasa-biasa seperti ini.





..............................

Sudah hampir satu tahun berlalu dari sejak Vera bersamaku dan banyak hal yang terjadi.

Kejadian saat Vera dilarikan bocah-bocah itu benar-benar menjadi titik balik kehidupan kami yang seakan telah dibuka oleh peristiwa sebelumnya yang terjadi ketika aku sedang liburan dulu.

Semuanya menjadi riak kerikil dan hanyalah lintas awal dari hal-hal yang terjadi berikutnya karena sesudahnya aku memutuskan untuk memulai babak yang baru dengan Verani.

Hubungan tuan dan budak yang sejak awal di janjikan pun tak benar-benar pernah menjadi baku.

Ya, setelah malam hujan lebat itu Vera akhirnya memutuskan menceritakan semua mengenai dirinya padaku.

Aku terdiam mengetahui kenyataan pahit yang ternyata ada dibalik kehidupan masa lalunya yang tak kusangka harus dia tanggung seorang diri.

Vera menangis dan mencengkram erat bajuku melepaskan semua kepedihan atas ketidakadilan hidup yang dia rasakan.

Suaraku pun hilang dan aku tak bisa berkata-kata, semua yang Vera lalui sama sekali tak mudah untuk dijalani.

Saat itu kubiarkan gadis malangku menangis sekuat yang dia mau.

Membuang semua pilu yang menitik di wajah cantiknya yang selama ini dia tahan sendirian.



" Tak apa, menangislah dan lepaskan semua.. "

" Sandarkanlah lelahmu dan ceritakan, tentang apapun akan kudengarkan.. "

" Bahkan bila perlu pukul-pukulah aku jika itu bisa menghapus kebencianmu pada dunia... "

Kata-kata itu kukatakan padanya, karena di momen tersebut aku benar-benar merasakan semua kesakitan yang dia rasakan.

Kadangkala tak mengapa untuk tak baik-baik saja, sebagai manusia wajar jika kita tak punya kisah yang sempurna.

Dan kini aku bisa memahami semuanya, hidup seorang diri mengharuskan Vera untuk tak berkesempatan mengenal kasih sayang.

Sebelum menyelesaikan ceritanya Vera mengatakan jika dia akan melakukan apapun untukku dan dia masih mengatakan jika dia sudi untuk terus menjadi budak seksku atau babu hanya demi terus berada di sampingku.

Kalimat yang persis seperti yang dulu dia katakan padaku, ketika aku menyeduhkan segelas coklat hangat untuknya.

Mendengarnya hatiku hancur.

Betapa kejamnya aku yang dulu memaksanya untuk sempat menjadikannya pemuas nafsuku yang bahkan masih dianggapnya begitu.

Saat itu aku benar-benar dibutakan dengan kecantikan dan keseksian Vera yang ingin segera kumiliki seutuhnya.

Padahal Vera melakukannya atas dasar keinginannya sendiri, dia melakukan semuanya agar bisa terus bersamaku, sama sekali bukan karena tuntutan uang 4 juta yang aku pinjamkan padanya.

Langsung kulepaskan pelukannya lalu kuseka air mata yang berlinang di wajahnya, kemudian kukatakan jika dia bebas sekarang.

Vera terduduk dan terisak-isak seperti anak kecil saat mendengar perkataanku.

Dia berpikir jika aku membuangnya setelah mengetahui semua tentang dirinya dan terus memohon-mohon agar aku tak meninggalkannya.

Tentu saja bukan itu maksudku, Vera salah kaprah.

Aku hanya ingin dia bebas, tak menganggap lagi bahwa dia adalah pelayanku, pecun, gundik, wanita sewaan atau apalah istilahnya.

Kuangkat lagi tubuhnya dan kembali kupeluk gadis yang selalu dengan polosnya menanggapi ucapan orang ini.

Kukatakan kalau aku tak perduli perihal masa lalunya atau apapun yang baru ia lakukan, aku tak butuh itu karena aku menerima dia apa adanya.

Aku berusaha melepaskan semua beban masa lalu yang dia tanggung dalam pelukanku.

Aku ingin Vera merasa bebas karena dia berhak atas itu.

Tangisannya seketika meledak dan Vera langsung memelukku begitu eratnya setelah mendengar penjelasanku lebih lanjut.

Aku pun mendekapnya dengan erat, Vera hanya tidak ingin pergi dan jauh dariku, dia menginginkan aku terus ada bersamanya.



Begitu pun aku.





..............................

Sejak bayi, Vera sudah ditinggal kedua orang tuanya.

Ibunya menitipkan dia kepada kenalannya yang ada di Bandung karena dia harus kembali sebentar ke Jepang.

Namun semenjak itu dia tak pernah kembali untuk menjemput Vera lagi.

Seperti yang dulu pernah aku bahas, ayah Vera adalah orang asli Kanada, ia ke Indonesia sebagai seorang tenaga ahli di bidang nuklir.

Sementara ibu Vera hanyalah seorang tenaga kerja asing (TKA) pemetik teh di Lembang yang bekerja untuk pabrik teh di perusahaan Jepang yang ada di Bandung.

Vera sendiri tak benar-benar tahu sebenarnya hubungan atau status orang tuanya.

Apakah dia memang dilahirkan setelah melalui proses pernikahan atau hanya hasil dari gejolak nafsu dua insan yang sedang kasmaran.

Dia tak tahu, bahkan melihat rupa kedua orang tuanya saja dia tak pernah baik dari foto apalagi secara langsung.

Vera kecil tinggal bersama pamannya di Bandung, kusebut saja paman karena dia yang mengasuh Vera sejak kecil meski mereka tak ada hubungan kekeluargaan sama sekali.

Namanya pak Tian, warga keturunan Tionghoa yang sudah lama menduda, Tian (49) bersama ketiga anak laki-lakinya, Sandi (28), Vindra (24), dan Robi (19).

Masa kecilnya Vera lalui dengan keras, sejak kecil pula dia sudah harus bekerja membereskan rumah, menyapu, mencuci piring dll.

Pak Tian pun mendidik ketiga anak-anaknya dengan sangat keras, ia tidak akan mentoleransi anaknya jika tidak disiplin, termasuk Vera.

Hal itulah yang membuat Vera tak berani bertanya perihal kedua orang tuanya, karena dia pernah melakukannya namun berakhir dengan bentakan keras.

Kehidupan sehari-hari mereka pun berjalan formal dan tertutup.

Vera menceritakan padaku, disaat dia masuk ke sekolah menengah, Vera mulai merasakan tatapan aneh oleh orang-orang di sekitarnya, karena fisik dan penampilannya yang kontras sekali dengan anak-anak lainnya, paras Vera yang bule abis itu dipandang aneh oleh mereka.

Dia sama sekali tidak punya darah Indonesia, meskipun memiliki darah Asia dari ibunya, namun rupa dan fisik Vera lebih diwarisi dari sang ayah.

Darah bulenya jugalah yang membuat tubuhnya tumbuh dengan sangat pesat dibandingkan teman seusianya, tubuhnya sudah sangat tinggi dan sintal di usia itu.

Vera mulai sering di Bully oleh teman-teman sebayanya, mereka memanggilnya 'Hulu Koneng' atau si kepala kuning.

Vera menunjukkan beberapa foto jadulnya padaku yang menunjukkan potret sederhana kehidupannya ketika remaja.





Dan dia mengakui bahwa dia terlahir dengan rambut pirang dan itulah warna asli rambutnya.

Namun ketika mulai masuk ke SMA dia rutin mengecat rambutnya menjadi lebih gelap agar tidak ada lagi tatapan mata yang memandang aneh kearahnya.

Aku juga baru tahu hal ini, karena dulu saat upacara pertama masuk SMA, aku memang sempat aneh ada bule nyasar yang sekolah di sekolah yang sama denganku, dan ketika itu rambut Vera memang sudah berwarna coklat.

Tapi ciri-ciri bulenya yang lain seperti kulit putih, tubuh tinggi, hidung mancung dan mata birunya tak bisa dia sembunyikan dan tetap saja dia menjadi pusat perhatian kami.  

Vera bilang dia merasa sensitif dengan pandangan kami tersebut ketika hari pertama sekolah dulu, namun aku secara pribadi tak berpikiran lain, aku hanya terpukau dengan kecantikannya, itu saja.

Yang ternyata ada kisah pilu dibaliknya.





..............................

Di bangku SMP rupanya Vera selalu dihina oleh teman-temannya karena fisiknya tersebut.

Kupikir mempunyai rupa yang sempurna dan cantik akan membuatnya dipuja-puji banyak orang, tapi rupanya tidak selalu.

Vera harus merasakan pedih perlakuan rasis saat dia tumbuh beranjak dewasa hanya karena dia ‘tak sama’.  

Banyak kata-kata menyakitkan hati yang harus dia terima dari teman-temannya, seperti mengata-ngatainya anak pelacur, anak penjajah, dan pirang itu bodoh.

Aku tertegun saat mendengar Vera menceritakannya padaku, memang begitulah yang ada di Stereotype masyarakat barat, menganggap wanita berambut Blonde itu bodoh dan murahan.

Sebenarnya pandangan tersebut menggambarkan realita bahwa wanita pirang dianggap hanya bisa menggunakan kecantikan mereka saja ketimbang kepandaian mereka.

Bagiku mengidentifikasi seseorang dari ciri fisiknya adalah hal yang memalukan, hakimilah seseorang berdasarkan sifat karakternya bukan dari ras mereka.

Miris memang bahwa di era global seperti ini hal-hal yang bersifat primordial masih menjadi permasalahan, pandangan dan toleransi akan perbedaan seolah hanya menjadi bahasa kiasan yang diajarkan di sekolahan.

Jika di negara barat saja yang sudah biasa akan kemajemukan dari transmigran negara lain masih berpaham demikian, apalagi di Indonesia yang pandangan masyarakatnya masih belum modern, isu mengenai perbedaan akan selalu ‘laris’ di perbincangan masyarakat kita.

Sambil tiduran Vera menceritakannya padaku, mengadu akan keluh-kesahnya dengan memelukku erat seolah aku adalah sandaran akhir yang akhirnya bisa ia percayai, dan bagiku itu adalah sebuah kehormatan.

Aku sama sekali tak menyangka jika dibalik keindahan ternyata ada juga gunjingan dan hujatan yang sebenarnya sama sekali tak patut untuk diarahkan padanya.

Lebih jauh Vera melanjutkan jika di sekolah pun dia sering dilecehkan.

Ketika SMP Vera pun memasuki masa pubertas sebagaimana remaja pada umumnya.

Namun karena faktor genetik, tentu pertumbuhannya tak sama dengan teman-teman ceweknya yang lain.

Dimana Vera telah memiliki buah dada yang besar bulat dan menonjol, pinggulnya pun mulai membentuk hingga membuatnya jadi terlihat bak wanita dewasa yang sudah matang saja.

Dan jelas itu membuatnya diledek sebagai pecun yang rupanya sudah lebih dulu disematkan padanya dari semenjak dia SMP.

Teman ceweknya yang iri sering mengatakan bahwa Vera memakai penyanggah agar dadanya terlihat lebih besar, kencang dan semakin tegak.

Rumor tersebut membuat beberapa teman cowoknya yang penasaran akan kebenaran berita itu mulai bersikap kurang ajar pada Vera yang ketika di Bandung dipanggil Rani.

Misal dengan menggesekan siku atau lengan mereka ke payudara Vera saat berdesakan keluar dari pintu kelas, atau sengaja menumpahkan minuman ke dadanya saat menabraknya dengan sengaja di kantin.

Bahkan kata Vera ada beberapa temannya yang memaksa membawa dia ke sudut-sudut sepi sekolah dan mereka memegang-megang tubuhnya. 

Vera yang polos memilih diam saja dengan sikap mereka meski perlakuan mereka makin hari makin keterlaluan.

Sungguh tak mudah di usia Vera saat itu untuk terus bersikap sabar menghadapi pelecehan baik secara langsung atau secara Verbal dari teman-temannya yang menyakitkan hati, belum lagi di rumah dia sering dimarahi dan dipukuli oleh ayah asuhnya yang keras.

Yang bisa dilakukannya hanya bersabar, dia terus mencoba selalu tersenyum karena dia bilang mengeluh pun takkan mengubah apapun.

Sampai disitu dia bercerita, aku jadi mengerti mungkin dari sinilah sifat Vera yang ramah dan selalu tersenyum kepada siapapun tanpa membeda-bedakan orang itu, walaupun tentu aku masih tak menyangka kalau Vera dulu merupakan korban dari Bully, rasis dan juga kekerasan.

Sampai suatu saat, sikap pamannya mulai berubah.

Entah karena terlalu lama sendiri dan juga Vera merupakan satu-satunya wanita di rumahnya apalagi melihat sifat Vera yang nurut-nurut saja, pamannya pun gelap mata dan melakukan hal yang keji terhadapnya.

Di suatu malam, pamannya yang baru pulang dari kantor memanggil Vera ke kamarnya, sebuah hal yang tak biasa.

Ketika Vera masuk ke kamar, pamannya sudah berbaring di ranjang hanya menggunakan cawat saja dan membuat Vera kaget.

" Sini ran, naik sini.. " Vera menceritakannya padaku dengan detil.

Pamannya kemudian mengeluh lelah bekerja di kantor dan meminta Vera untuk memijitinya.

Vera pun memberanikan diri naik ke ranjang, lalu mulai memijat punggung pamannya dengan lembut, mulai dari bagian tengkuk lalu berpindah ke punggung bawah berulang-ulang.

" Sekarang dada sayang… " kata pamannya setelah 10 menit di posisi tadi dan mengubah posisi menjadi duduk.

Tak biasanya pamannya yang ia panggil papa itu bersikap lembut padanya.

Vera lalu berpindah ke depan dan berposisi berhadap-hadapan dengan orang yang mengasuhnya itu.

Dan Vera bilang pamannya terus menatap wajahnya dengan pandangan yang sangat serius, hingga membuat jadi tergagap dan tertunduk malu, namun dia terus memijatnya.

" Jari kamu lembut banget nak.. " pamannya menikmati setiap pijatan halus tangan Vera.

" Rani, kamu mau kan ngelayanin saya?.. " ujarnya tak lama kemudian yang seketika menyengat Vera.

" Ngg…. Ngelayanin ap.. apa pa maksudnya?.. " tanya balik Vera tergugup.

Lalu pamannya mulai mengelus punggung Vera dan memeluk gadis itu.

Vera mengaku sangat kaget dan dia berusaha menjauh.

" Jangan pa… " tolak Vera halus.

" Udah gpp, kamu kocok-kocok saja.… " dia mulai meremasi toket montok Vera dari balik daster tidurnya.

" Ja.. Jangan pa… Jangan… " Vera terus menolak.

Tapi Vera mengaku tak bisa beranjak karena dia tahu pamannya orang yang keras dan tak bisa dibantah.

Dia sama sekali tak tahu harus melakukan apa sambil sesekali berusaha menyingkirkan dengan halus tangan pamannya yang terus menggerayangi tubuhnya.

Dengan lebih berani pamannya mencium bibir Vera, Vera sedikit berontak namun karena dekapan kuat dari lelaki itu Vera tak benar-benar bisa melakukan sesuatu.

" Ayo nak.. Saya udah lama gak dilayani wanita lagi.. " ujarnya.

Vera kalut, dia mengaku saat itu ada dalam posisi serba salah, ingin dia menolaknya namun dia terlalu takut.

Bahkan saat tangan pamannya sudah masuk kedalam baju tidur Vera dan mulai meremas-remas toket montoknya, dia tetap diam tak berkutik.

" Dada kamu kenceng banget nak, sekarang buka baju kamu sayang… " ujarnya sambil mendorong Vera dan menunggu anak gadisnya itu segera melakukannya.

Vera masih terdiam, dia tertunduk dan sama sekali tak tahu harus melakukan apa dihadapan orang yang sudah dia anggap seperti ayahnya sendiri.

Setelah melihat Vera yang tak melakukan apa-apa dan masih tertunduk dalam diamnya, lelaki paruh baya itu langsung menerkamnya.

Dia membuka sendiri daster tidur yang Vera kenakan, melolosinya hingga membuat Vera hanya menggunakan BH dan celana dalam saja.

Vera menahan jeritannya saat payudara sekal yang membulat ranum di balik BH tersebut diremasnya kasar, sambil mencium bibir dan menjamah setiap lekuk di tubuh seksi belianya.

Aku tak bisa membayangkan betapa bejatnya kelakuan ayah asuhnya itu pada Vera.

" Bagus anak pintar, sifatmu benar-benar mirip ibumu… " ujarnya mulai terbawa nafsu melihat Vera yang berontak tanggung.

Lalu dia lepaskan pula dua penutup terakhir di tubuh Vera, menjadikan tubuh putih itu jadi polos tanpa sehelai benang pun dihadapannya.

Ditatapnya takjub tubuh telanjang Vera, dengan dua payudara besarnya yang masih dalam tahap berkembang.

Vera menggeleng-geleng dengan wajah tertunduk dan secara respon dia menutup dadanya dengan tangan.

Meski telah sering dilecehkan oleh teman-temannya tapi itu adalah yang pertama kalinya dia telanjang di hadapan laki-laki, perasaannya takut bercampur kebingungan.

Dikatakannya padaku, saat itu tubuhnya tak mau bergerak dan dia hanya bisa menggeliat merasakan tangan ayah asuhnya menikmati setiap jengkal kulit mulusnya.

Apalagi ketika dengan cueknya dia mencucup memek perawan Vera yang sedang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Yang Vera rasakan tubuhnya seperti tersentrum listrik dan dia bergetar merinding.

" Hmmm.. Memek kamu wangi nak.. " ujar pamannya yang Vera tirukan kata-katanya.

Setelah puas berkenalan dengan bagian intim Vera, pamannya menyuruh dia untuk segera mengoral kemaluannya, dan dia segera mengambil posisi telentang di atas ranjang.

" Sekarang buka kolor saya ran… "

Vera tak langsung melakukannya, namun karena tatapan mata pamannya yang mulai tajam membuatnya perlahan-lahan mau tak mau mulai melepas kolor pamannya dalam ketakutan.

Dan terpampanglah penis yang sudah ereksi maksimal tepat di hadapannya.

Perasaan Vera tak menentu, itu adalah pertama kalinya dia melihat secara langsung kemaluan pria.

Pamannya menyuruh Vera untuk tak hanya melihati kontolnya saja, dia memerintahkan Vera untuk segera meraih dan mengocok kontol itu.

Secara insting Vera segera membelai lembut kontol pamannya tersebut, sambil mengocok-ngocokinya dengan sangat pelan.

Pamannya menyuruh Vera untuk menatap wajahnya ketika dia melakukannya, Vera dengan gugup mencoba menatap wajah pamannya seperti yang dia minta.

Lelaki itu pun langsung meleguh menikmati kocokan Vera sambil menggelinjang merasakan halus tangan sang gadis muda.

" Oh… Rani, nikmat nak kocokanmu… "

" Iya, pelan-pelan aja…. Gak perlu tergesa-gesa.. Ughh!! " erangnya meracau tidak jelas.

Sambil membiarkan Vera mengocok kontolnya, dia menjangkau tetek Vera dan meremas-remasnya.

" Ahhh.. Dadamu sayang..  " komentarnya lagi.

Vera hanya terdiam sambil terus menatap wajah pamannya yang terus meracau.

Vera mengaku saat itu dia seperti merasakan sesuatu yang aneh, entah apa dia hanya merasa aneh saja.

Leguhan nikmat terus keluar dari mulut ayah asuhnya, terlebih ketika dia juga menyuruh Vera meremas-remas kantung zakarnya.

Kurang lebih 5 menit Vera mengocoki kontol itu, dan pamannya segera menginstruksikan Vera untuk mengoralnya.

" Sekarang hisap sayang, kulum kontol ini pake mulutmu nak… " celetuknya enteng sambil menarik rambut pirang Vera mengarahkan mulut si gadis ke kemaluannya.

Vera takut dan tidak kuasa melawan, maka dia ikuti lagi perintah pamannya dan dengan gugup memasukkan kontol kecil yang sudah mengeras itu kedalam mulutnya yang seketika membuat pamannya meleguh keras.

" AHHH NAK.. ENAKNYA!!.. " desahnya persis ketika Vera mulai menghisap kontol itu dalam-dalam.

Inilah puncak perasaan aneh yang Vera rasakan, mendengar ungkapan kepuasan dan ekspresi nikmat yang ada di wajah lelaki itu membuat sesuatu yang ada di dalam dirinya makin mendorong dia untuk makin lebih lagi melakukannya.

Vera terus-menerus menghisap kemaluan pamannya sambil sesekali meremas zakar dan bahkan dia bilang dia juga mengulum kantung zakar itu begitu saja bahkan tanpa diperintah!

Yang entah dari mana dia pelajari, Vera bersumpah bahwa itu benar-benar yang pertama kali baginya, dia murni mengikuti insting seksualnya saja.

Kontol pamannya semakin keras dan berdenyut-denyut mendapat servis mulut Vera hingga 5 menit berikutnya dia pun mengejang.

" Ugh! Nak, terus kocok teruuussss.. "

Vera makin dalam menghisap ujung kepala kontol pamannya hingga pipinya kempot, dan diringi dengan kocokan di batangnya, sementara tangan kirinya masih meremas-remas bola zakar sambil menikmati wajah pamannya yang meringis.

Tiba-tiba pamannya menarik kontolnya keluar dari mulut Vera.

" AHHH... INI NAAKK!!.. " teriak pamannya mengarahkan kemaluannya tepat di wajah Vera.

Cairan putih kental pun muncrat dari ujung kemaluannya berhamburan ke muka Vera.

Vera yang merasakan semburan hangat di wajahnya hanya bisa terdiam, dia bahkan tak melepaskan pandangannya dari wajah pamannya tersebut.

Saat kutanya apakah karena dia terlalu takut hingga tak mau melupakan perintah pamannya tadi, Vera menggeleng, dia bilang hanya karena dia ingin saja.

Pamannya masih terus berkelojotan melepaskan semua hasrat seksualnya yang selama ini dia salurkan sendiri, setelah puas barulah dengan kontolnya dia ratakan sperma yang ada di wajah Vera agar merata.

" Liat mukamu!! Kamu emang cocok kayak gini nak.. " lecehnya kemudian mengambil cermin lalu membiarkan Vera berkaca dan melihat sendiri wajahnya yang kini penuh dengan air maninya.

" Sekarang kamu bersihin dan telan semua spermanya, ingat jangan ada yang bersisa!!.. " perintah pamannya kembali kasar sambil mencengkram dagu Vera.

Vera merasakan lagi ketakutannya tadi, dia hanya bisa menuruti dan menuruti setiap perkataan pamannya itu karena memang dia tak ada pilihan.

Vera segera meratakan sperma pamannya dengan kedua tangannya, dia seperti membasuh muka mengumpulkan sperma itu ke jari-jarinya.

Pamannya kembali membentaknya agar dia terus menatap wajahnya sembari menelan seluruh air mani yang tertampung di mulutnya, dan lelaki itu juga menyuruh Vera untuk tidak membiarkan ada setetes pun ceceran spermanya yang bersisa, baik yang ada di rambut, bahu, atau yang ada di lantai sekalipun!

Lekas saja Vera menurutinya lalu menyeruput ceceran air mani yang berserakan di lantai.

Juga pamannya kembali meminta Vera mencaplok membersihkan kontolnya dengan mulutnya, Vera membersihkan sisa air mani yang ada di bagian kepala penisnya sambil terus menatap wajah yang berdiri tegak di hadapannya.

Pamannya menatap tak berkedip mata biru Vera, dia amati kembali tubuh putih mulus yang jelas akan tampak tumbuh menjadi seksi di masa mendatang.

Menatap wajah lugu nan polos yang sejak kecil memang selalu patuh dan mau-mau saja disuruh melakukan apa pun itu akhirnya membuat lelaki bernama Tian ini jadi gelap mata juga terhadap anak gadis yang dia besarkan sendiri.

Dia membentak Vera lalu menyuruhnya segera menungging membelakanginya dengan nada keras!

Vera kembali ketakutan, perasaannya campur-aduk, apalagi ketika pamannya mulai menggesekkan kontolnya di memek tebalnya yang segera membuat Vera sadar bahwa pamannya akan segera memerawaninya!

" Sekarang diem ran!!.. Inget kamu harus tenang, sakitnya cuma awal, abis itu kamu pasti bakal keenakan.. " ujar pamannya tahu jika Vera masih perawan dan dia mulai mengarahkan kontolnya menembus selaput dara Vera.

Vera yang kalut pun menolak, saat itu dia bilang dia langsung meloncat turun dari tempat tidur dan berlari menuju pintu.

Melihat itu pamannya kalap!

Dia mengejar Vera, menangkap dan menjambak rambut Vera lalu menampar wajahnya keras.

Vera terbanting ke lantai menggeleng-geleng dan menangis tersedu-sedu, dia mengaku ketakutan sekali pada saat itu.

Emosi pamannya makin memuncak, dia bahkan menendang-nendang brutal Vera yang sudah tersungkur di pojokan pintu kamar, dan pamannya mengancam akan membunuhnya sambil terus memukuli Vera.

Vera benar-benar menangis terampun-ampun, dan dia segera diseret kembali naik keranjang.

" BODOH KAMU!!.. "

" KAMU ITU SAMA PELACURNYA KAYAK IBUMU!!..  "

" UDAH UNTUNG KAMU SAYA RAWAT DARI KECIL.. DASAR JALANG GAK TAU TERIMA KASIH!!. " maki pamannya yang Vera tirukan dengan suara bergetar.

Aku terdiam, emosinya bergejolak.

Kuberikan dia waktu untuk mengumpulkan kekuatan melanjutkan ceritanya karena aku tahu tak mudah menceritakannya.

Wajah Vera dipukuli terus, perlakuan kasarnya sampai membuat bibir Vera pecah, dari pelipis dan hidung Vera pun mengucurkan darah.

Di malam yang keji itu, dengan isak dan air mata Vera diperawani oleh orang yang mengasuhnya sendiri.

Darah perawannya menetes di atas sprei itu bersama darah di bagian wajah akibat kekerasan yang dia alami.

Vera harus tidak masuk sekolah selama seminggu, wajahnya lebam dan bengkak-bengkak karena perlakuan bengis pamannya.

Mendengar cerita Vera itu membuatku jadi naik pitam sekali dengan pamannya, karena semenjak malam itu juga pamannya terus menyetubuhinya.

Vera mengaku tak bisa berbuat apa-apa selain melayaninya dengan isak tangis.

Pulang dari sekolah dia harus membereskan rumah, jika pekerjaan rumahnya tidak selesai dia akan dipukuli lagi oleh pamannya.

Belum lagi Vera juga harus membagi waktu antara belajar dan mengerjakan PR.

Selepas maghrib ketika pamannya pulang kerja, Vera harus siap melayani nafsu pamannya, yang selalu diawali dari memijitinya dengan pakaian yang sudah ia siapkan.

Vera mengatakan padaku, pamannya punya kelainan, dia gemar memakaikannya pakaian yang aneh-aneh, seperti menyuruh Vera mengenakan pakaian suster kemudian menyuruh melakukan oral seks padanya.

Kadang dia paksa Vera memakai pakaian polwan, biarawati, baju renang dan bahkan menyetubuhi Vera yang memakai jilbab.

Vera selalu melakukannya dengan mengulum penis pamannya terlebih dahulu menggunakan pakaian aneh-aneh tersebut sebelum akhirnya dia dicabuli terus berulang-ulang.

Begitulah agenda rutin Vera setiap hari, sebelum pamannya pulang Vera sudah harus duluan berada di kamar pamannya dengan hanya mengenakan dalaman saja.

Sehingga ketika pamannya pulang dia akan langsung ereksi begitu melihat Vera tengah terduduk dengan BH dan celana dalam saja di atas ranjang seolah telah siap untuk disetubuhi.

Pokoknya ketika pulang pamannya pasti akan selalu membawakan pakaian-pakaian aneh untuk Vera kenakan.

Vera mengaku juga bahwa ayah asuhnya selalu memperlakukannya dengan kasar dalam menyetubuhinya.

Laki-laki yang biasa dipanggil koko Yan oleh warga sekitar itu selalu memukuli Vera ketika mengentotinya.

Kemudian dia juga selalu berejakulasi di wajah cantik Vera, dimana dia memerintahkan Vera agar selalu menatapnya di saat dia akan berejakulasi.

Aku mulai paham sekarang, pantaslah Vera selalu menyuruhku untuk mengkasarinya ketika bercinta, dan juga Fetish anehnya yang gemar menghisapi kemaluan laki-laki dan menyuruhnya berejakulasi di wajahnya yang diikuti dengan tatapan matanya yang sangat menggoda itu.

Mungkin akibat inilah secara tak sadar Vera jadi mendapatkan kebiasaan tersebut.

Rangkaian derita Vera tak hanya sampai disitu, dua tahun perlakuan pamannya terhadap Vera membuat anak-anaknya mengetahuinya.

Namun ketiga anaknya tersebut terlalu takut dengan watak ayahnya yang keras dan hanya bisa diam saja tanpa berani berkomentar.

Hingga di suatu siang mereka juga nekat memperkosa Vera.





..............................

Siang itu Vera pulang sekolah lebih cepat dari biasanya karena ada Classmeeting, atau rapat kenaikan ke kelas 3.

Begitu tiba di rumah, dia agak kaget melihat ada Sandi anak pertama dan Vindra sedang menonton TV, karena rumah biasanya kosong di jam tersebut.

Vera pun menyapa mereka dengan sopan, lalu langsung membereskan rumah seperti biasa karena koko Yan sedang dinas di luar kota.

Padaku Vera mengatakan tak begitu ingat bagaimana awalnya, yang jelas di saat dia sedang menyapu tiba-tiba saja mereka membekap dan memeluk Vera dari belakang.

Vera kaget dan meronta, namun apalah artinya rontaan gadis itu bagi dua orang pemuda dewasa seperti mereka.

Vera mereka seret kedalam kamar, dan di dalam kamar gadis seksi berambut pirang itu pun mereka perkosa.

Sama seperti ayahnya, Sandi dan Vindra mengancam Vera untuk tidak memberitahukannya kepada siapapun termasuk ayahnya, belum lagi malamnya Robi anak bungsu pamannya ikut bergabung memperkosa Vera bersama kedua kakaknya itu.

Vera menangis tersedu-sedu diperkosa langsung oleh 3 pemuda yang sudah dia anggap kakaknya sendiri.

Tak bisa kupungkiri jika dia benar-benar mendapat pukulan telak dalam hidupnya, satu keluarga telah melecehkannya!

Sejak saat itu, Vera mau tidak mau harus melayani nafsu mereka bergantian, di usianya yang seharusnya dia gunakan untuk bermain dan belajar justru dia habiskan untuk terbiasa hidup bagaikan pembantu dan pemuas nafsu oleh ayah asuh dan anak-anaknya.

Dimana hal tersebut terus terjadi selama setahun terakhir ketika dia tinggal disana.

3 tahun di masa-sama SMP benar-benar menjadi momen pahit dalam hidupnya, karena itulah begitu lulus, Vera memutuskan lari dari rumah!

Vera tahu jika dia meminta izin, dia malah akan dipukuli dan dianiaya lagi oleh ayah asuhnya itu.

Vera membawa pakaian seadanya dan ijazah sekolahnya saja untuk menjadi modalnya merantau ke Jakarta.

Di titik inilah hatiku terenyu melihat pengorbanannya yang selama ini tersembunyi di balik senyum manisnya dan sifatnya yang ganjen itu.

Kuelus rambutnya menenangkannya yang tampak terbawa emosi saat menceritakannya.

Vera kembali menghela nafasnya sejenak, ia menghimpun lagi tenaganya untuk melanjutkan ceritanya padaku, yang ketahuilah sama sekali tak mudah untuk dilalui apalagi oleh anak seusia itu.

Aku pun tak tega untuk mendengarkan deritanya lebih jauh dan kukatakan padanya jika terlalu berat maka dia tak perlu menceritakannya padaku.

Namun Vera hanya tersenyum dan melanjutkan ceritanya karena dia percaya padaku.





JAKARTA

Tiba di Jakarta, Vera tak tahu akan kemana, dia bingung begitu tiba di ibukota.

Vera bahkan mengatakan jika dia sampai harus tidur di halte bus selama beberapa hari karena tak punya tujuan.

Uang yang dia punya dari menabung uang jajannya selama berbulan-bulan pun tampaknya tak cukup.

Yang sudah susah payah ia kumpulkan demi keinginannya pergi dari rumah itu, bahkan dia rela pulang sekolah dengan berjalan kaki dan tak naik angkot agar ada sisa untuk dia tabung.

Vera bilang dia hanya diberi jajan Rp.4000 per hari oleh ayah asuhnya.

Namun tekatnya sudah bulat untuk meninggalkan keluarga itu, dan tak sudi kembali ke Bandung.

Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang wanita yang melihatnya terduduk lemas di bangku taman.

Vera mengatakan jika wanita tersebut adalah penyelamat dan memberikan perubahan dalam hidupnya setelah itu.

Dia tersenyum sambil menceritakannya padaku yang menunjukkan orang yang menolongnya memang benar-benar baik.

Wanita tadi mengajak Vera yang sudah pucat ke rumahnya, di rumahnya Vera dia suruh mandi dan makan.

Dari percakapan di meja makan itulah si ibu akhirnya mendengar semua cerita Vera.

Pada awalnya ibu tersebut mengira kalau Vera adalah anak turis yang kehilangan orang tuanya selama berhari-hari.

Akhirnya dia menyuruh Vera tinggal bersamanya dan menjanjikan akan memasukkan Vera kesekolah elit karena dia punya kenalan anggota komite di sebuah SMA.

Sekolah yang sama dimana akan menjadi tempat pertemuan dan menjadi awal dari kisahku bersama Verani Julie.

Karena Vera lulus dengan nilai yang sangat memuaskan maka tak sulit baginya untuk masuk ke sekolah yang sama denganku yang memang terkenal sebagai sekolah elit.

Selama 3 bulan Vera tetap tinggal bersama ibu tersebut, dan ketika dia mendapatkan pekerjaan Part Time, akhirnya Vera memutuskan untuk tidak merepotkan wanita baik hati itu lagi.

Vera pun pamit dan berterima kasih sekali dengan penyelamatnya, yang awalnya ibu itu agak keberatan dan terus membujuk Vera agar tetap bersamanya saja, karena selama 3 bulan tersebut dia menganggap Vera sudah seperti anaknya sendiri.

Namun karena Vera benar-benar mantap ingin mandiri, akhirnya dengan berat hati ibu itu pun merelakan Vera pergi.





..............................

Singkat cerita kehidupan baru Vera dimulai.

Dia ngekost dan bekerja paruh waktu sebagai Waitress di kafe malam, karena fisiknya yang sangat cantik dan keramahannya dia pun jadi mudah dikenali orang.

Vera sering dicolek-colek dan dirayu oleh pengunjung, bahkan sambil mengantarkan makanan dia kerap diajak duduk dulu di meja pengunjung dan dirangkul mengobrol oleh mereka.

Vera tersenyum dan meladeni saja obrolan mereka sebentar sebelum kembali bekerja lagi.

Hingga dalam waktu singkat Vera pun menjadi daya tarik sendiri di kafe itu.

Banyak orang yang suka dengan keramahannya memberikan dia tips, dan dikatakannya jika tips yang dia dapat jauh lebih banyak ketimbang nominal gajinya.

Manajernya di kafe tersebut memuji Vera karena berkat dirinya kafe itu jadi ramai.

Manajernya juga meminta Vera untuk berdandan dan dia secara khusus menyiapkan Vera pakaian yang seksi guna makin menarik perhatian mereka, terlebih dia juga menyuruh Vera untuk turut melayani mereka minum.

Vera pun menyanggupinya meskipun beberapa kali Vera mendapat perlakuan mesum dari pengunjung karena pakaian yang disiapkan manajernya terlampau seksi.

Dia sering dirangkul, dipeluk, diraba paha mulusnya, dicium pipi dan bahkan mencekoki Vera minuman.

Namun meski begitu Vera tetap dengan ramah meladeni mereka karena dia tahu dia butuh pekerjaannya untuk membiayai dia sekolah.

Begitulah kehidupan Vera ketika itu, mendengar ceritanya aku langsung malu.

Dia bekerja dari jam 9 malam hingga dini hari, kemudian dia juga harus bersekolah dan pulang sore, lalu lanjut bekerja lagi.

Sementara aku yang cuma tinggal sekolah dari pagi dan les hingga sore saja selalu mengeluh, ditambah hidupku sudah enak dan tak pernah berkekurangan.

Beberapa pengunjung mulai sering mengajaknya kencan atau sering menawari Vera Job.

Banyak sekali godaan dan iming-imingan yang menawari agar dia meninggalkan kafenya yang sekarang hanya untuk kemudian bekerja di tempat yang mereka tawarkan.

Seperti menawarinya menjadi asisten pribadi, bekerja sebagai pemandu lagu di sebuah karaoke, ada juga tawaran menjadi SPG, sales kartu perdana, sampai-sampai ada yang menawari Vera untuk menjadi Waitress di sebuah Resort di Filipina sana.  

Namun Vera hanya merespon tawaran-tawaran itu dengan senyuman, semuanya Vera tolak dengan halus.

Tapi ada satu tawaran yang membuat cewek cantikku ini tertarik.

Dia ditawari pekerjaan sampingan untuk menjadi model.

Vera pun tertarik karena tidak mengganggu waktu sekolah dan kerjanya di kafe.

Vera segera ambil bagian menjadi seorang model di bawah payung studio kenamaan, foto-foto Vera mulai wara-wiri di salah satu Website Fashion ternama.

Kuakui Vera memang cocok sekali menjadi model, dia punya Sex Appeal yang sangat kental dalam dirinya.

Wajahnya yang Innocent itu benar-benar punya daya tarik yang berbeda, hingga ketika menatapnya saja orang akan langsung terbius akan pesonanya.

Berita ini menyebar dengan cepat di sekolahanku, aku sendiri dulu langsung mengecek Website nya dan hanya bisa meneguk ludah melihat potret cantik gadis yang dulu diam-diam kuimpikan itu.

Meskipun label studio Vera bukanlah konten foto dewasa, namun itu justru menunjukkan sisi yang berbeda dari dirinya.

Yang jika selama ini orang lihat darinya hanyalah keseksiannya saja, maka ketika kulihat dia berpose layaknya model profesional dia justru terlihat anggun dan dewasa sekali. 





Vera benar-benar bagaikan berlian yang masih kasar!

Dan aku yakin jika karirnya di dunia modeling tampaknya benar-benar akan berkilau, bahkan namanya mulai dibicarakan dimana-mana dalam waktu singkat.

Karena pamornya, di sekolahanku Vera langsung dijuluki ‘The Most Wanted Girl’.

Aku menganggap Vera pada saat itu hanyalah impian belaka, dia sudah tak nyata, mendapatkannya hanyalah angan-angan karena sainganku sekarang hampir semua orang.

Levelnya sudah begitu jauh dariku, meskipun beberapa kali berpapasan di sekolah Vera terus tersenyum padaku, namun aku tak terlalu memikirkannya dan hanya membiarkan Vera menjadi bahan coliku saja.

Karena ingin fokus di dunia modelingnya, Vera pun memutuskan Resign di kafe dia bekerja, dan wajah Vera mulai makin banyak tampil di tabloid-tabloid Fashion.

Menjadi seorang model tampaknya memanglah garis tangan Vera, bahkan agen modelingnya saat itu menjanjikan kontrak ke panggung dunia hiburan kepada Vera setelah dia tamat sekolah nanti.

Hari-harinya berjalan dengan cepat, tak diragukan itu merupakan momen terindahnya, dan Vera sangat menikmatinya.

Hingga hubungannya dengan laki-laki yang mengajaknya berkenalan di kafe tempat dia bekerja dulu menjadi intens, seorang petinggi di salah satu Bank swasta.

Dan dari perkenalannya, lelaki itu pun berhasil membuat Vera jatuh hati padanya, meskipun secara usia mereka terpaut sangat jauh.

Vera mengatakan padaku, pria yang bernama Leo itu benar-benar peduli padanya, dia sering diantari makanan, dibelikan hadiah-hadiah dan bahkan Vera sudah diantar-jemput oleh Leo.

Vera termakan bujuk rayu Leo dan akhirnya mereka pun melakukan hubungan seks di kamar kostan Vera, padahal saat itu Vera mengaku belum berpacaran dan baru 9 hari berkenalan dengan si Leo.

Di titik ini aku mendengar ada nada penyesalan dari Vera ketika menceritakannya padaku.

Bagiku pribadi, Vera memang gampang sekali di Speak, bukan hanya di masa lalu, namun sekarang pun masih.

Dikarenakan bawaannya yang lugu dan juga sifatnya yang tak pernah berpikir negatif kepada siapa saja yang mendekatinya.

Dua sifatnya inilah yang paling aku takutkan justru menjadi petaka untuk dirinya sendiri nanti.





LEO

Semenjak kejadian itu, Vera pun jadi sangat sering bersetubuh dengan Leo.

Di setiap waktu mereka sering mencuri-curi kesempatan hanya untuk ngeseks, dan bahkan tak lama Vera sudah tinggal bersama di apartemen Leo.

Leo sendiri sangat kecanduan dengan kecantikan Vera, mukanya yang menggoda serta tubuhnya yang sangat seksi dengan proporsi dada yang montok dan kulit putih mulus memang benar-benar pas untuk dijadikan pemuas nafsu.

Leo yang benar-benar tak ingin Vera lepas dari genggaman tangannya, mulai memproteksi gadis itu.

Dia menyuruh Vera keluar dari manajemen modelingnya, mereka cekcok hingga akhirnya Vera pun mengalah dan menuruti kemauan Leo.

Disinilah titik nadir Vera, aku tak tahu harus berkomentar apa, kesuksesan sebenarnya yang harusnya ia raih dalam beberapa tahun lagi justru dia lepaskan karena lebih memilih pria tersebut.

Vera mengatakan pada saat itu dia percaya kata-kata Leo.

Vera diantar jemput kemana pun dirinya pergi oleh Leo, lelaki itu tampaknya benar-benar Over-Protective pada Vera, gosip Vera bermain dengan om-om pun mulai menyebar.

Setiap kali aku cek Website Vera biasa berpose, tak ada lagi foto dia yang biasa terpampang di halaman utamanya, namanya pun hilang dari daftar model.

Aku sungguh penasaran karena setiap harinya aku selalu memandangi foto-fotonya, dan untuk mengetahui kebenaran gosip itu aku pun diam-diam mencari tahu sendiri.

Dan apa yang kutemukan adalah saat pulang sekolah aku melihat dia di jemput naik mobil oleh om-om berkaca mata hitam.

Vera menganguk dalam pelukanku, dialah Leo.

Emosi Vera bercampur aduk saat menceritakannya padaku, dari sudut matanya bulir-bulir kaca mulai menetes kembali, gadis luguku ini tak kuasa menahan tangisnya.

Aku sampai mengambilkannya tisu dan segelas air putih, lalu menenangkannya.

Kupeluk dirinya yang terisak itu, tangisannya meledak dalam pelukanku, tangisan yang selama ini hanya dia pendam sendirian, tangisan yang ia tutupi dengan keramahan hati dan senyum mempesonanya.

Orang bilang pelukan adalah cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaan, dan tampaknya hal tersebut benar adanya.

Aku benar-benar merasakan kepedihan Vera di dalam pelukannya yang sangat erat itu.

Dalam hatiku mengutuk bedebah macam apa yang tega menyakiti hati polos dan lembut gadis ini.

Hingga akhirnya hubungan mereka berakhir dengan cara yang teramat sakit, ketika seorang wanita mendatangi mereka ke apartemen nya.

Ketika kejadian Vera sendiri yang membuka pintu.

Vera saat itu mengaku kaget, karena si wanita langsung menyerang dan mengatai-ngatai Vera dengan nada tinggi, bahkan mereka beradu fisik di lorong apartemen dan menciptakan kegaduhan hebat.

Vera hanya bisa Defensif, karena dia bingung tiba-tiba ada wanita menggeruduk dirinya.

Wanita itu menjambak rambut dan mencakar Vera sambil mengata-ngatai Vera pelacur.

Vera bilang padaku jika wanita tersebut mengaku istri Leo, ia bahkan tidak tahu jika Leo ternyata sudah beristri!

Mendengar kegaduhan diluar, Leo yang sedang berada di kamar mandi segera keluar untuk mengetahui ada apa, sementara di lorong kamar sudah banyak orang yang menonton perseteruan mereka, setidaknya butuh 4 orang untuk memisahkan wanita yang terus menyerang Vera dengan sangat agresif.

Melihat ada istrinya, Leo pun terkaget!

Istrinya segera menampar Leo, perseteruan mereka pecah menjadi tiga arah.

Vera mengatakan saat itu Leo justru membela dirinya sendiri, dengan berkilah bahwa selama ini dia dirayu dan bahkan mengaku diguna-gunai Vera.

Di depan istrinya dan orang ramai, Leo berkata bahwa dia sudah mengatakan pada Vera bahwa dirinya telah menikah, namun Vera terus merayunya.

Leo mengaku khilaf namun dia terus mengkambing hitamkan Vera atas apa yang terjadi.

Yang justru sebenarnya Veralah yang selama ini yang dia tipu.

Mendengar penjelasan Leo, semua orang langsung balik menatap nanar kearah Vera, aksi Play Victim Leo sukses memutar balikkan fakta.

Akting Leo sempurna, dia mengubah peran korban menjadi pelaku, dan menjelek-jelekkan Vera demi menutupi rasa malunya.

Hati Vera sangat hancur!

Vera telah memberikan jiwa dan raganya pada Leo tanpa kecurigaan sedikit pun, namun Leo justru menodai kepercayaan tersebut.

Di depan istrinya Leo malah balik memaki-maki Vera dan mengusirnya.

" Pergi kamu pelacur! Sekarang aku gak mau lihat kamu lagi, dan jangan pernah ganggu hidup aku lagi!.. "

" Aku sudah bilang kalo aku sudah beristri namun kamu masih saja merayuku, kembalikan ATM milikku dan angkat kaki dari sini lonte!.. " ujar Vera menirukan ucapan Leo pada saat itu.

Vera langsung menangis, dia mengaku tak pernah sekalipun memegang uang ataupun ATM milik Leo, Leo sendiri yang membiayainya padahal Vera sudah berusaha menolaknya.

Leo benar-benar membuang Vera dan memfitnahnya begitu saja, menciptakan keadaan seakan-akan Vera memorotinya demi uang.

Vera tak bisa berkata apa-apa lagi pada saat itu, penghuni lain yang menyaksikan pelabrakan tersebut sudah terlanjur mencapnya sebagai perusak rumah tangga orang, dan Vera dianggap pelacur apalagi jika melihat bentuk tubuh dan pakaian tidur seksi yang sedang dikenakannya ketika kejadian.

Vera pun membereskan pakaiannya dari kamar Leo, dua orang Security sudah datang mengamankan kegaduhan hebat ini, Vera yang dituntun turun oleh Security itu sempat diserang lagi oleh istri Leo sebelum akhirnya ditahan orang.

Dengan derai air mata Vera terus berjalan diiringi hinaan penghuni lain, istri Leo akan menyelesaikan urusan dengan Leo nanti, karena dia tampaknya masih ingin meluapkan amarahnya terlebih dahulu pada Vera saat itu.

Vera menghubungi Rasti dan langsung ketika itu juga dijemput oleh Rasti, di mobil dia pun menangis dipelukan sahabatnya tersebut.

Dia tak menyangka semuanya akan berakhir seperti itu, Leo telah menghancurkan arti kepercayaan dari gadis yang lugu ini.

Setelahnya Vera menjadi depresi, dan dia mulai jadi gadis yang liar.

Vera melampiaskan kekecewaannya dengan cara yang salah, dunia malam semakin akrab dengan dirinya dan dia sering pergi dugem serta mabuk-mabukan, pergaulannya pun bablas.

Vera mulai kenal obat-obatan terlarang, dia memilih ineks, Happy Five dan ganja sebagai alternatif untuk melupakan stres beserta depresi yang dia alami.

Dia sering keluar malam dan dibawa laki-laki ke tempat dugem, semenjak itulah Vera mulai dikenal sebagai pecun dan dianggap tak lebih dari sekedar cewek gampangan.

Vera akhirnya mengaku padaku mungkin ada puluhan lebih pria yang pernah bersetubuh dengannya sejak saat dia masuk ke dunia Free Sex.

Dia bahkan lupa dengan siapa pertama kali melakukan anal seks saking seringnya dia bergonta-ganti teman tidurnya.

Di periode Dark tersebut, Vera tak betah berlama-lama berhubungan dengan satu lelaki, dia mengaku tak pernah cocok dan bosan karena tak bisa menemukan yang benar-benar bisa memuaskannya.

Rata-rata Vera memutuskan hubungan setelah berhubungan badan dengan mereka.

Prioritas Vera memang seks, Vera sengaja memilih laki-laki dewasa atau minimal kuliah, selain karena jauh dari lingkungan sekolahnya, dia merasa laki-laki dewasa lebih matang secara seksual dengan harapan tentu bisa memuaskan libidonya yang tak berujung itu.

Bagi Vera dia menemukan sesuatu yang lain dari seks, lebih dari sekedar syahwat, lebih dari sekedar pengalihan depresinya.

Dia menyadari jika seks adalah satu-satu hal tersisa di dunia ini yang bisa membuatnya senang.

Dari kehidupan liarnya itulah Vera mengaku jika seks sudah menjadi sebuah kebutuhan baginya.

Hingga dia sendiri pun sudah tidak bisa lagi membendung nafsu seksualnya dan menjadikannya sebagai candu yang menaikkan Mood atau suasana hatinya.

Hal inilah yang menyebabkan kepalanya akan pusing dan dia akan gelisah jika tak segera menyalurkan libidonya tersebut.

Vera sudah tidak canggung dalam berhubungan intim dengan orang, dan dalam kondisi normal Vera biasanya akan bermasturbasi dengan dildo atau vibrator.

Jika sedang sendiri, dia mengaku dalam sehari sedikitnya 5x dia akan bermasturbasi sambil menonton film porno!

Ya, Vera sudah Addict berat dengan seks.

Aku tak berkomentar saat mendengar itu, tak terlalu terkejut karena sejujurnya semuanya sesuai apa yang kuduga selama ini.

Vera membuka semua hitamnya padaku, yang terus kudengarkan.

Tak ada sekat lagi yang membatasi aku dan dia, dan tak ada sedikit pun yang dia sembunyikan dariku.

Pun ketika aku singgung ketika kulihat dia tengah di grepe-grepe oleh kakak kelasku di belakang kantin sekolahku dulu.

Aku penasaran karena Vera bilang dia selalu menghindari berhubungan seks dengan anak-anak di lingkungan sekolah kami.

Vera mengambil ponselnya dan dia kembali tiduran di dadaku, lalu dia menunjukkan sebuah video yang membuatku kaget.

Dimana di video tersebut terlihat dia tengah dientoti dua orang itu di dalam sebuah kamar kecil.

Vera menarik nafasnya, kemudian menceritakannya.

Dia bilang dia di jebak oleh mereka berdua hingga setiap saat mereka memanggil dia harus mau untuk digerayangi tak peduli sedang di jam kelas atau di jam istirahat.

Aku kaget karena kebetulan mereka berdua ini seniorku di tim futsal sekolah, dan mereka tak terlihat sebagai anak yang bengal dan bahkan ramah sekali.

Saat itu Vera menyuruhku menonton videonya dari awal sambil dia menjelaskan cerita mulanya padaku.





..............................

Di menit awal terlihat Vera tengah mengobrol dengan mereka berdua di dalam sebuah kamar kostan.



Vera bilang saat itu dia memang tengah dekat dengan Nizar kakak kelasku dan mengajaknya ke kostan Asfan.

Saat itu posisinya kami baru masuk sekolah dan masih duduk di kelas 1, yang mana Vera memang sudah di antri banyak kakak-kakak kelasku dari sejak hari pertama kami masuk.

Dan yang mengajak Vera ini adalah anak kelas 3 yang tanpa Vera tahu jika mereka tengah merencanakan sesuatu terhadapnya.

Tak ada yang aneh di awal-awal video selain obrolan Casual mereka sambil minum minuman kaleng dan makan Snack.

Hingga makin cairnya suasana Nizar mulai berani memegang-megang Vera.



Seperti biasa Vera yang supel itu mau-mau saja dipegang-pegang oleh orang dan dia terlihat tertawa-tawa tanpa sama sekali curiga meski aku yakin jika mereka tak lama baru saling kenal.



Makin lama Vera terlihat mengantuk, dia memilih selonjoran sebelum akhirnya dia ketiduran, dan saat kutanyakan dia bilang jika dia tiba-tiba saja mengantuk berat pada saat itu.



Di titik ini aku langsung tahu jika mereka pasti sudah menaruh obat tidur entah di minuman atau di makanannya.

Dan terlihat jelas mereka mengguncang-guncangkan tubuh Vera seolah memastikan jika targetnya sudah terlelap.

Setelah memastikan si idaman sekolah itu telah benar-benar larut dalam tidurnya, mereka pun tertawa dan yang paling pertama mereka lakukan adalah mulai meremas-remas toket Vera yang memang menjadi buah bibir seisi sekolah.



Vera memintaku membesarkan volume Handphone nya agar aku bisa mendengar apa yang mereka katakan.

" Bener boy.. Kenceng banget teteknya.. " celetuk Nizar sambil meremas dada Vera dan semringah kearah Asfan yang memang dipanggil boy di sekolahan.



" Buka bajunya zar.. Biar jelas beneran pake penyanggah gak dia.. " balas Asfan rupanya curiga jika Vera memakai penyanggah dada agar payudaranya terlihat besar.

Nizar mendudukkan tubuh Vera, dia buka pakaian yang tengah Vera kenakan dalam lunglai tubuhnya yang sedang tak sadarkan diri itu.

" Mulus bener nih adek kelas kita.. Putih banget!.. " komentar Nizar sambil meloloskan baju Vera.


" Beneran gak pake penyanggah dia boy! Emang asli toketnya gede.. " tukas Nizar setelah melihat tak ada penyanggah atau Extended seperti yang disangkakan di balik BH Vera.

" Anjay iya bener.. Bulet kenceng banget keknya tuh zar.. " Asfan turut mengomentari.

" Hahaha.. Sinilah lu, kita kerjain bareng.. " ajak Nizar mengajak temannya untuk ikut mendekat naik ke ranjang kecil mereka.



Asfan segera naik ke ranjang dan dia membalik tubuh Vera lalu kembali berdecak kagum melihat tubuh Vera yang benar-benar tergolek tak berdaya.



" Lu dudukin dia boy, topang badannya biar gue buka BH nya.. " Nizar menyuruh temannya kembali mengangkat Vera.



Vera di sandarkan ke tubuh Asfan sementara Nizar menatap toketnya yang masih berbalut BH itu dengan puas.

" Bibit banget nih cewe cuyy.. " kagumnya sebentar melihat putih mulusnya tubuh Vera.

" Asli zar, salut gue lo bisa nyepikin dia.. "

" Hahaha gak susah bro, asal dipepet terus.. "

Mereka saling lempar komentar sementara Vera sama sekali tak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya, karena pengaruh obat tidur yang menyekap kesadarannya.

" Angkat tangannya boy.. " lanjut Nizar yang sepertinya merupakan si pemilik ide untuk melakukan ini ke Vera.

Asfan melakukannya, dia angkat keatas kedua tangan Vera hingga seketika pandangan Nizar langsung mengarah ke ketiak Vera yang dengan jelas terpampang di hadapannya.



" Bangsat bening banget!!.. " celetuk Nizar begitu menengok ketiak Vera yang sama sekali tak ada nodanya itu.

" Anjir ini mah fix puting ama memeknya pasti pink warnanya!!.. "

" Iyalah bego, dia kan bule.. Lo samain ama lokal ya jelas bedalah.. " balas Asfan.

Nizar mengendus dan menjilati ketiak Vera yang membuatku mulai larut dalam tontonanku di HP Vera.

Sementara gadisku itu terus memelukku dan dia ikut menontonnya meski kuperhatikan dia lebih sering melirikku ketimbang menatap ke layar ponselnya.

Puas menjilati ketiak Vera, Nizar meminta Asfan membuka pengait BH yang ada di belakang tubuh Vera, kemudian bersama-sama mereka berdua membuka penutup yang menyanggah toket bulat montoknya itu.



Momen seperti ini terus membuat tubuhku bergetar, setiap kali melihat Vera ditelanjangi orang entah kenapa selalu menghadirkan gejolak yang luar biasa dari dalam diriku.

Mereka sama-sama terdiam kemudian berbarengan terpukau setelah menyaksikan toket Vera yang belum sebesar sekarang namun sudah membulat sempurna, pun dengan puting yang juga belum seruncing saat ini.

" Liat boy, kenceng banget!!.. " Nizar melotot melihat toket kencang Vera yang akhirnya bisa dia lihat tanpa dihalangi apapun lagi.

" Ini mah putih seputih-putihnya! Beruntung nih kita.. " Asfan tak mau ketinggalan mengomentari, dimana dia mengelus bahu dan lengan Vera turut merasakan halus kulit sang primadona.

Vera melirikku ketika aku melihat mereka membuka BH nya, yang tak kutahu apa maksud lirikannya itu padaku.

Apa dia sekedar ingin melihat ekspresiku saja atau malah dia menungguku mengucapkan sesuatu mengomentari dirinya yang akan segera ditiduri mereka berdua?

Yang jelas aku diam saja dan pura-pura sedingin mungkin meski aku selalu saja aku sange setiap kali melihatnya digerayang-gerayangi orang seperti yang tadi kubilang.



Mereka berdua mulai meremas berbarengan toket Vera yang mereka bagi rata sebelah-sebelah dengan sangat adil.

Payudara yang menjadi perbincangan setiap anak laki-laki yang ada di sekolahku.

Sebuah kabar akan adanya anak kelas 1 yang cantik dengan toket gede telah membuat dua orang kakak kelasku ini gelap mata.

Dimana yang lainnya lebih memilih menikmatinya secara visual dan melakukan pendekatan padanya secara Gentle, namun mereka berdua lebih memilih melakukan aksi nekat seperti itu demi melampiaskan obsesinya pada Vera.

Sungguh itu adalah Intermezzo di tengah-tengah momen-momen mendebarkan yang terjadi saat aku sedang serius-seriusnya mendengar semua cerita Vera.



Melihat Nizar dan Asfan tengah asik menggenggam dada besar Vera tentu mengacaukan konsentrasiku, yang sebelumnya amat larut merasakan perasaan yang Vera rasakan.

Mereka meluruskan kaki jenjang Vera lalu Nizar tampaknya juga akan memelorotkan celana pendek yang Vera kenakan.



Dan dugaanku benar, dibantu Asfan mereka berdua juga meloloskan celana yang Vera kenakan untuk kemudian hanya menyisakan Vera beserta celana dalamnya saja.



" Mereka ancem kamu kan sayang?.. " kataku kemudian menoleh kearahnya yang tengah tiduran di bahuku.

Vera mengangguk lemah dan tak bersuara, dia mempererat pegangannya di pinggangku.

Aku tahu pasti jika mereka sengaja merekamnya yang nantinya akan mereka jadikan senjata untuk mengancam Vera dengan menggunakan video itu.

Melihat apa yang mereka berdua lakukan seakan membuatku berkaca pada kelakuanku dulu padanya, dimana dulu aku pun menggunakan modus rekaman video juga untuk menjebaknya dan kini sungguh membuatku merasa sangat buruk atas apa yang saat itu kulakukan terhadapnya.

Kukecup kening gadis yang dulu juga sangat kuobsesikan ini hingga membuatku sampai menjebaknya dan kulanjutkan tontonanku di ponselnya.

Nizar tengah menjilati paha putih bersih yang barusan dia buka celananya, sementara Asfan yang dipanggil boy masih tetap menopang tubuh Vera.

" Wah gila pahanya, halusnya pake banget-banget dah!!.. "

" Greget pengen gue gigit nih!!.. " celetuknya mengelus halus paha Vera yang secara pribadi memang selalu membuatku terangsang ketika melihatnya sehari-hari dirumah.

Lalu Nizar mulai menarik celana dalam yang Vera kenakan, kain terakhir di tubuhnya.

Dia turuni mengikuti paha dan kaki jenjang Vera sampai akhirnya celana dalam itu pun terpisah jauh dari Vera.



Nizar mengangkangkan Vera, mereka berdua terdiam melihat memek gundul Vera yang rupanya sudah sejak dulu dia cukur dan dia rawat.

Aku pun tak bersuara selain hanya menelan ludah saat melihatnya.

" ANJINGG!! Merah tebel banget boy!!.. " Nizar melongo begitu menatap memek Vera kini tersaji dengan jelas di depan mukanya.

" Walah.. Masih perawan kayaknya tuh zar.. " komentar Asfan juga setelah melihat memek Vera yang terlihat begitu merahnya.

" Yaelah.. Mana mungkin sih dia masih perawan, dari mukanya aja keliatan banget nih cewe pecunnya.. "

" Nih gue tes yak.. " Nizar kemudian mengulum dua jarinya lalu langsung memasukkannya ke memek Vera.

Vera tak bergeming, bahkan tak ada reaksi apapun darinya saat kakak kelas yang juga seniorku di tim futsal sekolah itu mengobok-obok memeknya dengan dua jarinya.



" See? Gak ada darahnya kan? Malah yang ada udah basah nih memek.. "

" Hahahaha!!.. " tawa Nizar memamerkan jarinya yang terlihat basah dengan lendir memek Vera.

Aku geram melihat mereka menghina Vera, namun aku kembali berkaca pada diriku sendiri.

Mungkin perlakuan mereka berdua tak ada apa-apanya jika dibandingkan denganku dulu yang malah membagi-bagikan tubuhnya ke kedua pembantuku.

Bahkan Vera sampai kuikat-ikat dan kutinggalkan sendirian di dalam kolam renang hingga membuatnya menggigil kedinginan di malam itu.

Kembali kutarik nafasku dalam-dalam, aku tak habis pikir setan apa yang membuatku sampai hati melakukannya dulu.

Dan tampaknya aku akan sulit memaafkan diriku sendiri atas kejadian tersebut meski Vera sama sekali tak keberatan atas perlakuanku itu.



Nizar melahap memek Vera sementara Asfan menonton temannya sambil meremas-remas dada padat Vera.

Vera terus diam melihatiku yang mulai fokus dalam tontonanku, yang terkadang tubuhku bergetar merasakan hembus nafasnya di leherku karena saat itu posisi wajah Vera tepat menempel di leherku.

3 menitan Nizar puas melahap memek tebal Vera, dia meminta Asfan kembali mendudukkan Vera lalu dia segera membuka celana dan kolornya hingga membuat kelaminnya mengacung tegak tepat di depan wajah Vera yang masih tak sadarkan diri.

" Gimana caranya ya biar gua disepong ma dia? Dia gak sadar gini.. " tanya Nizar yang telah berdiri di depan Vera bingung.

" Lo buka aja mulutnya terus masukin kontol lo.. Tar gue yang gerak-gerakin kepalanya.. " ide Asfan.

" Cakep tuh, encer juga otak lo boy.. " Nizar segera menarik dagu Vera membuka mulutnya kemudian dia masukkan kontol tegaknya ke mulut si gadis berkulit putih.

" Anjingg!!! Mantep boy!!.. " leguhnya nikmat saat Asfan mulai memaju-mundurkan wajah Vera dengan tangannya.



" Tar gantian pea.. Awas aja lo gak mau gantian.. " Asfan mengingatkan Nizar.

" Beres boy, tenang aja lo.. " balas Nizar mengangkat jempolnya.



" Kamu beneran gak ngerasain apa-apa waktu itu Ver?.. " tanyaku pada Vera yang mengelus-elus dadaku dengan jari halusnya.

Dia lagi-lagi menggeleng.

Aku makin terangsang saja apalagi melihat boy seenaknya mendorong-dorongkan kepala Vera hingga mentok di selangkangan Nizar.



" Ahh enak bener.. Ngeplong gini mulut nih pecun.. " erangnya dengan wajah ngilu.

Mereka pun bergantian, kali Nizar yang menopang tubuh Vera sementara Asfan membuka celananya dan segera mengarahkan kontolnya yang juga sudah tegang ke mulut gadis yang mereka buat tak berdaya itu.



" Uhh gilaa zar.. Anget mulutnya!!.. " komentar pertamanya ketika penisnya masuk ke mulut Vera.

" Mangapin lagi dong, kena giginya bikin ngilu.. "

Nizar segera menarik dagu Vera agar mulutnya makin terbuka lebar sehingga temannya bisa dengan bebas mengeluar-masukkan kemaluannya hingga masuk seutuhnya.



Aku menaruh tangan di perutku, sebisaku tak ingin Vera melihat jika kontolku tegang melihat mulutnya tengah mereka gilir dalam kondisinya yang tidak sadar itu.

Dimana pandangan Vera tetap fokus di layar dan juga melirik-lirik kearahku yang sepertinya dia begitu amat penasarannya untuk melihat seperti apa reaksiku jika melihatnya diperkosa orang.

Asfan tak begitu lama mengentoti mulut Vera, dia ganti kembali menopang Vera dan Nizar terlihat bersiap-siap mengambil ancang-ancang untuk menyetubuhi Vera!



" Huuh.. " Vera menghembuskan nafasnya saat melihat dirinya sendiri kembali di telentangkan oleh mereka.

" Kenapa sayang?.. " tanyaku menanyakan apakah dia baik-baik saja.

Vera memanyunkan bibirnya dan menggeleng manja.

" Aku dientotin dia itu yang.. " ujarnya dengan nada pelan sekali dan mencengkram pinggangku kuat.

Aku diam saja, dan kembali menatap ke layar HP.

Saat dia membisikiku itu aku merasa merinding dan terangsang sekali.



Sementara itu Nizar sudah mengentoti Vera saja dan terdengar sumpah serapahnya mengumpat dengan kata-kata kotor menikmati momennya menikmati tubuh Vera.

Aku makin terbuai dalam gejolak nafsu, aku sungguh tak ingin jika Vera sampai tahu bahwa aku terangsang melihatnya dientoti orang lain.

Sebisaku kucoba tenang dan tetap tak melakukan reaksi apapun.

" Enak banget boy sumpah! Gila dah!.. " racaunya mengentoti Vera sambil tangannya mengelus-elus paha putih mulus yang terkangkang dibawahnya.



Sementara si Asfan alias boy asik meremas toket Vera yang mulai merah-merah akibat remasannya yang sejak tadi dada padat itu terus saja dia pegang-pegang.

Nizar mengubah-ubah posisi kaki Vera, dia tampak ingin menjajal setiap posisi demi menemukan kenikmatan yang paling pas dia rasakan sebelum ejakulasi.



Jika Vera yang ada di layar ponsel tak bergerak, maka Vera yang sedang berada di sebelahku mulai gelisah dan dia menempelkan selangkangannya di pahaku mulai menggesek-gesekkannya pelan.

" AHH BOYY... GAK KUAT GUE!!.. " erang Nizar keras beberapa menit kemudian mempercepat genjotannya.



" UUGHHH GUE KELUAAR!!!.. " leguhnya kemudian menghentak-hentak kontolnya dengan tubuh bergetar.

" Wei gila lo!!.. Lo keluar di dalem? Entar dia ngisi bego.. " Arfan kaget saat si Nizar memutuskan ejakulasi di dalam memek Vera.

" Bodo anjing.. Tar juga kita dah lulus.. " leguh Nizar tak peduli sama sekali.

Dia pun mencabut kontolnya dan terlihat sperma putih langsung keluar dari memek Vera.



Vera menatap kearahku yang melihatnya sedang dipejui orang, meski aku mencoba tenang namun tetap gerak bola mataku bergerak liar ketika menyaksikannya.



Nizar mencolok jarinya lalu mengeluarkan spermanya yang bercucuran dari memek gadis yang baru saja dia setubuhi barusan.

" Wah, gua gak ikut-ikutan deh kalo Vera sampe hamil zar.. " Asfan rupanya sangat takut dengan skenario tersebut.

" Mau gimana lagi, gak sempet nyabut boy, abisnya enak banget..  "

" Lo gampang ngomong aja, coba lo entar pas lagi enak-enaknya gitu.. " kilah Nizar ke Asfan.

Aku sangat tahu apa yang dia katakan, karena aku pun juga merasakannya, godaan Creampie terlalu kuat untuk ditolak ketika sedang berada di ujung-ujung ejakulasi.

Meski Vera bilang sebenarnya dia sudah rutin menkonsumsi pil KB sejak SMP, karena ayah asuhnya yang terus menyuruhnya meminum itu agar dia puas bisa terus memperkosanya.

" Hajar boy.. Sekarang giliran lo!.. " Nizar kemudian menyuruh Asfan segera menaiki Vera yang masih tergolek tak berdaya.

Namun Asfan malah diam.

" Kok gue ragu ya zar.. " ujar si Asfan tak langsung menaiki tubuh Vera dan masih saja meremas-remasi toketnya



" Cupu banget sih lo? Ragu apaan sih? Liat cewek ngangkang gini ya tinggal entotin aja apa susahnya.. " tukas Nizar yang seperti dugaanku rupanya benar adalah otak dan dalang dari aksi mereka itu.

Beberapa lama Asfan terlihat berpikir.

Dipandanginya molek tubuh putih bersih yang tergolek tak berdaya itu dan akhirnya dia pun bergerak juga berpindah posisi bersiap mengentoti si Most Wanted Girl.



Sepertinya kesadarannya sirna melayang melihat keseksian Vera yang memang akan menghapus akal sehat dari lelaki manapun.

Apalagi dalam kondisi mereka pada saat itu, dimana Vera telah berhasil mereka lumpuhkan dan benar-benar bisa mereka apakan saja.

Dia meludahi kontolnya sendiri lalu mengusap-usapnya tepat di depan bibir memek Vera yang masih mengucurkan sperma Nizar.



" Aku mereka gilir yang.. " bisik Vera lagi tepat di kupingku dengan nada pelan.

Bulu romaku merinding, aku merasakan gejolak yang aneh seketika itu juga!

Ini amat berbeda ketimbang saat aku menyaksikan aksi-aksi Vera sebelumnya di ruang kontrolku, yang kali ini orangnya benar-benar ada di sebelahku!

Asfan pun segera memasukkan kontolnya dan mulai menyetubuhi Vera.

Dia meleguh nikmat dengan kepala terdongak ketika pertama kali mencelupkan kemaluannya sesaat tadi, sebelum langsung menggebernya kuat.



" Gimana enak kan?.. " tanya Nizar tertawa-tawa melihati wajah temannya yang seketika mengkerut meringis keenakan meniduri tubuh putih yang sudah seperti boneka seks hidup mereka itu.

" AMBOI ZAR!!.. PERET BENER.. " leguhnya dengan dengusan kuat.

Kontolku sudah menegang maksimal dan terus kututupi dengan tangan yang ada di perut berusaha menghalanginya dari jarak pandang Vera.

Karena jika tidak kututupi pasti cewek berhidung mancung ini bisa dengan jelas melihat kontolku menonjol tegang dari balik celana pendekku.

Dan Vera makin intens menggesekkan memeknya di pahaku, hembusan nafasnya dan tatapan menggodanya yang melirikku dari samping membuatku sulit fokus dengan tontonanku.

Sementara pandanganku kukunci di wajahnya yang tanpa ekspresi sama sekali ketika digenjot oleh si boy dalam video yang Vera tunjukkan padaku.



Aku jadi merasakan sensasi yang berbeda melihat ekspresi cantik Vera di entoti dalam keadaan tersebut, yang membuat mereka berdua lebih seperti sedang mengentoti mayat saja.



" Nda.. " bisik Vera lagi di kupingku yang tak kuhiraukan karena aku sedang fokus mengamati tubuh putihnya yang terus berguncang-guncang disetubuhi Asfan.

Asfan, dia melingkarkan sendiri tangan lembut gadisku itu ke lehernya, lalu dia meminta Nizar membantunya mengangkat Vera.

Rupanya dia ingin mengentoti Vera dengan posisi Vera yang berada diatas.



Nizar memapah dan mengangkat tubuh tak sadarkan diri Vera lalu membaringkannya ke tubuh Asfan yang sudah duluan rebah di kasur.

" Ahhh.. Berasa banget bulet padet toketnya zar!!.. " celetuk boy memeluk Vera sambil menumbuk memeknya dan merasakan tumpuan badan Vera sekarang benar-benar tertumpu di dadanya.



POKK!! POOK!! POKK!!!

Suara tumbukan keras Asfan terdengar begitu nyaring dari Handphone Vera yang kuset di volume maksimalnya.

" Gak kerasa juga kamu pas lagi digituin yang?.. " tanyaku kembali penasaran dan menoleh ke Vera.

Karena Asfan benar-benar sedang menumbuk memek Vera sekuat yang dia bisa.

" Engga.. " geleng Vera lagi dengan matanya yang sudah sayu sekali.

Aku langsung membuang muka dan kembali menatap ke layar ponsel tak kuat menatap wajahnya yang sudah begitu.

Tapi aku dikagetkan dengan reaksi Asfan yang tiba-tiba menghentikan hujamannya dan terdengar mereka berdua kaget dengan semburan yang mengucur dari memek Vera.

Aku menebak jika saat itu pasti Vera sedang Squirt atau orgasme biasa meski aku tak bisa melihat kucurannya berhubung paha Asfan menutupi pandanganku ke selangkangan Vera.

" Ini kamu Squirt waktu ya yang?.. " tanyaku kembali ke Verani.

" Engga tau yang.. " ucap Vera rupanya benar-benar dalam posisi 100% tak sadarkan diri.

Dua kakak kelasku pun kaget dan saling menebak-nebak apa cairan yang keluar itu, yang sepertinya mereka masih asing dengan orgasme wanita.

" Terserah deh apaan itu, Sekarang bediriin dia dong zar.. Gue pengen liat toketnya.. " ucap Asfan mengakhiri perdebatan mereka.

Nizar memandu tubuh Vera kembali berdiri lagi, dia tegakkan tubuh putih mulus itu menjulang diatas tubuh Asfan.



Asfan terdiam menyaksikan elok badan Vera yang masih sebadan dengannya, sementara tubuh tersebut hanya diam tak bergerak karena kesadaran si pemilik sedang tak berada di raganya

" Shhh.. Nih badan!! Gitar spanyol aja lewat.. " desisnya melihat lekuk tubuh Vera.

Aku pun makin gelisah, Body Vera ketika itu sungguh sedang padat-padatnya dan beruntung sekali mereka bisa mencicipi Vera di saat sedang ranum seperti itu!

" Zar bantu angkat-angkatin dong, gue mau genjotin nih.. " ujar Asfan karena tau tubuh itu takkan bisa bergerak sendiri.

" Ahh lo tadi aja ragu-ragu sekarang jadi demen sendiri.. " keluh Nizar yang jadi direpotkan oleh Asfan.

Dia mulai memapah tubuh Vera dan menaik-turunkan tubuh molek tak berdaya itu diatas tubuh temannya.

Dibuatnya agar seolah-olah tubuh itu sendiri yang memang sedang menggerak-gerakkan dirinya menikmati genjotan kontol Asfan yang telah menancap ke badannya .



" DAMN!!.. " umpatku dalam hati ketika menyaksikan badan seksi Vera mereka ayun-ayunkan seenaknya diatas tubuh orang lain!

Aku menghembuskan nafas beratku menahan gejolak gila yang kurasakan.

Vera menyadarinya, dipeganginya pipiku kemudian dia menolehkan wajahku ke wajahnya.

Hidung kami saling bersentuhan, Vera menatapku dari jarak dekat sekali, mata sayunya terus menatap dalam ke mataku.

Hanya beberapa detik sebelum aku kembali menghindari tatapan matanya dan kualihkan balik pandanganku ke video di layar ponselnya yang sedang kumiringkan dalam posisi Fullscreen.



Tubuh Vera tak ubah seperti mayat yang benar-benar tengah sedang mereka entoti.

Tak ada reaksi apapun dari wajah Vera selain tertunduk dengan mata terpejam dan tak ada desahan sama sekali.

Badan langsing berkulit putih porselin itu hanya bisa mengayun-ayun dengan pasrahnya, dia tak ubahnya bagaikan Sex Doll bernyawa yang sedang dinikmati mereka berdua.

Hanya toket bulatnya saja yang memantul-mantul dalam posisinya tersebut sementara badannya dipegangi oleh Nizar menaik-turunkannya semaunya di atas kontol Asfan.



Kontolku sudah ereksi sekali, aku terus menutupinya dari Vera yang entah kenapa terlihat dari ekor mataku terus mengunci tatapannya di wajahku.

Jika saja tak ada dia dan aku sedang menonton ini sendiri, sudah pasti aku akan mengocok saat ini juga!

Namun karena ada kehadirannya aku tak bisa melakukannya padahal aku sudah begitu ngebetnya.

Aku merasa Tengsin saja, tahu sendiri selama ini dia terus kumarahi karena sering menggoda-goda pembantuku, dan aku tak ingin jika Vera tahu bahwa aku pun sebenarnya sangat menikmati setiap suguhan binalnya itu meski ada bagian diriku yang tak mengakuinya.

Jika dia tahu bahwa diam-diam aku sering menghayalkan dan bahkan menikmati ketika melihat dirinya ditiduri orang, mau kutaruh dimana wajahku ini padanya.

" Angkat badannya lebih tinggi zar.. Sumpah enak bangett.. Ughh!! " erang boy menikmati Vera yang tengah ‘bergoyang’ di atasnya.



" Terserah lo mau percaya apa engga tapi gue makin ngerasa nih memek makin basah aja.. " lanjut Asfan membalas ayunan goyangan Vera yang dikendalikan Nizar agar kontolnya tambah telak menghantam memek cewekku itu.

Asfan bilang bahwa memek Vera jadi tambah basah, sejujurnya yang tadi saja masih membuatku bingung.

Dimana dalam keadaan tak sadarkan diri sekalipun Vera masih bisa orgasme dan klimaks.



Nafasku mulai tak stabil dan aku sungguh gelisah melihat dia terus dihantam Asfan dalam posisi tersebut yang membuat Vera jadi curiga.

Tangannya yang tadi memegang dadaku mulai turun.

Begitu tangannya mengarah ke selangkanganku aku langsung panik dan seketika aku singkirkan tangannya!

Namun Vera balik menyingkirkan tanganku dan hinggaplah tangannya tepat di kemaluanku yang sudah tegang itu!

Aku terdiam dan kalut, Vera mengangkat kepalanya dan dengan wajahnya yang berada tepat di atasku, dia tatap wajahku yang sudah merah padam.

Kutolehkan wajahku kearah sebelahnya menjauhi pandangannya yang aku tahu dia lakukan untuk memastikan kesimpulannya.

Sungguh aku malu semalu-malunya karena Vera sekarang sudah tahu jika kontolku telah tegang!

Namun tak lama dia kembali tiduran di dadaku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, sementara tangannya tetap memegang kelaminku dari luar celana pendek.

Aku sudah tak bisa bersembunyi lagi meski sadar aku telah kehilangan mukaku.

" Lanjutin aja yang.. " bisiknya di kupingku untuk kembali melanjutkan tontonanku.

Di layar ponsel makin panas saja, Asfan mengerang-erang dan mulai meracau tak karuan.

" ANJING NIH TOKET!! KENCENG BANGET SIH!!.. "

" KAYAK TOKETNYA BINTANG PORNO!!.. " umpatnya lantang.

Dan seketika Asfan meremasnya kuat sekali bahkan langsung membuat toket putih itu merah akibat cengkraman kasarnya!



Kontolku kembali berdenyut melihat perlakuan itu dan aku yakin Vera merasakannya karena sekarang tangannya benar-benar menempel di kemaluanku.

Aku berharap dia mengocoki kontolku karena sejujurnya aku sudah ngebet dan merasa akan segera ejakulasi namun aku masih Tengsin untuk coli di depannya.

" Toketku dia remes kuat banget itu yang.. Uhh.. "

" Gak marah kamu liat aku digituin orang?.. " bisiknya di kupingku.

" SIALAN!!.. " umpatku dalam hati dan meleguh.

Vera benar-benar sengaja memanas-manasiku dan anehnya itu makin membuat sensasi yang ada jadi tambah menjadi-jadi.

Kontolku tambah berdenyut dan Vera tetap tak mau mengocokinya, entah kenapa dia sengaja mendiamkan tangannya di kemaluanku.

Asfan membanting tubuh Vera agar kembali rebah ke ranjang, tampaknya dia sudah tak kuat dan berniat akan menuntaskan puncak kenikmatannya ke ‘mayat’ yang tengah dia perkosa itu.



" Gue gak kuat zar.. Gila nih cewe cakepnya parah!!.. " celetuknya mulai kembali menyetubuhi Vera.

" Hahaha asli boy.. Nih cewek sempurna luar dalem pokoknya.. " timpal Nizar mengesampingkan rambut Vera yang menutupi wajah cantiknya.



" Abis ini mereka sering make kamu lagi Ver?.. " tanyaku pada Vera.

Vera diam, wajahnya tambah dia dekatkan ke wajahku dari samping.

" Kalo ngentotin gak gitu sering.. "

" Mereka lebih sering minta disepongin sama megang-megang toket aku.. "

" Tapi mereka suka ngisengin aku yang.. " ceritanya dengan nada pilu.

" Ngisengin gimana?.. " tanyaku.

" Iyaaa.. Pas aku lagi di kelas mereka SMS suruh ke gudang belakang, terus disana mereka berdua udah nunggu dan mereka langsung ngentotin toket aku.. "

" Mereka nyelipin kontol mereka ke belahan toket aku terus gantian ngecret sampe basah kuyup dada aku yang.. "

" Abis itu mereka ambil BH aku terus aku mereka suruh balik ke kelas.. "

" Aku takut bener kalo sampe ada yang sadar aku gak pake BH, bahkan beberapa temen kelasku banyak yang udah mulai curiga.. "

" Aku jadi gak berani keluar kelas terus mesti nunggu orang-orang pulang duluan, pas udah sepi baru deh aku berani pulang.. " kenangnya dengan lugu.

Aku jadi malu karena terdengar seperti sindiran untukku karena dulu aku juga melakukan hal yang sama padanya hanya saja beda kondisinya.

" Terus apa lagi yang? Kamu dientotin sama mereka dimana?.. " galiku karena penasaran.

" Hmmm.. "

" Kadang aku mereka entotin ganti-gantian di dalam WC yang.. "

" Kalo kak Nizar yang lagi ngentotin aku, kak boy yang jaga diluar.. Mereka gantian.. "

" Macem-macem deh yang, kadang di mobilnya kak Nizar, terus juga di dalem kelas pas pulang sekolah.. " kenang Vera.

" Terus mereka keluar dalem terus?.. " tanyaku penuh rasa cemburu.

Vera menatapku, kemudian tak berapa lama dia mengangguk lembut yang membuatku bergetar dalam sensasi aneh!

" Iyah mereka keluar dalem terus yang... "

" Tapi kan MLnya gak gitu sering, cuma sekalinya mereka manggil aku pasti mereka bawa aku ke tempat-tempat sepi di sekolah.. " tutupnya yang membuatku tambah terangsang.

Inilah alasannya kenapa waktu itu aku secara tak sengaja melihat Vera tengah digrepe-grepe mereka berdua di belakang kantin sekolah.

Saat itu seingatku sudah sore karena posisinya aku sedang di jam ekstra kulikuler dan aku sangat kaget ketika ingin kencing di kantin belakang namun malah mendapati pemandangan yang langsung mengubah perspektifku pada Vera ketika itu.

Aku jadi tak bisa mengendalikan diriku setelah mengetahui kronologi sebenarnya tentang apa yang kulihat.

Terlebih di video Asfan tengah meniduri Vera sambil mengangkat dagu gadis cantik itu kemudian memagutnya mesra bagaikan kekasihnya.



" Hufft!!!.. " hembus nafasku kuat menahan diri.

Kontolku sudah mau meledak rasanya, dan Vera tak mau berhenti menatapku, dia tahu jika aku sedang menahan gairahku namun tangannya tetap tak bergerak diatas kelaminku!

" GUE GAK KUAT ZAR!!.. "

" UGHH GUE MAU MUNCRATT!! AHHHH!!.. " erang Asfan kemudian melepaskan puncak birahinya.


Aku terdiam melihat tubuhnya terkejang-kejang diatas molek indah badan Vera yang terhubung dengannya.

" Aku dipejuin lagi yang.. " bisik Vera padaku.

" Dia keluarin pejunya di memek aku.. Dan mereka berdua udah mejuin aku yang.. " racau si gadis berkulit putih bersih ini di kupingku sengaja mempengaruhiku.

Aku memejamkan mata dan merasakan energi besar dari dalam tubuhku mengalir dengan instan.

" Mereka sengaja mau hamilin aku yang.. Kalo aku sampe hamil waktu itu aku bakal putus sekolah dan mungkin aku bakal jadi PSK.. "

" Aku bakal ngelakuin apa aja karena fokusku pasti cuma buat ngebesarin anak hasil hubunganku sama mereka itu.. "

" Kalau gitu kejadiannya kamu masih mau sama aku yang?.. " ujar Vera dengan tak bersalahnya.

Mendengar bisik kotornya membuatku merasakan energi besar tadi sekejap meledak keluar! Tak bisa kubayangkan jika hal tersebut benarlah terjadi.

Kucengkram kuat sprei kasurku dan aku memingkemkan mulutku menahan teriakanku dan seketika itu juga aku ejakulasi tanpa kocokan sama sekali!

Vera langsung menoleh ke tangannya merasakan basah dari celanaku, dan dia sadar bahwa aku ejakulasi!

Sementara aku sudah tak peduli lagi karena semua terjadi begitu cepatnya tanpa bisa aku halau meski dengan segenap kesadaranku.

Aku tak bisa menyembunyikan nafasku yang tersengal-sengal akibat ejakulasi langkaku ketika itu.

Itu adalah pertama kalinya di seumur hidupku aku mendapatkan ejakulasi tanpa kocokan sama sekali!

Kini aku mengerti apa yang Vera dan Krisno rasakan ketika mereka sama-sama memainkan imajinasi mereka dan mendapatkan klimaks hanya dari hal tersebut.

Sulit di ungkapkan yang jelas aku seperti sedang bermimpi basah saja dan benar-benar itu merupakan sensasi yang sangat aneh.

" Gile banyak banget nih peju gue keluar!!!.. " racau Asfan dari ponsel membuatku kembali membuka mata dan menatap ke layar.

Dia masih menghentakkan kontolnya sama seperti Nizar sebelumnya, menumpahkan semua isi kontolnya masuk kedalam memek Vera.

Setelah puas baru dia cabut keluar kontolnya dan membuat mereka berdua langsung mengamati memek Vera yang lagi-lagi melumerkan sperma putih.

Tentu saja buah kenikmatan dan hasil dari mereka berdua yang baru saja menyetubuhinya.



Vera pun akhirnya menjauhkan tangannya dari kontolku, celana pendekku sudah basah kuyup sekali ketika itu.

Vera hanya tersenyum kemudian memelukku lagi, tak ada yang dia ucapkan, dia terlihat hanya ingin membuktikan rasa penasarannya saja akan reaksiku.

Aku kembali memejamkan mataku dari rasa lelah akibat ejakulasiku tadi, dan video itu berakhir tak lama setelah Asfan ejakulasi.

Kupeluk lagi Verani Julieku.

Melihatku yang sudah stabil Vera melanjutkan ceritanya.

Dia bilang kurang lebih sebelum mereka berdua akhirnya lulus, dia terus melayani keisengan mereka seperti yang tadi dia ceritakan.

Ketika sudah lulus mereka tak pernah mengganggu Vera lagi, bahkan mereka minta Vera untuk menghapus video itu yang awalnya mereka kirim saat mengancamnya.

Mereka takut jika Vera akan mengancam balik mereka yang notabene anak orang kaya menggunakan video tersebut dimana jelas terlihat wajah mereka berdua di dalamnya.

Namun Vera bilang dia tak seperti itu, dia bukan tipe wanita yang tergiur dengan uang.

Dia memilih menyimpan video itu untuk koleksi pribadi saja.





..............................

Dan setelahnya, Vera kembali menceritakan begitu banyak hal mengenai kehidupan liarnya seperti yang kubilang di awal.

Hari itu aku benar-benar mendengar begitu banyak hal tentangnya.

Salah satu yang kuingat juga adalah ketika dia bercerita tentang salah seorang laki-laki yang cukup berkesan ketika menjalin hubungan dengannya.

Namanya pria yang Vera ceritakan itu Tomi atau Toni, aku juga lupa tapi kalau tak salah Tomi dan usia mereka sendiri terpaut 6 tahun.

Vera bertemu dengannya di klub malam, setelah berkenalan mereka jadi sering dugem bareng, dan Vera mengaku jika dia yang pertama kali mengajak Tomi untuk ML di toilet diskotik itu.

Dari yang Vera bilang, si Tomi ini termasuk maniak seks, hampir setiap hari mereka ngentot, dia mengaku cocok karena mereka berdua sama-sama doyan seks.

Tomi sering meminta jatah tak peduli dimana pun mereka berada, dan dia selalu menyuruh Vera untuk selalu berpakaian yang seksi-seksi ketika pergi bersamanya.

Vera sangat suka lelaki yang seperti ini, karena merasa Tomi bisa mengimbangi nafsunya yang besar dan sejalan dengannya, maka Vera pun cukup lama berpetualang bersama Tomi.

Namun Vera mengaku jika hubungan mereka hanya sebatas partner seks saja, tidak lebih.

Kadang ketika Vera Horny dia akan menyuruh Tomi menginap di kostannya, atau kadang Vera yang akan dibawa Tomi ke kostannya.

Tak jarang juga Vera mengajak Tomi menyewa hotel karena Vera mengeluh jika dia tidak bisa mendesah dengan lepas ketika bermain di kamar kos.

Tapi meskipun sudah dengan Tomi, Vera mengaku masih sering bersetubuh dengan laki-laki lain!

Dia bilang agar tidak bosan, dan Tomi pun tak mempermasalahkannya sama sekali.

Sefleksibel dan sebebas itulah hubungan mereka tanpa perlu saling berkomitmen apa-apa.

Aku menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar betapa gila dan salah jalannya gadis cantik ini ketika itu.

Yang Vera sangat suka dari Tomi ini, dia sering ‘memamerkannya' ketika mereka berada di tempat-tempat umum atau saat sedang nongkrong dengan teman-temannya.

Dia tak ragu untuk memeluk-meluk Vera yang sedang berpakaian seksi di depan teman-temannya, dan Vera pun tak ragu untuk duduk di pangkuannya dan membiarkan dia di mesra-mesrai olehnya.

Ini bahkan masih terbawa oleh Vera sampai sekarang ketika pergi keluar bersamaku seperti yang pernah aku singgung dulu.

Bedanya, si Tomi memang sengaja membuat teman-temannya mupeng berat, kata Vera dia kadang juga memperlihatkan koleksi video mesumnya dengan Vera yang mereka rekam sendiri.

Yang aku heran kenapa bisa ada orang yang begitu Open nya tentang hubungan intim mereka sendiri ke teman-temannya yang harusnya menjadi zona super pribadi.

Dan itu mengakibatkan semua teman-teman tongkrongan dan teman kampusnya Tomi tau kalau Vera memang cewek bispak.

Tak sampai disitu, saking gilanya Tomi pun mengajak Vera untuk ber-Threesome dengan dua temannya yang dengan lugunya Vera mau-mau saja digilir mereka bertiga.

Vera mengaku jika sejak itu, dia mulai menikmati sensasi seks dari lebih satu laki-laki.

Gadis cantik ini jadi mulai rutin di Threesome oleh Tomi dan teman-temannya yang selalu berganti-ganti.

Yang bahkan kadang tanpa sepengetahuan Tomi, Vera sering kembali ngeseks 1on1 dengan beberapa teman Tomi secara diam-diam.

Aku sungguh kaget dengan kepasrahan Vera yang mau-mau saja termakan bujuk rayu Tomi, dan saat kukatakan itu padanya, dia menggeleng.

Dia bilang bukan, itu bukan kemauan Tomi dan dia sama sekali tidak memaksa, yang langsung membuatku mengernyitkan dahi.

Dengan wajah tertunduk saat itu Vera mengatakan jika dialah yang minta sendiri ke Tomi untuk kembali menggilirnya dan mengajak teman-temannya join.

Aku amat kaget mendengar kejujurannya tersebut.

Vera mengaku padaku jika dia mendapatkan kepuasan seksnya berkali-kali lipat saat melakukannya dengan banyak lelaki sekaligus dan dia tak memungkiri jika dia kecanduan dengan hal itu.

Vera memohon pengertianku atas hal tersebut, bahwa itulah dirinya yang sebenarnya meski dia tahu jika orang-orang pasti akan menganggapnya tak normal atau gila.

Mereka melakukannya, dengan menyewa sebuah villa di Lembang dan disana Vera habis mereka gilir!

Vera di Gangbang oleh Tomi dan teman-teman kampusnya, Vera lupa berapa orang pastinya namun yang jelas lebih dari 4 orang, dan Vera mengaku puas sekali!

Aku terdiam setelah mendengar kejujurannya, pantaslah ketika kulihat dia digilir tukang-tukangku di kamar Lightroom dulu, Vera terlihat seperti orang gila dan dia benar-benar menikmatinya meski tubuhnya terkejang-kejang kehabisan tenaga.

Di masa itu, kehidupannya di dunia malam benar-benar parah namun dia tak memungkiri jika itu membuatnya mudah melupakan masa lalunya yang kelam.

Kenyataan jika dia dibuang orang tuanya, kejadian dengan ayah asuhnya, dan kisahnya dengan Leo yang menghancurkan momentum emas dalam hidupnya dan masih banyak lagi hal-hal yang ingin dia lupakan.

Semua itu benar-benar membuatnya frustasi hingga ke titik terendahnya.

Jika saja tanpa obat-obatan terlarang, miras, dan Sex, Vera mengaku mungkin saja dia sudah bunuh diri atau minimal gila saat ini.





..............................

Dari banyaknya orang yang terpukau dengan kecantikan dan keseksiannya, ternyata ada fakta dan latar belakang pahit yang dialami gadis cantik itu yang takkan pernah diketahui orang.

Selaksa peristiwa, aku tak bisa menyalahkan Vera atas apa yang telah terjadi serta tragedi yang mungkin merenggut banyak hal yang harusnya dia rasakan ketika tumbuh dewasa.

Dan tak bisa diabaikan jika masa lalunya itulah yang memolesnya hingga membentuk Vera menjadi seperti yang sekarang.

Meski aku menyayangkan pilihan keputusannya yang memilih melampiaskannya ke dunia malam sebagai pelarian yang harusnya bisa dia alihkan ke hal lain yang lebih positif.

Atas segala pengakuannya, Vera memelukku dengan erat dan terus memohon-mohon agar aku tak membuangnya.

Saat kutanya kenapa dia memilih menceritakan semua masa lalu kelamnya itu padaku, Vera mengatakan jika dia ingin menyerahkan hidupnya untukku.

Dia tak peduli jika aku jijik atau menganggapnya sebagai wanita yang kotor setelah mendengar semua masa lalunya.

Baginya setelah mengungkapkan itu berarti telah membuatnya siap menjadi budak seksku seutuhnya.  


Disinilah momen dimana hatiku hancur.


Dia masih beranggapan jika apa yang kulakukan terhadapnya masihlah menyangkut soal hawa nafsu.

Yang dulu memang sempat membuatku berpikir demikian, namun di beberapa momen aku menyadari sesuatu yang lain.

Aku teringat ketika dulu Vera pingsan karena demam tinggi, aku langsung membawanya ke rumah sakit dengan perasaan kalut dan Vera harus dirawat inap akibat demam berdarah.

Aku tak pulang kerumah selama Vera dirawat.

Di hari kedua sorenya, kata dokter demam Vera kembali meninggi dan kembali membuatku panik sepanik-paniknya!

Pada saat itu ketika melihatnya berbaring lemah dengan tangan dipenuhi selang aku sama sekali tidak memikirkan apapun lagi kecuali kesembuhannya.

Aku terus ingin berada di sampingnya bahkan membuatku harus ketiduran sambil memegang tangannya yang lemah.

Dan tepat tengah malamnya dia pun siuman dan melihatku yang terduduk tertidur di sebelah tempat tidurnya. 

Vera mengelus punggung tanganku dan langsung membuatku terbangun.

Yang pertama kali kulihat adalah senyumnya yang lemah, dan aku tak bisa menggambarkan perasaanku ketika itu.

Dengan segala hal yang sudah kumiliki, tak pernah aku merasa sebahagia itu sebelumnya.

Melihat senyumnya dan suara lembut Vera yang memanggil namaku lagi sungguh membuatku merasakan perasaan syukur yang luar biasa! Sebuah hal yang tidak bisa kubeli dengan uang.

Vera mengucapkan terimakasih padaku dengan suara yang pelan sekali, dia mengatakan jika dia senang dan bersyukur akhirnya memiliki orang yang dia anggap berharga dalam hidupnya.

Aku langsung menyuruhnya jangan banyak memikirkan sesuatu dulu dan mencium keningnya, agar dia fokus pada pemulihannya pada saat itu.

Disanalah awal mula aku sadar jika ini bukan sebatas nafsu dan obsesiku akan kecantikannya lagi.

Pun peristiwa ketika Vera dibawa lari oleh bocah-bocah nakal yang pada saat itu sempat membuatku gemetar ketakutan berpikir jika Vera memutuskan lari dariku.

Ketakutan akan kehilangannya makin menunjukkan jika dia amat berharga untukku karena tanpa kusadari selama ini hanya namanyalah yang selalu mengisi pikiran dan kekhawatiranku.


" Apakah aku jatuh cinta dengan Vera?.. "


Bukan.


Ini seperti aku tak ingin dia bersedih, aku merasa ingin membuatnya bahagia, dan lebih ke perasaan untuk terus melindunginya.

Kubalas pelukannya dan kubelai rambutnya lalu kukatakan jika aku tak perduli seberapa kotor dirinya, atau apa saja yang sudah dia lakukan di masa lalunya.

Dan aku tak ingin mendengar dia membahas soal perjanjian awalku dengannya dulu dimana itu hanya akan membuat hatiku hancur jika mengingatnya.

Tak ada manusia yang bersih dari kesalahan, ini hanya tentang bagaimana kita belajar dari kesalahan tersebut.

Bagiku kehadirannya di sisiku telah menyadarkanku banyak hal yang tak pernah kulihat sebelumnya dan membuka pikiranku akan sesuatu yang berbeda dalam hidup ini.

Saat itu aku berjanji jika aku akan selalu melindungi serta menjaganya, mendukung apapun yang dia lakukan dan dia tak perlu menjadi orang lain karena aku tak peduli baik dan buruknya.

Bagiku asalkan dia tetap berada di sampingku itu sudah cukup.

Aku takkan menodai arti kepercayaannya yang dulu selalu dimanfaatkan orang dari sifatnya yang lugu ini.

Dan Vera tak kuasa menahan dirinya, dia pun meledakkan tangisannya dan merangkulku kuat mengetahui jika aku pun ternyata juga ingin selalu bersama dia dan menjaganya, dalam keadaan apapun.

Dia melolong dalam tangisannya melepaskan semua kepedihannya yang akhirnya dia bebaskan.

Aku pun tersenyum dan memeluknya erat, memberikan tanda bahwa aku takkan melepaskan gadis polos yang sangat kusayang ini.

Vera tidak butuh dongeng dariku.

Sejak awal aku tak perlu jadi seorang pangeran yang menawan baginya.

Dia bilang aku juga tak perlu perlu membunuh seekor naga untuknya.

Pun dia tak pernah minta dibawakan gunung dan lautan.

Yang dia inginkan hanyalah berada disisiku, dan merasakan kasih sayang yang selama ini tak pernah dia rasakan.

Ketika itu dipelukanku, kami menganggap bahwa kami adalah satu.

Aku adalah dia dan dia adalah aku, dialah seseorang yang kuberjanji padanya.

Kami benar-benar membuka gerbang kehidupan kami yang baru sejak saat itu. Begitu banyak hal-hal yang terjadi yang membuka tafsir pemikiranku pada Vera.

Kisah panjangku dengan Vera baru saja dimulai.

Bahkan aku tak ragu menghapus hitamku asalkan aku bisa membuatnya bahagia dan menjaganya selalu.



Sebagaimana janjiku padanya.
p